Nongkrong di Warkop

rubyvie⭐
9 min readOct 10, 2023

--

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa, Hokuto menaiki motor ojek online yang ia pesan sebelumnya. Hari ini ia membulatkan tekad untuk sekali saja mengikuti apa yang ia mau, memenangkan rasa ingin tahunya pada dunia yang ingin sekali ia coba. Yang bagi Hokuto adalah sebuah kebebasan. Dengan pergi ke tempat temannya yang selalu ia anggap memiliki kebebasan tak terbatas itu. Ulangan esok hari? Hokuto bahkan sudah hafal di luar kepala, jadi seharusnya tidak apa-apa jika ia sedikit bersantai saat ini. Mau ketahuan Ibu pun urusan nanti. Ia tak mau melewatkan satu-satunya kemungkinan bebasnya hari ini.

Butuh waktu sekitar 35 menit untuk sampai di warkop tempat Kazuma biasa berkumpul bersama teman-temannya itu. Hokuto kemudian melangkahkan kakinya menuju ke dalam warkop setelah membayar ojek online-nya. Dari tempatnya duduk, Kazuma bisa melihat Hokuto yang saat ini sedang berusaha mencarinya. Ada rasa terkejut di mata Kazuma melihat temannya itu benar-benar datang ke sini, semalam ini pula! Hokuto yang kebingungan itu tak luput dari perhatian orang-orang di sekitarnya yang mulai berbisik-bisik. Bagaimana tidak? Penampilan Hokuto yang kutu buku terlihat begitu menonjol di antara orang-orang yang berpenampilan garang di kanan-kirinya!

“Shohei, lo jemput dia.” Ucap Kazuma pada Shohei di depannya sambil menunjuk ke arah Hokuto dengan dagunya. Shohei yang mengikuti instruksi Kazuma terkejut melihat siapa yang dimaksud temannya itu.

“Hah? Gue gak salah liat? Hokuto ke sini??!” Shohei membelalakkan matanya. “Lo tau dia emang mau ke sini?” Tanya Shohei pada Kazuma yang masih menatap Hokuto di sekitar pintu masuk.

“Hmm, dia sendiri yang bilang mau ke sini.” Jawab Kazuma singkat. Ia mulai melihat Hokuto semakin kebingungan. “Buru gih, susulin!” Pinta Kazuma lagi. Kali ini Shohei segera bergegas karena ia pun mulai melihat Hokuto yang kebingungan.

“Ooh, itu temen lo yang cupu itu, bang?” Tanya Itsuki yang juga ikut memandang Hokuto, sedari tadi. Kazuma hanya mengangguk tanpa menoleh pada Itsuki.

“Bener-bener kebalikannya bang Kazu, ya..” kali ini Makoto ikut bersuara. Kazuma menaikkan sudut bibirnya sedikit, lebih tepatnya ia meringis ketika mendengarnya. Ia dan Hokuto memang sangat bertolak belakang. Bagi Kazuma, Hokuto anak baik-baik yang selalu menurut pada orangtuanya, tidak sepertinya yang sering sekali dan bahkan selalu melawan orangtuanya. Hanya saja, ia tak paham kenapa Hokuto yang sudah sesempurna itu malah menatap Kazuma dengan perasaan sedih dan hampa. Apa yang Kazuma tak pahami dari temannya itu?

Kemudian Shohei datang bersama dengan Hokuto yang saat ini menatap lurus pada matanya. “Di sini tempat kita kumpul biasanya. Lo duduk sana aja ntar.” Ucap Shohei menuntun Hokuto. Hokuto mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan masih terus berjalan hingga ia sampai di depan Kazuma.

“Nih. Vitamin sama air putih. Lo butuh banyak minum, badan lo anget, tau gak?” ucap Hokuto, membuat Kazuma membelalakkan matanya terkejut. Kazuma tak menyangka Hokuto benar-benar datang ke sini untuk membawakannya vitamin. Ia bahkan tak menyadari jika dirinya sedang sakit sampai Hokuto mengatakannya lewat pesan sebelumnya. Dan yang Hokuto lakukan kali ini membuatnya terkejut, temannya itu membawakannya perhatian yang sudah lama Kazuma rindukan.

“Makasih, udah gue bilang lo gak perlu repot-repot.” Jawab Kazuma, ia mulai membuka botol vitamin itu dan meminumnya perlahan.

“Kalo gak gini, gue yakin lo gak bakalan peduli sama badan lo, ya ‘kan?!” Omel Hokuto lagi. Entah kenapa membuat Kazuma sedikit senang. Ia tanpa sadar tersenyum.

“Loh ternyata lo ke sini nganter obat ke mas bro?” Tanya Shohei pada Hokuto yang kini sudah duduk di depan meja, bersebelahan dengan Itsuki. Hokuto hanya mengangguk. “Gue bahkan gak tau kalo mas bro sakit.” Lanjut Shohei lagi.

kira-kira seperti ini posisi mereka

“Gue emang gak sakit kok.” Kazuma masih menjawab, yang kemudian dihadiahi tatapan kesal oleh Hokuto.

“Ya, tapi badan lo tuh anget. Masih ngeyel aja!” Matanya mendelik menatap Kazuma. Kazuma hanya memalingkan wajahnya.

“Enak banget, bang Kazuma doang yang dikasih. Gue juga mau dong, dikasih vitamin kayak bang Kazuma.” Itu suara Itsuki yang sedari tadi menatap Hokuto di sebelahnya. Hokuto tersenyum, satu hal yang jarang Kazuma lihat. Hokuto ter-se-nyum.

“Lo mau juga,..?” Hokuto menjawab Itsuki dengan ragu, karena ia belum mengenal pria di sebelahnya ini.

“Gue Itsuki, Fujiwara Itsuki kelas 11 Ips 2.” Itsuki yang paham akhirnya mengenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan.

“Ah, iya, Itsuki, ntar gue bawain kalo ke sini lagi.” Jawab Hokuto masih dengan senyuman yang jarang ia perlihatkan. Ia membalas uluran tangan Itsuki tanpa menyadari tatapan Kazuma yang menajam padanya.

Emang harus banget senyum di depan Itsuki? Orang yang baru dia kenal?’ Kazuma tak bisa menghentikan pikirannya untuk merasa kesal.

“Hokuto senyum gak sih? Perasaan di sekolah gak pernah kayak gini.” Ucap Shohei pada Kazuma dengan suara yang sedikit pelan.

“Emang biasanya gimana, bang?” tanya Makoto yang ikut memperhatikan Hokuto.

“Lebih sering merengut? Tanya aja sama mas bro noh.” Shohei melemparkan pertanyaan Makoto pada Kazuma. Sayangnya, Kazuma tak mengatakan satu patah kata pun dan masih memperhatikan Hokuto yang saat ini mengobrol dengan Itsuki. Membuat Makoto di sampingnya heran.

Hokuto kemudian mengarahkan pandangan matanya pada Makoto, karena ia sedikit mengenali wajahnya tapi tidak tahu siapa nama laki-laki yang sering ia lihat bersama dengan Kazuma itu. Makoto yang ditatap begitu jadi sadar bahwa ia pun belum mengenalkan dirinya pada teman abang kesayangannya itu.

“Ah, gue Hasegawa Makoto kelas 11 Ips 1.” Ucap Makoto sambil mengulurkan tangannya. Hokuto menyambut tangan Makoto dengan riang.

“Oh, Makoto ya, gue sering liat lo nyusulin Kazuma ke kelas.” Jelas Hokuto, ia ingat Makoto lah yang sering menjemput Kazuma untuk bolos. Makoto hanya tersenyum tipis.

“Lo mau dipesenin minum apa, Hok?” Tanya Shohei, inisiatif karena Kazuma saat ini tidak bersuara sedikit pun. Lebih tepatnya sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Hah? Gak ngerti gue, gue kan baru pertama kali ke sini.” Ucap Hokuto singkat. Ia mulai mengambil ponselnya yang sedari tadi berbunyi.

“Yaudah, gue pesenin es teh aja ye, takutnya lo ga cocok sama minuman lain-lainnya.” Hokuto hanya mengangguk singkat, ia bisa mendengar Shohei berbicara dengan pemilik warkop dari tempatnya. Ia sendiri masih sibuk menatap layar ponselnya, matanya kemudian mendelik melihat postingannya yang memang ramai di twitter.

“Ka..Kazuma! Sorry… Postingan gue soal foto lo, kayaknya uda rame banget!” Hokuto memanggil Kazuma di seberangnya dengan rasa bersalah yang terpampang di wajahnya. Ah, Kazuma bahkan lupa! Ia seharusnya memarahi Hokuto habis-habisan soal foto itu! Namun rasa kesalnya hilang begitu melihat Hokuto kebingungan tadi, ditambah saat ini wajah teman berkacamatanya itu tak lagi menampilkan senyum yang sebelumnya selalu ia tunjukkan. Membuat Kazuma tak tega memarahinya.

“Yaudah, biarin aja.” Ucapan Kazuma itu membuat Hokuto, Makoto, dan Shohei seketika menatap Kazuma heran. Lupakan Itsuki, ia saat ini sedang sibuk melihat ponselnya. Ikut meramaikan postingan Hokuto.

“Hah? Lo serius mas bro? Gue kira lo bakal marah. Gue udah tegang tadi, takut-takut warkop ini jadi ricuh.” Ucap Shohei sambil mengelus dada lega.

“Alay banget lo!” Kazuma memukul lengan Shohei di sampingnya. Yang dipukul hanya bisa mengaduh.

“Beneran? Lo gak marah sama gue?” Tanya Hokuto memastikan. Kazuma menggeleng.

“Enggak.” Jawabnya singkat. Ia mulai menyalakan rokoknya yang entah keberapa hari ini. Hokuto masih menatap Kazuma tak percaya, karena tadi selama perjalanan jantungnya tak bisa berhenti berdebar. Takut jika temannya itu marah padanya.

Padahal tadi marah banget minta fotonya dihapus. Kok sekarang katanya gak papa?

Masih menatap Kazuma dengan pikirannya sendiri, Hokuto tiba-tiba memalingkan muka ketika Kazuma menatapnya balik. Membuat Kazuma ikut mengalihkan pandangannya. Keduanya sama-sama menyibukkan diri, Hokuto dengan ponselnya dan Kazuma dengan isapan rokoknya. Berharap tak ada yang melihat tingkah aneh mereka barusan. Sayangnya, Makoto sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Sebagai seseorang yang dekat dengan Kazuma, selain Shohei, tentu ia tahu ada sesuatu di antara abang kesayangannya itu dengan teman berkacamatanya.

Es teh yang dipesankan Shohei untuk Hokuto baru saja tiba. Hokuto kemudian meneguk pelan es tehnya, merasakan sensasi dinginnya es batu yang lebih banyak daripada teh itu sendiri. Ia bergidik geli. Membuat Kazuma yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum kecil.

Iya.. Kazuma memperhatikan Hokuto, ia hanya ingin memastikan temannya itu baik-baik saja. Bagaimanapun ia rasa tempat ini tak cocok dengan Hokuto. Namun, temannya itu masih terlihat baik-baik saja sejauh ini, walau dengan asap rokok yang mengepul di berbagai tempat. Hokuto masih bisa tersenyum menanggapi Itsuki yang mengajaknya mengobrol dari tadi. Kazuma bisa tenang sedikit kali ini… Hingga kemudian, Itsuki mulai mendekatkan dirinya pada Hokuto.

“Bang Kazuma enak banget sih, bisa sekelas sama lo yang cantik gini! Pantes bang Kazuma gak bilang-bilang!” Itsuki menarik dagu Hokuto ke arahnya dan mengamati wajah kakak kelasnya itu dengan jarak yang sangat dekat. Membuat Hokuto terkejut dan setengah tersipu karena Itsuki terang-terangan mengatakan bahwa ia cantik di depan umum! Membuat Kazuma seketika berdiri dengan matanya yang mendelik kaget.

“Ayo, gue anter lo pulang!!” Tak sempat menjawab Itsuki atau menyingkirkan tangan adik kelasnya itu dari dagunya, tiba-tiba Kazuma meraih tas kecil Hokuto dan menarik tangannya dengan paksa. Ketenangan Kazuma barusan dirusak oleh Itsuki yang tiba-tiba melakukan kontak fisik pada Hokuto. Ia sebenarnya tak paham kenapa ia semarah ini melihat Itsuki mendekati Hokuto, ia hanya mengikuti nalurinya untuk segera membawa Hokuto pergi dari sini.

“Lepas, Kazuma! Gue gak mau pulang!” Kazuma semakin mempererat genggaman tangannya, membuat Hokuto kesakitan dan sedikit tak terima. Karena ia belum mau pergi dari sini. Ia akan kehilangan kebebasannya yang mungkin tak akan ia dapatkan lagi.

“Gue anter lo pulang, sekarang!” Perintah Kazuma masih menarik tangan Hokuto dengan paksa menuju tempat parkir di depan.

“Dih, tuh, kan! Bang Kazuma pelit amat!” Itsuki menatap kepergian Hokuto dan Kazuma itu dengan malas. Ia kemudian fokus pada ponselnya lagi. Sedangkan Shohei dan Makoto saling pandang satu sama lain.

Itu bang Kazu, cemburu?” Tanya Makoto dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Shohei.

Gatau, kayaknya? Atau, dia gak mau Hokuto kenapa-napa kali. Lo tenang aja..” Jawab Shohei sambil berbisik pula. Ia tahu adik kelasnya itu mungkin khawatir dengan Kazuma dan Hokuto.

“APA SIH?!!! KENAPA LO BAWA GUE PULANG! GUE GAK MAU!” Hokuto berteriak ketika Kazuma melepaskan genggamannya di tempat parkir. Kazuma yang diteriaki seperti itu bingung.. Ia tak tahu harus memberikan alasan apa karena tiba-tiba menarik Hokuto keluar. Ia tidak mungkin mengatakan jika ia benci melihat Itsuki yang sedang menggoda Hokuto, ‘kan? Walau alasannya demi kebaikan Hokuto sendiri, tapi Kazuma tak mungkin mengatakannya. Ia tak mau membuat Hokuto salah paham.

“KENAPA?! ASAL LO TAU YA! GUE JARANG BANGET KELUAR, GUE CAPEK BELAJAR MULU! LO BILANG SENDIRI GUE BUTUH ISTIRAHAT! GUE LAGI ISTIRAHAT! KENAPA LO NYURUH GUE BALIK LAGI KE RUMAH, HAH?!! MAU LO GIMANA SIHHH???!! –aduh, pusing, kepala gue..” emosi Kazuma sebelumnya mendadak hilang ketika ia mendengar Hokuto mengeluh karena kepalanya pusing, ia kemudian tertawa. “Kok lo ketawa? Gue lagi marah!” kesal Hokuto.

“Hahahahah, lagian lo sih! Kalo gak kebiasa teriak jangan teriak dong. Pusing kan, lo! Ahahahak..” Kazuma memegangi kedua bahu Hokuto sambil meneruskan tawanya. Hokuto hanya bisa mendengus kesal, karena yang dikatakan Kazuma memang benar. Kepalanya pusing karena berteriak dalam sekali napas, hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

“Berhenti ketawa!” Ucap Hokuto masih dongkol. Kazuma menuruti temannya itu. Ia kemudian memasangkan helm cadangan yang selalu ia bawa pada kepala Hokuto. Ada untungnya juga ia selalu mambawa dua helm selama ini, selain untuk digunakan bergantian, ternyata bisa digunakan untuk antisipasi hal seperti ini.

“Iya iya. Ayo, gue anter pulang sekarang.” Kazuma mulai menaiki motornya. Mau tak mau Hokuto ikut naik karena Kazuma sudah memakaikannya helm. Walaupun ia masih kesal tapi sepertinya tak ada cara lain, ibunya mungkin sebentar lagi pulang.

Hokuto masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih dan mengembalikan helm pada Kazuma secara singkat. Iya, ia masih kesal pada temannya itu. Kazuma menerima helmnya dengan tawa yang masih tersisa, ia sempat mengusak pelan rambut Hokuto karena ia tahu temannya itu masih kesal. Ia kemudian melengang pergi ketika Hokuto sudah memasuki rumahnya. Di dalam rumah, rupanya Ibunya sudah menunggu dengan tangan dilipat di dada.

“Kamu darimana, Hokuto? Ibu sudah bilang kamu harus belajar, ‘kan?” Tanya Ibunya itu.

“Dari luar sebentar. Hokuto udah belajar, kok.” Iya, kan setiap hari ia sudah belajar. Hampir semua waktunya ia habiskan untuk belajar.

“Siapa itu tadi? Yang mengantarmu?” DEG! Pertanyaan ini yang malas Hokuto jawab. Ia tak mungkin menjawab itu adalah ojek online yang ia pesan. Karena suara tawa Kazuma tadi cukup keras dan kemungkinan Ibunya melihat Kazuma yang mengusak kepalanya tadi. Hokuto memilih untuk melanjutkan jalannya saja ke kamar. “Kazuma, ya?” Hokuto terdiam. Membuat Ibunya berdecak kecil. “Sudah Ibu duga. Sini, kamu gak perlu bawa ponsel seminggu dari sekarang!”

“Ibu! Tapi kalo ada tugas kelompok, gimana?” Tanya Hokuto memelas. Air matanya hampir saja mengalir.

“Ibu bisa kasih tau kamu nanti. Sini!” Hokuto akhirnya menyerahkan ponselnya dan kembali ke kamarnya dengan rasa kesal yang teramat sangat. Ia tidak mengira hasilnya akan seperti ini. Walaupun ia sudah cukup senang tapi satu-satunya kebahagiaan yang mungkin ia bisa dapatkan dari ponselnya pun kini telah direnggut. Hokuto tak tahu lagi harus bagaimana setelah ini.

~~~

Sementara itu, Kazuma kembali ke warkop dengan wajah kesalnya yang ia tahan sebisa mungkin. Menatap kembali wajah Itsuki membuat amarahnya kembali naik.

“Bang Kazu nganter Bang Hoku pulang tadi?” Tanya Makoto. Kazuma mengangguk.

“Iya, di sini gak aman. Ada kucing liar, gue takut dia dicakar!” Sarkas Kazuma sambil menatap tajam Itsuki yang masih sibuk dengan ponselnya.

“Hah? Ada kucing liar? Dimana? Kok gue gak liat? Bisa gue bawa pulang, biar jadi temennya Mars..” Itsuki yang hanya mendengar kata kucing liar menanggapi tanpa tau bahwa dirinya lah yang dimaksud Kazuma. Membuat Kazuma semakin mendengus kesal

Bodoh banget! Dasar gak peka!

--

--

rubyvie⭐

sometimes write & draw 💘🐷 Hokuto•吉野北人 | 🐺 Kazuma•川村壱馬 | 🐶 Minhyuk♡ ⭐⋈ MONSTA X | II̷I̷I̷ WONHO | 👊THE RAMPAGE♡ 🎶ただ君の隣にいたい..それだけが僕の願い❤️🎶