A sweet convo in Puncak with his little sister

RUBY SAYS
3 min readDec 12, 2022

--

Photo by George Bakos on Unsplash

“Kamu kok dari tadi kayak sibuk banget sama handphone sih?” tanya Morgan pada Hannah karena sejak tadi sibuk menatap layar ponsel padahal saat ini mereka tengah menikmati pemandangan puncak dari villa milik papanya.

Hannah melirik Morgan sejenak, lalu kembali fokus pada ponsel. “Aku lagi balesin DM Instagram.”

“Kalau cowok nggak usah dibales. Blok aja kalau bisa,” sambung Morgan langsung.

Kedua mata Hannah berputar. Dia memasang wajah malas. “Stop it.”

Morgan tersenyum lalu mengacak pelan rambut adiknya.

Tidak dia sangka bahwa untuk mengembalikan senyum remaja yang pada dasarnya periang ini hanya dengan membawanya ke puncak, makan indomie rebus dan gorengan, serta duduk santai di halaman villa tanpa melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya bikin kepala pusing.

“Thank you for coming here with me,” ucap Morgan lembut. “And thank you for accepting my apology.”

Don’t mention it,” balas Hannah cuek. “Yang penting jangan diulangi lagi. I might look so young, tapi aku cukup tau apa yang baik dan tidak baik untuk aku lakuin, Kak. I’m a girl with deep consideration.

“Kamu tuh cara ngomongnya kok dewasa banget sih?”

Kening Hannah berkerut. “Lebay. Emang kamu mau aku ngomong kayak anak kecil terus gitu? Eh kamu mana pernah liat aku pas kecil, ya.”

Morgan langsung terdiam. Hannah memang paling bisa membuatnya mati kutu.

“Nggak usah merasa bersalah. I understand your dissapoinment because if I were you, I might do the same thing or even more.”

More like?

Maybe I wouldn’t even want to see my family anymore and just enjoyed my life in a place that welcomed me for who I am.

Morgan tersenyum. “Does it mean that I am better than you in terms of forgiving people?

Probably,” Hannah mengangkat bahu. “By the way, feel free to smoke if you want to. Tapi yang rokok elektrik aja, ya.”

Astaga. Adiknya ini.

It can wait,” ucap Morgan. “You have to know one thing, Hannah. I’ve never rejected your existence in the first place. I only hate Papa for neglecting me after my mom passed away while I did need his full attention and love.”

It must be the hardest time for you. Waktu itu kamu masih belasan tahun kan, Kak?”

Morgan mengangguk. “Glad I have the best uncle like Om Gerry.”

He is one of the sweetest men on earth.

Definitely.”

Hannah mengambil kentang goreng yang disediakan penjaga villa lalu memasukkannya ke dalam mulut. Sembari mengunyah dia berkata, “Aku pernah lihat foto mama Kak Morgan. She was such a very beautiful woman. Your smile looks exactly like hers.”

She’s the most beautiful woman I’ve ever met. Kamu yang kedua,” kata Morgan lalu mengedipkan sebelah mata.

Hannah mencibir. “Really? Not your girlfriend?

I don’t have one.”

You have hundreds.”

“Aku nggak punya pacar, Hannah,” kata Morgan meyakinkan.

“Terus yang kamu bawa ke apartemen Om Gerry?” tanya Hannah penasaran.

“Kamu salah lihat,” Morgan berdalih.

“Mataku masih normal kali,” Hannah menghela nafas. “But if you say so then I have to believe in you.

Lalu tak ada lagi percakapan yang terjalin. Hannah kembali sibuk dengan ponselnya dan Morgan mulai menyalakan rokok elektriknya.

“Miss Tita tuh cantik banget deh,” monolog Hannah mengalihkan perhatian Morgan.

“Siapa?” tanyanya memastikan.

Hannah menunjuk layar ponselnya. Terlihat Juwita yang sedang menggendong seekor anjing lucu.

“Kamu follow akun Miss Juwita?” tanya Morgan.

Of course. Mau follow juga?” tanya Hannah.

“Buat apa?”

You know each other. Kenapa mesti nggak saling follow?” Hannah balas bertanya.

“Nanti pacarnya marah kalau aku follow,” canda Morgan.

Hannah menonjok pelan bahu kakaknya. “Sok kecakepan. Lagian kalau berdasarkan yang aku liat, Miss Tita kayaknya single. Ngomongin cowok nggak pernah.”

She is your math tutor. Ngapain dia ngomongin cowok sama kamu?” balas Morgan sengit.

“Bukan itu maksud aku, Kak,” Hannah berdecak sebal. “Susah emang ngomong sama orang sumbu pendek kayak kamu. Eh Miss Tita bales story aku. Miss Tita juga lagi di puncak ternyata! Mau ketemuan nggak?”

“Emang kamu mau? Kita kan lagi quality time berdua,” jawab Morgan walaupun di hati kecilnya ada sedikit keinginan untuk bertemu dengan tutor adiknya.

“Boleh boleh aja. Aku suka ngobrol sama Miss Tita. She’s a good story teller but also a genuine listener,” lanjut Hannah. “Tanyain ah Miss Tita di villa mana. Kalau nggak jauh-jauh amat kita samperin ya?”

“Up to you. Hari ini kamu bosnya,” jawab Morgan.

Lalu tanpa Hannah ketahui dan entah Morgan sadar atau tidak, tangannya sudah dengan cepat mengetik nama Juwita di Instagram lalu menekan tombol follow.

***

--

--