wully
3 min readDec 23, 2022

Sebuah Harapan

Hujan masih belum reda. Tetesan air itu terus-terusan berjatuhan dengan cepat membasahi bumi. Derasnya hujan saat itu menciptakan genangan air di mana-mana. Hal itu membuat sebagian besar orang berlindung di dalam rumah sembari menikmati minuman hangat yang mereka buat. Namun, tidak dengan Azel. Gadis itu masih setia berdiri di depan pagar rumahnya, memegang payung hitam yang melindungunya dari guyuran hujan. Pakainnya sudah cukup basah terkena percikan air yang tak kunjung reda. Sudah hampir dua jam lamanya gadis itu berdiri di sana. Sesekali ia menggerakan kakinya agar tak terlalu lelah karna harus menopang tubuhnya sedari tadi. Tubuhnya menggigil. Bibirnya sudah memucat. Namun, ia masih mau menunggu. Ia menunggu seorang yang menjanjikan sebuah harapan.

“Kakak, ngapain hujan-hujanan. Nanti sakit.” ujar bocah kecil yang sudah memakai piyamanya. Ia meneriaki sang kakak dari balkon kamar.

“Lagi nunggu orang. Tidur Yumna. Udah malem. Besok kamu kesiangan.” jawab gadis itu dengan bibir sedikit bergetar.

“Tapi aku mau nemenin Kakak.” ujar bocah itu tak mau kalah.

Azel menghela nafas. Adiknya memang sangat keras kepala.

“Kakak berani Yumna. Bentar lagi orangnya dateng kok. Nanti Kakak langsung masuk.”

“Janji, ya?” ujar si bocah itu sembari mengangkat jari kelingkingnya. Dengan senyum samar, Azel membalas dengan kelingking juga.

“Iya, Kakak janji.”

Kemudian bocah kecil itu masuk ke dalam kamarnya menyisakan Azel yang masih setia berdiri di bawah guyuran hujan yang entah kapan akan berhenti.

“Ojan, lo pasti dateng kan?” batin Azel dengan penuh harap.

Ia terus memandang ke arah kanan, jalan yang biasa dilalui oleh Ojan saat kembali ke rumahnya. Berharap sebuah kendaraan melaju dari arah sana dan menghampiri dirinya yang sudah kewalahan. Namun, hal yang ia harapkan tak kunjung datang. Tak ada satupun kendaraan yang melintasi jalan itu. Tak ada tanda-tanda kedatangan sang lelaki. Ia hampir menyerah dan ingin masuk ke dalam rumah, tetapi kilauan cahaya dari arah kanan menggagalkan niatnya.

Azel tersenyum lebar. Gadis itu memandangi mobil yang tak asing di matanya dengan penuh harap. Tubuhnya ingin bergerak ke arah datangnya mobil hitam itu. Namun, cahaya mobil itu membutakannya. Yang dilihat hanyalah pancaran cahaya yang amat terang dari lampu depan mobil. Gadis itu mengurungkan niatnya. Ia menghentikan langkah kakinya.

Beberapa saat setelahnya, mobil hitam itu berhenti. Lampunya menggelap seiring dengan matinya mesin mobil. Lalu, seseorang membuka pintu mobil dari dalam. Ia mengeluarkan payung hijau untuk melindungi diri dari derasnya hujan. Setelah dirasa tak akan basah, lelaki itu keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan yakin.

Dahi Azel mengernyit. Pandangan tak begitu jelas karena terhalang derasnya hujan. Yang terlihat olehnya hanya seorang lelaki jangkung dengan payung yang menutupi sebagian besar wajahnya. Azel tak yakin dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pandangannya benar-benar buram.

Lelaki itu pun berjalan ke arah Azel. Langkah besarnya dengan cepat membawa ia ke hadapan Azel yang kini menatapnya dengan bingung. Dan saat lelaki itu sudah berada di hadapan Azel, ia mengangkat sedikit payung yang ia pegang untuk menampakan wajahnya.

“Iyyan..” ucap Azel dengan senyum yang tak lagi sama.

“Lo ngapain ujan-ujanan? Nungguin siapa, Zel?” tanya Iyyan yang bingung dengan sikap Azel.

“G-gue.. nunggu.. tukang bakso hehe.” jawab Azel sekenanya.

“Astaga. Kan bisa nunggu di teras. Bibir lo udah pucet banget tuh. Dingin ya?” ujar lelaki itu dengan nada khawatir.

“Eheheh, iya dikit.”

Iyyan meletakan keresek besar yang sedari tadi ia pegang. Dengan satu tangan ia berusaha melepas jaket yang ia kenakan. Kemudian, dengan susah payah lelaki itu memakaikan jaket besarnya ke tubuh Azel yang mulai menggigil.

“Masuk, yuk. Nanti lo sakit.” ujar Iyyan dengan lembut.

Azel tak menjawab. Ia menatap kendaraan berwana hitam itu dengan penasaran. Ia berharap seseorang membuka pintu lagi dan keluar untuk menghampirinya. Azel berharap Ojan datang bersama Iyyan. Namun, nihil. Mobil itu tampak kosong. Tak ada tanda-tanda seseorang akan muncul dari dalam sana. Gadis itu kecewa.

“Kenapa? Lo ngeliatin apa?” ujar lelaki itu. Lagi-lagi ia dibuat bingung dengan sikap Azel.

“Ngga papa. Ayo, masuk. Yang gue tunggu ngga akan dateng.” ucap gadis itu dengan sangat kecewa.

“Abang baksonya?” tanya Iyyan memastikan.

Azel hanya tersenyum. Meski hanya dengan senyum yang ia paksakan. Ia bingung. Kemana perginya orang yang sudah menjanjikan sebuah kedatangan. Apakah orang itu memang tak berniat mendatanginya. Entahlah. Gadis itu sudah terlalu lelah untuk berpikir.

“Lo kemana Ojan?” batin gadis itu dalam hatinya.

wully

WRITTING ACCOUNT🤝🏻 treasure (updatenya ga pasti ya, maap bgt nie) || akun bobrok yg berkedok teuthor🙏🏻 || SC : https://secreto.site/id/22941799