Secuil Misi : Pertama
“Mengupayakan penyamarataan ketersampaian informasi mengenai perguruan tinggi…”
Informasi mengenai perguruan tinggi, kini kian mudah didapat seiring majunya teknologi. Konten Instagram seputar perguruan tinggi terus mengalir lagi dan lagi. Ajang tryout sebagai sarana menguji diri makin menjamur. Memanfaatkan siswa-siswa yang ingin potensinya diukur.
Tapi, apakah informasi tentang perguruan tinggi telah menjangkau semua lini? Apakah semua siswa telah mendapat pengetahuan yang sama? Mengapa masih perlu penyamarataan ketersampaian informasi di era majunya teknologi?
Liburan kemarin menjadi momen mencari jawaban. Lima, Tujuhbelas, dan Enambelas jadi saksi penyamarataan informasi perguruan tinggi yang harus tersampaikan.
(Satu)
Semester satu telah lewat dengan cabuh. Rutinitas padat membuat diri jenuh. Konon, semester berikutnya akan lebih penuh. Liburan memberi waktu untuk bersauh. Bersandar pada keluarga, melepas segala keluh.
Namun, libur terasa singkat. Sebulan habis dengan agenda-agenda padat. Bukannya bersantai, energi dan pikiran malah terbantai. Ingin punya waktu memuaskan diri, namun tanggung jawab tetap menghampiri.
Kelangsungan acara jadi pikiran. Tumpukan desain jadi beban. Namun, saya masih tetap bertahan. Teringat bahwa semua hal ini akan berbuah kebaikan. Teringat misi suci yang ada pada tiap pekerjaan.
Lima
ITB Jalan-Jalan menjadi proker pertama yang saya lakoni saat sampai di Surabaya. Dihelat di awal Januari, tepatnya tanggal empat sampai lima. Namun persiapannya berlangsung sejak lama. Maklum, pesertanya memang hampir ditargetkan mencapai angka sekian ratus siswa.
Mulai dari penutupan pendaftaran panitia yang bersamaan dengan ditutupnya kalender September. Tiap calon panitia diberi tiga opsi divisi. Saya memilih Humas, Sekre, dan Artistik. Alasan mendaftar Humas adalah saya ingin menyampaikan informasi seputar Institut Teknologi Bandung tak hanya di hari acara nanti, namun juga sebelum-sebelum itu, dan menjangkau lebih banyak pendengar. Selanjutnya, Sekre saya pilih karena ingin mencoba sensasi baru, karena baik selama sekolah menengah maupun kepanitiaan di perkuliahan sejauh ini, saya belum pernah menjadi anggota persekrean. Dan terakhir, Artistik, yang saya pilih karena saya kira artistik akan memegang bagian desain grafis.
Sebelum pengumuman pembagian divisi muncul, saya dichat oleh salah satu panitia dari divisi Publikasi dan Dokumentasi (Pubdok), yang berkata bahwa alasan saya masuk artistik salah, karena yang mengerjakan desain adalah anak Pubdok. Selain itu, ia menawarkan saya untuk masuk ke Pubdok. Jadilah saya masuk divisi tersebut.
Masuknya saya ke divisi Pubdok hampir bersamaan dengan awal berjalannya Sekolah Lapangan ITB Day. Oleh karena itu, chaos-nya cukup terasa. Ditambah lagi, sedari awal kumpul divisi, kehadiran selalu minim. Jobdesk desain pun juga terkesan menumpuk, karena sumber daya manusia yang ada rata-rata merupakan ahli dokumentasi, bukan desain. Meski, saya akui, partisipasi saya di pekerjaan desain juga minim.
Melihat kerja saya yang minim di desain, saya masih ingin memperbaiki diri. Saya ingat, saat dulu mengikuti ITB Jalan-Jalan, ada orasi pelangi dan juga pengenalan fakultas. Orasi pelangi diwakili oleh mahasiswa masing-masing fakultas dengan membawa bendera logo fakultas kebanggaannya. Pengenalan fakultas diisi oleh segelintir mahasiswa yang memang mengenal isi fakultasnya dan dapat menyampaikannya dengan baik ke audiens yang datang. Saya mendaftar keduanya ketika mendengar kabar bahwa dari Fakultas Teknologi Industri, belum ada yang mengajukan diri mengisi keduanya. Namun, dengan beberapa alasan, akhirnya saya hanya mengisi materi pengenalan fakultas.
Berbeda dengan pekerjaan desain sebelumnya, saya sangat antusias dalam membuat materi pengenalan fakultas ini. Tak hanya berbekal aplikasi PowerPoint, latar belakang dan beberapa konten visual dalam slide materi sampai-sampai saya desain di aplikasi Adobe Photoshop. Karena saya yakin, presentasi ini bakal berdampak penting bagi siswa-siswi yang mengikutinya. Termasuk saya, yang dulu ketika mengikuti acara ini, menjadi makin mantap untuk memilih Fakultas Teknologi Industri.
Singkat kata, karena saya adalah bagian dari divisi Pubdok, maka tugas di hari-H tentu saya dokumentasi. Saya memilih menjadi fotografer acara ketimbang fotografer di photobooth. Kesempatan mengabadikan acara sekeren ini dalam lensa tentu saja tak datang berulang kali. Acara yang menjadi saksi awal saya melangkahkan kaki, demi menggapai sebuah mimpi.
Di hari kedua, saya hanya bekerja sebagai Pubdok di awal waktu. Rangkaian acara di awal dihabiskan untuk pembahasan soal, terobosan baru di IJJ tahun ini. Sisanya digunakan untuk materi pengenalan fakultas. Menjadi pemateri pengenalan fakultas di IJJ merupakan sebuah ungkapan terimakasih dan balas budi atas apa yang terjadi pada saya sejauh ini.
Saya, dua tahun lalu sempat malu setengah mati karena disalahkan oleh pemateri saat berkata bahwa saya ingin masuk Teknik Kimia karena suka pelajaran kimia, di depan puluhan anak lain di kelas pengenalan FTI. Tapi, mungkin tanpa kejadian itu, saya akan selamanya salah persepsi seputar Teknik Kimia. Selain itu, lihainya pemateri dalam menggambarkan Institut Teknologi Bandung menambah motivasi tersendiri untuk berjuang menembusnya. Hari itu adalah salah satu hari yang mengubah hidup saya.
Seusai acara, tiba-tiba ada pesan masuk dari seorang peserta pengenalan fakultas saya. Ia menyatakan menjadi tertarik masuk Fakultas Teknologi Industri setelah menyaksikan presentasi kami. Entah kedepannya ia jadi masuk fakultas ini atau tidak, ungkapannya bermakna luar biasa. Seolah menjadi bukti, bahwa acara ini tak sesederhana kelihatannya.
Terimakasih IJJ 2020!
Tujuhbelas
Jum’at, 27 Desember 2019. Suatu pesan masuk dari grup Ikamanggaluh (Ikatan Mahasiswa Ujung Galuh), paguyuban yang mempersatukan mahasiswa Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.
“Misi rek, ini ada anak SMAN 17 Surabaya minta tolong ke kita buat ngisi Campus Expo sekolahnya tanggal 7 Januari….”
Wah, keren!
Ini adalah kesempatan emas memperkenalkan Institut Teknologi Bandung, sekali lagi, pada khalayak secara langsung. Saya langsung mengabari pesan ini ke Davin dan Akbar, rekan sesama alumni SMAN 16 Surabaya. Maklum, hubungan Sixteen (SMAN 16 Surabaya) dan Smantass (SMAN 17 Surabaya) dikenal dekat sejak lama. Sehingga, biasanya anak Sixteen mempunyai beberapa relasi di Smantass, demikian pula sebaliknya.
Tahun ini, tidak ada alumni SMAN 17 Surabaya yang masuk ke Kampus Gajah ini. Itulah yang mendasari mengapa mereka mengundang perwakilan paguyuban kami untuk hadir di Campus Expo-nya. Sebuah langkah bagus, saya rasa, karena biasanya di Campus Expo sekolah manapun hanya mengandalkan relasi alumninya saja. Bahkan, tujuan untuk menyampaikan semangat dan informasi perguruan tinggi seringkali kalah dengan ego masing-masing individu untuk reuni.
Sebelumnya, di penghujung hari Minggu, ketika acara ITB Jalan-Jalan baru saja selesai, kolega kami yang bernama Maul mengajak saya, Akbar, dan Davin untuk menjual kertas bekas ke toko loak. Rencananya kami akan menjual tumpukan kertas tersebut di hari Senin. Namun, rencana tersebut menjadi sebatas wacana karena kami kelelahan setelah dua hari berturut-turut bertugas (kecuali Davin yang hari pertamanya abstain karena baru kembali berlibur dari Bali). Akhirnya, rencana tersebut diundur menjadi Selasa, setelah acara Smantass Campus Expo selesai.
Selasa, 7 Januari 2020. Hari-H tiba. Saya datang paling awal dibanding dua rekan lainnya. Sial, mereka tidak bisa dihubungi. Saya teringat pada teman sesama alumni Sixteen yang sekarang berbeda almamater. Adzin namanya, sekarang berkuliah di Universitas Gadjah Mada jurusan Industri Peternakan. Kemarin, ia berkomunikasi dengan saya, dan mengatakan akan ke SMAN 17 esoknya. Beruntung, tak lama setelahnya, ia benar-benar datang. Jadilah saya masuk ke Campus Expo bersama rombongan mahasiswa UGM. Di dalam Campus Expo, secara berurutan saya bertemu Mas Ali, Edgar, Annisa, Adit, Dinda, dan Akbar, yang semuanya merupakan alumni Sixteen. Saya terperangah ketika mengetahui banyaknya alumni Sixteen yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut. Menandakan koneksi yang baik antara sekolah kami berdua.
Di siang hari, Maul tiba-tiba datang menyusul. Ia langsung menanyakan kabar kertas yang belum diloak. Maklum, kalau urusan duit, siapa sih yang mau menolak? Tiba-tiba salah satu panitia datang menghampiri kami, menandakan bahwa saatnya giliran kami menyampaikan presentasi. Presentasi ini diberi waktu yang singkat, hanya 15 menit. Maklum, banyak daftar perguruan tinggi yang diberi kesempatan untuk presentasi. Sekali lagi saya ucapkan salut pada panitia Smantass Campex yang tidak membeda-bedakan universitas manapun dalam pemberian jatah tampil dan stand expo. Alhamdulillah, presentasi berlangsung lancar dan beberapa audiens yang tertarik menghampiri stan kampus kami. Singkat kata, terima kasih bagi panitia Smantass Campex yang memberikan pengalaman baru bagi kami!
Enambelas
Escape. Namanya berarti kabur. Memang benar, Escape menjadi salah satu ajang bagi kami untuk kabur dari kebosanan kala libur. Suatu kesempatan bagi alumni untuk kembali berbaur. Dengan warna-warni almamater yang bercampur.
Escape bertujuan untuk menyampaikan informasi perguruan tinggi pada Sixteenagers (siswa-siswi SMAN 16 Surabaya). Dari kepanjangan namanya saja sudah kelihatan, Exhibition Sixteen Campus Expo. SMAN 16 Surabaya tahun ini beruntung, alumni kali ini cukup sporadis dalam memilih perguruan tinggi. Perguruan tinggi di luar Surabaya mulai banyak jadi jujukan. Mulai dari UB, UM, UIN Malang, UNEJ, UNUD, UNS, UGM, UI, UNPAD, IPB, hingga ITB. Seharusnya, bakal jadi suatu advantage tersendiri bagi adik-adik Sixteenagers yang ingin mengorek kehidupan perkuliahan dari universitas-universitas di berbagai daerah.
Namun, yang terjadi di lapangan biasanya sedikit tidak sesuai harapan. Setelah tidak bertemu sekian bulan, larutnya percakapan tak dapat dihindarkan. Harusnya menyampaikan informasi, eh malah reuni. Harusnya memberi jawaban dari tiap tanya, eh keasyikan berbicara sama areknya. Ups.
Tapi, terlepas dari hal-hal tadi, menurut saya acara ini telah berlangsung lancar. Informasi perguruan tinggi dapat tersuar. Pertanyaan inisiatif dari adik-adik SMA terus tercecar. Hasil kerja keras persiapan ini akhirnya terbayar.
Sedikit tambahan cerita, di acara ini saya bertindak sebagai koor Pubdok. Divisi paling melelahkan yang sejauh ini saya lihat, karena giatnya publikasi yang ada di sosial media sejak jauh-jauh hari. Desain cetak hari-H pun ternyata cukup banyak dan pengerjaannya harus teliti. Hmm, sebenarnya mungkin tidak melelahkan kalau dikerjakan bersama. Namun realitas yang ada tidak mendukung kami untuk saling kooperatif. Sehingga, berbagai proyek desainnya hanya dikerjakan secara solo.
Terimakasih ESCAPE 2020!
(Tujuh)
Informasi perguruan tinggi ternyata belum semerata itu. Saya yang hanya berkeliling di dalam kota sudah bisa merasakannya. Jika Lima, Tujuhbelas, dan Enambelas sudah jauh berbeda, apalagi yang lainnya?
Akhir kata, saya bersyukur telah menjadi bagian dari penyebar semangat dan materi seputar perguruan tinggi. Menjadi salah satu bagian dari jalannya suatu proses diseminasi. Menjadi salah satu pembawa misi suci sama ratanya ketersampaian informasi.