Review Film Ngeri Ngeri Sedap
Pemeran
* Arswendy Beningswara Nasution
* Tika Panggabean
* Boris Bokir Manullang
* Gita Bhebhita Butarbutar
* Lolox
* Indra Jegel
Sutradara
* Bene Dion Rajagukguk
Produser
* Dipa Andika
Tanggal rilis
* 2 Juni 2022 (Indonesia)
* 6 Oktober 2022 (Netflix)
* 26 April 2023 (Beijing International Film Festival)
Durasi 114 menit
Film ini menggambarkan kisah Mak Domu dan Pak Domu, sepasang suami-istri dari suku Batak yang merindukan ketiga anak lelakinya yang telah merantau bertahun-tahun. Meskipun anak-anaknya merindukan ibu mereka, hubungan dengan sang ayah, Pak Domu, penuh dengan tuntutan untuk hidup sesuai dengan hukum adat Batak, yang tidak diinginkan oleh mereka.
Untuk memastikan anak-anaknya pulang ke kampung, Mak Domu dan Pak Domu memutuskan untuk berpura-pura bercerai, mengingat bahwa perceraian dianggap tidak lazim dalam kehidupan orang Batak. Mak Domu menggunakan kesempatan ini untuk merasakan kembali kebersamaan dengan anak-anaknya, sementara Pak Domu justru kembali membahas pilihan hidup anak-anaknya yang dianggapnya tidak sesuai dengan adat Batak.
Walaupun unsur budaya Batak sangat mencolok dalam cerita film ini, sebenarnya budaya Batak hanya menjadi latar belakang bagi konflik keluarga yang dapat dirasakan oleh suku mana pun. Konflik dalam cerita sangat sederhana dan bisa dihubungkan dengan keluarga dari berbagai latar belakang suku, terutama bagi mereka yang hidup merantau jauh dari keluarga mereka.
Semua pemeran utama dalam Ngeri Ngeri Sedap memiliki keturunan Batak. Arswendy Beningswara Nasution berperan sebagai Pak Domu, dan Tika Panggabean sebagai Mak Domu, orang tua dari keluarga dalam film ini. Anak-anak mereka, dari Boris Bokir Manullang sebagai Domu, Gita Bhebhita Butar-butar sebagai Sarma, Lolox sebagai Gabe, hingga Indra Jegel sebagai Sahat.
Meskipun keluarga ini mengalami konflik, keharmonisan di antara mereka terasa kuat dan menghibur sepanjang film. Kechemistran yang paling mencolok terjadi antara Arswendy dan Tika, yang seolah menjadi “mitra kejahatan” dalam menipu anak-anak mereka demi kepentingan masing-masing. Keduanya berhasil menggambarkan dengan baik orang tua yang peduli dengan anak-anak mereka melalui pendekatan yang unik.
Film Ngeri Ngeri Sedap mengambil tempat di Danau Toba, Sumatra Utara, sebagai latar utamanya. Selama film, penonton dapat menikmati keindahan pemandangan Tanah Toba yang menawan, terutama ketika keluarga Domu sedang berlibur. Bagi penonton yang berasal dari wilayah Danau Toba, film ini mungkin membangkitkan kerinduan terhadap kampung halaman setelah menyaksikannya.
Secara keseluruhan, Ngeri Ngeri Sedap berhasil menjadi film keluarga yang dapat dirasakan oleh berbagai kalangan, dengan kekentalan unsur budaya dan keberhasilan dalam membangkitkan emosi penonton.