PEMAKAMAN ISAGI

chiro
7 min readSep 24, 2023

--

15.09 || Siang

Hari ini mendung, awan yang seharusnya nampak putih kini telah berubah menjadi sewarna abu, langit yang harusnya menampilkan warna biru yang cerah kini tertupi oleh awan-awan yang menggelap, sepertinya akan turun hujan.

Pemakaman yang dilakukan untuk isagi Yoichi pun telah selesai, kini semuanya dikelilingi oleh rasa yang campur aduk, nyatanya tak mudah kehilangan teman yang sudah 3 tahun bersama, terlebih lagi untuk Bachira Meguru yang merupakan teman masa kecilnya.

Pria itu kehilangan senyumannya, tingkah lakunya yang konyol kini tak ada lagi, ia hanya bisa memperlihatkan sisi lemahnya untuk saat ini. Matanya terus menatap kearah makam Isagi, mata yang bengkak dan penuh air mata itu tak pernah teralihkan dari tempat persemayaman terakhir sang teman karib barang sedetikpun.

Chigiri sudah berhenti dari tangisnya, tapi ia tak sanggup memandangi makam itu lebih lama lagi, jadi dia memutuskan untuk pergi masuk kedalam villa ditemani oleh Kunigami.

Reo sendiri berjongkok disebelah Bachira memberikan elusan ringan pada bahu nya, berniat memberikan ketenangan pada orang yang tengah dilanda badai duka itu, meski sepertinya ketenangan yang Reo berikan tak sanggup meredakan tangis dari Bachira.

“Kayaknya udah mau hujan, ayok masuk “ ajak Aiku pada dua orang yang masih berada disisi makam Isagi.

Bachira menggelengkan kepalanya, ia hanya ingin tetap berada disini sedikit lebih lama.

“Ini mau hujan, kalo lu sakit gegara masuk angin gimana? “ Reo mencoba membujuk Bachira yang sepertinya memang tidak berniat beralih dari sana.

“Nggakpapa, lu masuk aja “ jawab Bachira tanpa menolehkan kepalanya kearah Reo.

“Chi.. “

“Udah re lu masuk aja, nanti gue nyusul, gue cuman masih pengen nemenin isa bentar “

“Bener ya? Jangan lama-lama tapi, keburu ujan “

“Iya “

Reo menghela nafas lelah, ia tau orang yang sedang dilanda kesedihan akan menjadi sangat keras kepala dan emosional. Sebenarnya Reo juga bersedih akan kepergian Isagi, tapi tentu kesedihan yang dialaminya tak dapat dibandingkan dengan yang dirasakan Bachira, karena Isagi dan Reo tak terlalu dekat maka rasa kehilangan Isagi tak seberat itu baginya, beda dengan Bachira yang menjadikan Isagi sebagai sahabatnya nomor satu, tentu saja Bachira akan sangat terpukul.

Tapi setelah Reo pikir-pikir lagi, Bachira termasuk orang yang tidak terlalu sentimental terhadap kesedihannya, bisa dibilang Bachira pengendali emosi yang baik.

Reo bisa membayangkan jika ia kehilangan Nagi seperti Bachira yang kehilangan Isagi, mungkin ia tak akan setenang itu, ia juga tak akan hanya diam sambil menangis disamping makam temannya.

Jika Reo kehilangan Nagi, maka Reo akan memberikan sumpah serapah kepada semua orang, terlepas apakah orang lain bersalah atau tidak, ia juga akan menangis meraung-raung dipemakaman Nagi, ia tak akan pernah beranjak dari kuburan itu sebelum Nagi hidup kembali dan mungkin yang paling ekstream adalah ia akan ikut pergi bersama Nagi. Ia tak akan mampu setenang itu menghadapi kematian teman baiknya. Ia mungkin akan kehilanga seluruh semangat hidupnya.

Nagi adalah segalanya, jika ia kehilangan orang itu, maka hidupnya berakhir sudah.

Tapi tenang, itu hanya perumpamaan berlebihan yang tiba-tiba terlintas di pikiran Reo, menurut nya mati karena kehilangan orang lain? Itu konyol.

. . .

Reo menghampiri Nagi yang masih berdiri menunggunya untuk kembali kedalam villa bersama

“Masuk? “ tanya Nagi pada Reo

“Duluan aja gi, gue nunggu Bachira, kalo ditinggal sendirian takut dia kenapa-napa “

Nagi mengangguk sebagai jawaban dan segera menyusul yang lainnya masuk kembali kedalam villa.

Sedangkan Reo mendudukkan dirinya pada akar pohon yang berjarak sedikit jauh dengan Bachira berada, memutuskan untuk menunggu Bachira yang masih ingin melampiaskan kesedihannya lebih lama lagi.

Sekarang mereka semua (minus Bachira dan Reo) duduk di sofa yang ada di ruang santai, sebagian duduk di lantai beralaskan karpet. Mereka berniat membahas rencana untuk kedepannya.

“Jadi? Ini kita mau gimana? “ tanya Karasu

Pertanyaan yang dilontarkan Karasu ditujukan untuk Aiku itu disambut oleh helaan nafas lelah disertai dengan pijatan ringan menggunakan dua jari didahinya.

Aiku telah memikirkan banyak hal untuk mengatasi kejadian mengerikan yang menimpa mereka semua, memikirkan banyak cara agar mereka tetap aman dan tak ada satu pun orang yang terluka lagi untuk kedepannya.

Tapi ia benar-benar tak tau lagi apa yang harus dilakukan untuk menemukan pelaku yang telah membuat mereka berada dalam situasi ini, ia tak punya petunjuk apapun yang memadai dan ia juga tak bisa menemukan apapun yang bisa membuatnya lebih mudah memikirkan jalan keluar untuk mereka semua, dia sudah mencapai kebuntuan, ia tak tau harus apa lagi kali ini.

“Cari pisau nya? “ ucap Aiku seadanya, jujur ia tak yakin pisau itu akan memberikan petunjuk yang berarti.

Kaiser menegakkan punggungnya, ia telah memikirkan sesuatu yang mungkin akan berguna untuk mereka, butuh 2 hari dia memikirkan ini, mungkin ini akan menjadi cara yang bagus untuk mereka jalani kedepannya. Dan kali ini ia akan menyampaikan pemikirannya, harus! Sebelum situasi menjadi semakin parah.

“Aiku, gue gak tau saran gue ini bakal diterima atau nggak, cuman gue rasa ini bakal berguna buat kita kedepannya, dan gue udah mikirin ini dari lama, jadi lu harus dengerin gue “

“Oke, bilang aja “

“Kita harus hubungin pemilik villa… “

Kaiser belum menyelesaikan kalimatnya, dan Aiku sudah terlihat ingin menyela dengan raut wajah tak setuju

“… diem dulu, oke? Biarin gue ngomong dulu sampai selesai “

“Yaudah “

“Nah, kenapa gue bilang buat hubungin pemilik villa, karena dia satu-satu nya orang yang tau kalau kita ada disini, sudah dua minggu kita disini dan dia nggak ada laporin kita sama sekali, padahl gue yakin dia tau kalo kita itu buronan yang dicari semua orang “

“Terus? “

“Menurut lu aneh nggak sih? Dia diem aja disaat dia tau kalau yang nyewa villa dia tuh penyebab terror besar yang rame diberita, tapi dia sama sekali nggak ada ngasih tau apapun tentang kita kepihak kepolisian “

“Ya bagus kan? Berati dia nggak cepu “

“Tapi kalo ternyata dia ada kaitannya sama pelaku? Maksud gue tuh ya, mungkin aja nggak sih kalo pemilik villa ternyata kerja sama dengan pelaku “

“Gue udah nyoba hubungin pemilik villa sebelumnya, tapi nggak ada jawaban, terakhir kali gue bisa ngubunginnya tuh waktu gue minta perpanjang masa sewa. Itu yang terakhir, setelahnya pemilik villa itu nggak bisa dihubungin lagi “ Reo yang baru saja masuk kedalam dengan diiringi Bachira pun ikut membuka suara.

Kaiser menolehkan pandangannya dengan cepat pada pria surai ungu itu, sudah ia duga pemilik villa itu sedikit aneh.

“Aneh kan? Kenapa tiba-tiba nggak bisa dihubungin? Dan juga sadar nggak sih, kalau Reo yang minta perpanjangan sewa itu tuh berita tentang kita ber-16 udah keluar di tv “

“Iya juga… eh tapi Reo, lu ngapain mau hubungin pemilik villa? “

“Gue pengen cari informasi, setidaknya informasi tentang pencarian buronan, dan gue pikir mungkin dia mau kerja sama bareng kita, yahh.. minimal tutup mulut soal keberadaan kita, tapi dia malah nggak bisa dihubungin lagi, gue udah coba berkali-kali “

“Gue punya ide, ada yang mau ikutin nggak? “ Chigiri menyela ditengah perbincangan mereka, untuk menawarkan sebuah ide, sekarang mendadak mereka semua memiliki banyak rencana untuk dilakukan.

“Apa dulu ide lu? “ Sendou hanya ingin memastikan, jika ide yang Chigiri ajukan tidak akan membahayakan mereka.

“Asal semua orang setuju, gue bakal bilang apa ide yang gue punya “ Pria surai merah muda terang itu berucap dengan tegas, seolah tak ingin ide nya di tolak.

“Yaudah, semuanya setuju, cepet ngomong apa ide lu ? “ Aiku memutuskan dengan cepat tanpa mengkonfirmasi pada mereka semua, ia tanpa ragu menyatakan jika semua orang akan setuju dengan idenya.

Ia hanya kehabisan ide, dan kebetulan Chigiri punya, ia harus memanfaatkan hal itu kan? Karena tak ada salahnya kali ini mencoba rencana dari orang yang berbeda.

“Kita harus bikin umpan, malam ini biarin satu orang diantara kita tidur sendirian di lantai atas- “

Rin yang mendengar rencana dari Chigiri pun langsung mengetahui kearah mana ide itu berakhir, Chigiri berniat mengorbankan seseorang untuk kemajuan pencarian mereka, dengan kata lain Chigiri ingin seseorang celaka demi mendapatkan clue serta petunjuk baru yang lebih akurat.

“Maksud lu kita harus ngorbanin seseorang lagi? Lu gila ya? “ Rin menyela ditengah penjabaran kata yang tengah Chigiri lakukan, memotong pembicaran yang keluar dari mulut Chigiri dengan kalimat dingin yang mengandung sedikit amarah.

“Ya kalau nggak kayak gini mau gimana lagi? Sebelum lebih banyak korban, kita harus korbanin salah satu, biar kita bisa dapet clue dan lanjutin pencarian pelaku, kalo kayak gini aja kita gak akan ada kemajuan, cuman bisa nunggu ajal doang “

“Lu tega ngorbanin teman sendiri? “

“setidaknya gue ngorbanin temen buat ngelindungin yang lain “

“Lu kepikiran buat ngorbanin orang lain, tapi apa lu nggak kepikiran buat ngorbanin diri lu sendiri? Gimana kalau lu aja yang jadi umpan? Mau? “ Rin kembali berucap dengan nada dingin, dengan perkataannya itu ia mampu membuat suasana menjadi hening tanpa ada suara lagi, mereka semua terdiam, terutama pria bersurai merah muda terang itu.

sesaat berlalu, Chigiri menghela nafas dengan kasar, lalu membuka suara ditengah keheningan yang tercipta beberapa detik itu

“Maaf, cuman ide kayak gitu yang bisa gue pikirin, gue rasa kita nggak akan nemu solusi lain kalau nggak pakai cara itu, gue tau gue terkesan egois, tapi gue cuman pengen kita selamat “

“Terus buat satu orang yang dikorbanin? Menurut lu apa dia bakal selamat? “ -Sendou

“Gue tau niat lu baik buat nyelamatin banyak orang, tapi dengan ngorbanin orang lain… itu tuh nggak pantes Chigi “ -Sendou

Chigiri tidak menjawab lagi, ia memutuskan untuk beranjak dari sana, dan menuju kamar.

“Kayaknya dia masih nggak bisa berpikir jernih, maafin chigi ya, dia pasti masih nggak terima sama kematian Isagi, makanya dia jadi terkesan nyepelein nyawa orang lain, tapi kalian tau kan niatnya emang cuman buat keselamatan kita, walaupun cara yang dia gunain tuh salah “ -Kunigami

“Nggakpapa kun, kita paham kok, bantu tenangin Chigiri dulu ya, kayaknya cuman lu yang bisa ajak dia ngobrol buat saat ini “ -Aiku

--

--