Di antara riuh gegap gempita, seperti apa bentuk cinta? — Apakah padat seperti sekotak cokelat dan sajak bersayap dalam goresan pena? Atau cair seperti minuman kesukaan dalam dua gelas berbeda? Atau gas seperti ungkapan love is in the air yang sering digambarkan sebagai kabut merah muda di udara?
Mungkin kesemuanya, mungkin tidak sama sekali.
***
There goes the saying that love is like breathing; a second nature. Sayangnya, nggak semua orang beruntung buat bisa merasakan cinta, meskipun kita sama-sama tau setiap orang berhak atas cinta yang cukup bagi dirinya. Lantas, apakah ini terjadi karena mereka tidak pantas?
Pengalaman ini cukup personal karena hal tersebut pernah aku tanyakan berulang kali, sembari menatap cerminan diri. Dan jawabannya aku terima lewat romansa dan berbagai bentuk hubungan lain yang nggak disangka. Untuk beberapa waktu, aku berlatih untuk menerima dan mencerna dengan tangan terbuka.
Love is indeed like a breathing, it is taught and requires a learning to properly do it. It is inhaling the unseen to make you feel things in your chest, powerhouse every cell in your body.
Beberapa bentuk cinta memang tampak seperti terkaan di paragraf pertama, tetapi ternyata lebih banyak lagi bentuk-bentuk baru yang butuh waktu satu dua termenung untuk menyadari bahwa itu cinta yang aku bisa rasain setulusnya.
Cinta dalam bentuk jam-jam mengobrol bahasan apa saja dan merasa didengarkan; cinta dalam bentuk mengingat kebiasaan-kebiasaan kecil dan mengingatkan yang rawan terlewat; cinta dalam bentuk keberanian menunjukkan bagian-bagian diri dan merasa aman untuk menjadi diri sendiri.
Love is being gentle to the person we care about when they’re unable to do that to themselves. And this time around I can do it with you.
Bisa jadi masih bercela, ini memang bukan janji atas hubungan yang sempurna. Ini justru ajakan untuk belajar lagi sama-sama, memberi dengan menerima. Dengan satu syarat, kita harus percaya bahwa hal-hal baik dan kasih sayang itu benar untuk kita.
“So, I love you because the entire universe conspired to help me find you.”
***
Kirimkan pesan “Kamala, you there?” ke Telegramku bila kamu butuh bantuan dalam kondisi darurat atau “Ahoy, Kamala!” untuk ajakan berteman. As a lover, as a sister, or as a friend, I’ll be here for you being one bubble away and one dial away.