421

sar
2 min readDec 25, 2023

Terhitung sudah hampir 2 jam Sagit mencari toko online shop langganan yang pernah Nenek Ida — neneknya Fara, ceritakan sewaktu Sagit sering mampir ke rumahnya dulu. Namun, nihil. Sagit tak juga menemukan toko yang dimaksud. Entah tutup atau berubah nama. Sagit tak tahu.

“Dahlah, gua cari di toko lain aja.”

Lelaki itu menemukan salah satu toko yang lumayan memiliki rating tinggi. Ia pun asyik scroll katalog apron-apron lucu yang dijual toko tersebut.

Setiap ada yang lucu, Sagit langsung menyalin tautan, kemudian mengirimnya pada Kalista. Alhasil, Kalista mendapat 50 pilihan apron yang bedanya pun tak jauh. Contoh, Sagit mengirim tautan pertama, apron berwarna dasar navy dengan corak bunga berwarna putih keunguan, lalu mengirim tautan apron berwarna dasar navy dengan corak bunga ungu keputihan.

Kelakuan Sagit itu mengundang Kalista mengucapkan sumpah serapah. Tapi, lelaki itu hanya membalas dengan, “Hehehe, aku serahin ke kamu, ya, Kay. Pilih satu aja dari 50 link itu.”

Bukan apa-apa, tetapi Kalista jago dalam masalah pilih memilih warna dan motif. Keahlian kekasihnya ini patut dimanfaatkan, jangan dibiarkan begitu saja.

“Oh, iya, perlu pake surat ucapan di dalem kado, nih,”

“Mana, dah, kertas-kertas yang gua punya? Kok tiba-tiba semua ngilang gini, dah? Tadi toko hilang, sekarang kertas yang hilang..”

Sibuk ngoceh sendiri.

Saking tidak ada di tempat yang dapat terjamah matanya, ia pun mengobrak-abrik buku-buku di dalam kardus yang ada di bawah lemari buku — yang tak pernah ia buka sejak ia lulus SD.

“Nah, kan, adaaa!” seru Sagit ketika netranya melihat binder jaman SD, mungkin sekitar kelas 3 atau 4, soalnya saat itu tukar menukar isi binder menjadi salah satu trend.

Ia membolak-balikkan tiap halaman, mencari kertas yang sekiranya masih layak dan bagus untuk dijadikan kertas surat ucapan.

Namun, alangkah terkejutnya lelaki itu ketika menemukan satu kertas dengan merk mahal yang kalau ada sistem barter, kertas ini menjadi tahta tertinggi, karena bisa ditukar dengan 3 kertas merk biasa. Sayangnya, kertas itu sudah ditulis tangan oleh orang — ralat, itu tulisan hasil tangannya sendiri.

Sagit membulatkan matanya saat membaca lamat-lamat tulisan itu dari atas hingga bawah.

“HAH?!”

--

--