Pro Kontra Pembelajaran Daring di Masa Pandemi, Apa Kata Netizen?

Ronal Watrianthos
3 min readJun 2, 2020

--

Kehadiran coronavirus sejak awal tahun tidak hanya menganggu ekonomi namun juga tatanan kehidupan sehari-hari. Sektor yang dianggap paling terpengaruh adalah sektor pendidikan, mulai pendidikan tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Kementerian Pendidikan Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease dengan menginstruksikan proses belajar mengajar dirubah metodenya menjadi pembelajaran daring atau online.

Pembelajaran daring saat ini dianggap solusi ditengah pandemi, namun mulai menuai kontroversi. Bagi tenaga pendidik pembelajaran daring dengan belajar di rumah dianggap lebih cocok untuk pemberian tugas-tugas yang dikerjakan secara daring namun tidak efektif dalam penyampaian materi ke peserta didik. Selain infrastruktur yang berbeda-beda, tidak semua peserta didik memiliki teknologi yang sama. Kualitas koneksi, gadget, dan kuota internet yang masih mahal menjadi hambatan utama baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik di Indonesia.

Selain itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima banyak aduan dari orang tua siswa yang menyampaikan anak mereka stres terkait dengan banyaknya tugas yang diberikan selama belajar di rumah. Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan ada pemahaman yang salah dari guru-guru terkait pembelajaran daring karena hanya memberikan tugas-tugas secara online dan pengumpulan juga dilakukan secara online sehingga tugas menumpuk karena semua guru bidang studi memberikan. Padahal, belajar di rumah sesungguhnya adalah memberikan aktifitas belajar rutin kepada peserta didik agar tetap terbiasa belajar sehingga ketika kembali ke sekolah semangat belajar tidak padam dan pembelajaran tidak tertinggal.

Pro kontra pembelajaran daring juga terjadi di dunia maya. Berbagai respon datang dari netizen terhadap efektifitasnya. Drone Emprit menangkap percakapan netizen terhadap persepsi publik terhadap pembelajaran daring. Data dicrawling dari Twitter pada periode 25 Maret — 25 Mei 2020 dengan kata kunci dan hashtag ‘kuliah’, ’belajar’, #belajardirumah, dan ‘#belajardarirumah’.

Analisis Sentimen

Berdasarkan analisis, sentimen positif dan negatif cenderung berimbang dengan masing-masing mendapat porsi 48% dengan sisanya 4 % dianggap netral. Hal ini menandakan pro kontra yang terjadi terhadap pembelajaran daring berimbang. Terdapat total 140,269 mentions yang dikumpulkan dan menghasilkan 66,640 memiliki sentimen negatif dan 66,588 memiliki sentimen positif.

Hasil sentimen ini menghasilkan wordcloud seperti ‘rumah’, ‘kesabaran’, ‘berlatih’, dan ‘online’ yang menjadi kata dominan dalam sentimen positif. Sedangkan dalam sentimen negatif, kata dominan didominasi ‘rumah’, ‘online’, ‘kerja’, dan ‘semester’.

Analisis Emosi

Hasil analisis emosi menunjukkan ‘anger’ atau kemarahan/kekecewaan sangat mendominasi. Beberapa twit yang mendominasi lebih banyak menyatakan kekecewaan terhadap terjadinya pandemi yang menganggu proses belajar mengajar. Analisis emosi berikutnya didominasi oleh ‘joy’ atau kesenangan/kebahagiaan. Kontradiktif dengan anger, twit joy ditunjukkan melalui twit-twit menunjukkan vibe kebahagiaan karena mendapat libur mendadak karena pandemi. Sedangkan trust atau kepercayaan menjadi emosi berikutnya yang mendominasi. Netizen masih menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah untuk bisa mengatasi pandemi ini.

Kesimpulan

Pro kontra pembelajaran daring sudah menjadi perdebatan netizen di internet. Hasil analisa Drone Emprit pada periode awal-awal pandemi mulai tanggal 25 Maret — 25 Mei 2020 menunjukkan hasil yang seimbang antara pro dan kontra. Sedangkan dalam analisa emosi anger atau kekecewaan sangat mendominasi. Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait sebaiknya segera merumuskan metode pembelajaran daring yang tepat sehingga bisa diterima dari semua pihak.

--

--