A Beautiful Confused Night

Chocooblas
6 min readSep 26, 2022

Seperti yang telah Giandra janjikan pukul 6.30 malam ini dirinya pergi ke apartemen Kevia sang kekasih yang sebelumnya sudah Giandra beritahu terlebih dahulu mengenai keberangkatannya.

Malam ini mereka merencanakan untuk pergi kencan-date-yang sebenarnya sepenuhnya merupakan rencana Giandra semalam yang mengucapkannya untuk menghibur sang kekasih, memberikan ketenangan disaat Kevia mengalami sedikit shock dan juga mengalami tekanan.

Giandra merasa bersalah karena kemarin malam membawa sang kekasih ke dunia malanya, dunia yang penuh orang kelelawar mengarungi malam, penuh dengan suara geberan motor-motor besar yang siap mengarungi jalanan balap. Jangan lupakan wanita yang berpakaian minim, dan banyak orang berisik sana-sini, dentingan botol alkohol pun juga turut mengisi riuh selain suara teriakan saat balapan berlangsung.

Malam kemarin memang sedikit penuh dari biasanya karena pertandingan balap yang terjadi antara dirinya dan anak buah Yugi menarik banyak perhatian penyuka balap liar malam.
Kedua geng motor tersebut disegani, sering di favoritkan, di agung-agungkan karena skill mereka dalam menunggangi kuda besi mereka memecah jalanan malam.

Salah Giandra mencoba membawa Kevia yang notabennya adalah anak rumahan, rajin, pendiam dengan orang asing, baik dan lugu.
Selain itu Giandra melakukan kekerasan di depannya, mungkin saat ini Kevia menyimpan sedikit kesan buruk padanya, kasar.

Ajakan Giandra malam ini untuk keluar bersama dengan agenda sederhana, pergi ke pasar malam di dekat alun-alun kota yang biasa ramai di penghujung pekan ini. Dengan keinginan membuat suasana hati sang kekasih yang buruk semalam akan sedikit mereda meski tak sepenuhnya menghilang, Giandra tak akan memaksa.

Tak seperti biasanya dirinya selalu mengebut di jalanan jika sudah mengalokasikan arah motornya ke apartemen Kevia untuk menjemput atau berkunjung ke sana, kali ini Giandra melajukan motornya perlahan. Giandra merasa sedikit gugup, tak tau mengapa hanya sedikit rasa bersalah dan ikut sedih mengetahui apa yang terjadi pada Kevia semalam.

20 menit lebih waktu yang Giandra tempuh, sedikit sibuk dengan jalanan yang padat karena hari di minggu kebanyakan orang akan keluar rumah sekedar mencari angin atau pergi ke suatu tempat dengan tujuan tertentu.
Giandra memakirkan sepedanya di kawasan depan apartemen Kevia, bertukar pesan mengabari sang kekasih bahwa dirinya sudah tiba di depan apartemenya dan menunggu disana.

Kevia menjawab iya dengan singkat dan mengatakan akan segera turun ke bawah karena dirinya telah siap, hanya tinggal memakai sepatu saja.

Tak lama, kurang lebih 5 menit Kevia muncul. Memakai kaos lengan panjang dengan kerah sedikit tinggi dan ceana jeans berwarna senada, serba hitam.
Tanpa adanya perjanjian sebelumnya pakaian mereka senada, all black. Giandra memakai celana jeans besar hitam dan hoodie hitamnya.

“Sorry, lama ya nunggunya?” Tanya Kevia saat sampai di dekat Giandra yang setia duduk diatas motor besarnya.

“Gak kok cuman 5 menitan, gapapa yang” jawab Giandra dengan senyum yang masih terkesan terkejut dengan apa yang dikenakan Kevia saat ini.

Kagum? Pasti, tidak ada jawaban yang lain.
Wanita pendiam, pintar, sederhana dan sorot mata yang teduh dan tenang jauh dari perkiraan Giandra untuk menjadi alasan jatuh pada seorang wanita.

Dunia malam membawa banyak wanita minim pakaian, wangi menusuk hidung menggoda, centil di setiap keadaan, dengan dandanan yang bisa dibilang berlebih menjadi dugaan awal kriteria wanita yang Giandra suka.

Karena selama ini tipe wanita yang bersamanya juga seperti itu, bahkan pasangan semalamnya juga tak jauh dari sana.
Namun jatuh hati pada Kevia rasanya aneh, jauh dari dugaan tapi melebihi ekpektasi. Giandra suka, dan kini menjadi candu. Melihat senyum manis terkulas dalam wajah teduh dengan sederhana membungkus wajah Kevia menjadi indah, cantik.

“All black?” Tanya Giandra.

Kevia yang baru menyadari kesamaan outfit mereka pun terbelalak, melihat ke arah pakaianya sendiri dan pakaian Giandra secara bergantian.

“Loh.. iya? Samaan.. all black” jawab Kevia dengan kikuk, tak ada niat sebelumnya juga Kevia memakai pakaian serba hitam. Hanya ingin terlihat santai dan hitam menurutnya sesuai dengan konsep tersebut.

“Sehati kita, gak ada janjian udah couple-an hehe” cengir Giandra senang, membuat Kevia sejenak mengagumi senyum tampan lelaki di depanya ini.
Sungguh Kevia tulus mencintainya, mencintai lelaki tampan bertubuh gempal dan atletis yang dengan mudahnya terlihat menawan dengan apapun yang ia kenakan dan kapanpun itu, seperti istilah menawan tanpa batasan.

Tapi ada sedikit hal yang mengganjal dalam dirinya, apakah Giandra juga mencintainya seperti dirinya? Apakah Giandra memiliki perasaan yang sama? Apakah Giandra tulus dengan perasaanya pada Kevia?
Banyak pertanyaan terlintas dalam pikiran Kevia, mengganggu setiap sudut kepala Kevia dengan trues issue yang disebabkan pada malam itu, andai saja Kevia tak datang, andai Yuda-Yuda itu tak mendekatinya dan mengatakan hal yang tidak-tidak, andai andra-nya itu tak mengajaknya ikut serta ke arena balap malam itu, Kevia tidak akan meragu seperti ini.

Mungkin wanita lain akan langsung mempertanyakan hal ini pada sang kekasih, mencari kebenaran di balik itu, menyelesaikannya entah dengan kepala dingin atau tidak, pertengkaran kecil mungkin akan terjadi. Dan apapun pertengkaran sekecil apapun itu, Kevia tak mau itu. Biar saja Kevia yang memikirkannya dulu, memenjarakan segala opini dan pertanyaan yang berputar dalam otaknya, mencari alasan yang tepat terlebih dahulu untuk mendinginkan hatinya.

Kevia bukan ingin diam saja, ingin Kevia secara gamblang bertanya, mendapat jawaban logis yang memberatkan pikirannya, untuk percaya pada sang kekasih. Tapi Kevia harus memilih waktu yang tepat, kata-kata yang tepat, dan tempat yang tepat untuk membahas hal sensitive ini.

Ya, Kevia adalah orang yang penuh dengan perencanaan, segala sesuatu harus terjadwal, ter-agendakan, tak bisa sembarangan karena memikirkan segala kemungkinan, baik buruknya. Kevia tak ingin gegabah, apalagi masalah hati dan perasaan dalam hubungan.

“Yang, nanti makan dulu ya.. baru ke pasar malam” Giandra membenarkan duduknya, memberi ruang untuknya membenarkan pakaiannya yang sedikit terlipat lalu memasukkan kunci motornya yang tadi ia lepaskan.

“Yang.. gimana? mau?” Giandra kembali bertanya karena menyadari tak ada jawaban dari sang kekasih, Giandra sibuk menghidupkan mesin motor besarnya.

Namun Kevia masih belum membalasnya, Giandra menoleh dan mendapati Kevia terdiam menatap kosong ke arah motornya, melamun.

“Yang..” panggil Giandra sedikit khawatir.

“Ayang….” Suara Giandra sedikit lebih keras meski masih terkesan halus, Giandra gelisah.

Tangan Giandra meraih lengan sang kekasih, lalu turun menggenggam jemari Kevia, menggesekkan ibu jarinya di telapak tangan Kevia.

“Sayang….” Panggil Giandra lagi, sedikit lebih kencang dari sebelumnya untuk menyadarkan Kevia yang masih terdiam.

Dan panggilan terakhir dengan sedikit Giandra memberi tarikan ringan pada tangan Kevia, wanita itu akhirnya tersadar.

Tersadar dari lamunan dalam yang sejak kemarin memenuhi kepalanya yang terasa ingin meledak.

“Eh.. iya? Apa ndra?” Tanya Kevia setelah sadar dari lamunan, dan mengerjapkan beberapa kali kelopak matanya dengan bulu mata lentik itu.

“Kamu melamun yang?” Tanya Giandra, raut wajahnya semakin khawatir.

“Hah? Melamun? Enggak kok” jawab Kevia kalang kabut, tidak, Giandra tak boleh tau terlebih dulu apa isi pikirannya.

“Iya kamu melamun yang, lagi mikirin apa?” Tanya Giandra menjawab penolakan dari Kevia atas pertanyaan sebelumnya.

“Gak kok, gak mikirin apa-apa” jawab Kevi lagi, tersenyum kikuk dan sesekali menunduk gugup.

“Beneran yang? Apa ada yang pengen diomongin?”

Damn!!

Kevia sedikit terkejut, pertanyaan Giandra tepat tak meleset. Kevia sedikit terbelalak, lalu segera menormalkan dirinya, berusaha sedemikianya untuk meredam gugup, bersikap biasa, senormal mungkin.

“Gak kok, enggak.. ini.. apa.. cuma.. ke- ke- kepikiran tugas dari guru ndra, ada banyak tugas buat koreksi dan imput nilai besok senin, mana ada jadwal rapat buat kunjung alam juga” terang Kevia yang memerkerjakan otaknya secepat mungkin, mencari alasan logis, meski dirinya harus berbohong.

Tak sepenuhnya, karena memang apa yang Kevia sebutkan juga tugas yang memang harus dirinya selesaikan, meski bukan alasan utama penuh pikirannya saat ini.

“Oooh.. iya sih, mingdep sibuk ya kamu yang?” Tanya Giandra yang terlihat percaya, Kevia membuang nafas panjang diam-diam, merasa sedikit lega.

“Iya, jadwal rapat OSIS mungkin hampir tiap hari, dan guru-guru udah pada pesen buat minta bantu” jawab Kevia lagi.

“Aduh emang ya… ngerepotin mulu, kan kasian pacar aku jadi repot” ucap Giandra dengan masih menggenggam lembut tangan Kevia, membuat wajah sok sebal dan seikit bersungut.

“ih.. gak boleh gitu ndra, lagian pertengan tahun depan juga udah berhenti jadi OSIS, jadi sekarang jadi abdi dulu gapapalah” terang Kevia, mencoba menjelaskan situasi yang ia buat sendiri padahal Kevia tak ada keberatan melakukan tugas-tugas kesekolahannya itu.

“Kalo capek bilang ya? Biar aku bantuin”
“Gapapa kok bisa aku kerjain sendiri, kalo tugas OSIS kan dibantu anak-anak ndra”
“Tapi sampek melamun loh kamu yang” debat Giandra, alisnya menaut.
“Ih cuma mikir doang kok, gak capek, belum hehe” cengir Kevia, Giandra hanya bisa menggeleng.

“Tuh kan? Yaudah pokoknya kalo capek bilang ya? Biar pacar kamu ini bisa bantu okey?”
“Okey” jawab Kevia setelah menggangguk menjawab tanya Giandra.
“Yaudah yuk.. nanti keburu malem, kita makan dulu” Giandra menarik tangan Kevia mendekat, mengisyaratkan agar segera naik ke jok penumpang motornya, Kevia hanya mengangguk dan menurut.

Oke.. mungkin Kevia harus segera membicarakan ini nanti, tak ingin dirinya menyembunyikan sesuatu dari Giandra. Kekasihnya itu perlu tahu, dan Giandra berhak menjelaskan semuanya bukan?

Pikiran Kevia semakin bising di tengah suara deru motor Giandra yang melaju, berusa sekuat tenaga untuk sekedar sebentar melupa seiring Giandra melajukan kuda besi kesayangannya ini. Kevia hanya ingin menikmati malam ini, dengan segala keindahan akhir pekan seperti pasangan yang lainya.

Untuk urusan pikirannya, akan Kevia pikirkan nanti.

--

--