NUKITASHI — Satir Sosial Dibalut Euphoria Seksual

Bentuk Satir Sosial melalui Erotisme bersama Nukitashi yang gw Review pada artikel ini

Septian Berlin Putra
7 min readFeb 13, 2024
Credit: Qruppo

Awalan

Berbicara tentang visual novel, berbagai macam genre dan sub-genre telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan ini terasa stagnan dengan Visual Novel bertemakan Moege ataupun Nukige yang selalu mendominasi pasar ini. Tapi, semuanya berubah dengan hadirnya “Nukige Mitai na Shima ni Sunderu Watashi wa Dou Surya Ii Desu ka?” Atau Nukitashi pada tahun 2018 akhir. Dengan ide liar penuh satir pada kehidupan dan sosial isu di masyarakat Jepang, mengkritik keras industri visual novel yang stagnan dan berani tampil beda hingga jadi favorit semua orang. Inilah review gw buat Nukitashi, sebuah visual novel satir sosial dibalut euphoria seksual.

Apa itu Nukitashi?

Nukitashi atau Nukige Mitai na Shima ni Sunderu Watashi wa Dou Surya Ii Desu ka? Pertama kali dirilis pada tanggal 22 Juli 2018 melalu trial version pertamanya, lalu dirilis secara regular 2 bulan kemudian pada 31 Agustus 2018. Visual Novel ini dibuat oleh Qruppo, sebuah Perusahaan vn baru yang lahir dari circle indie はとのす式製作所 (Hato no Sushiki Seisakusho) atau dikenal sebagai Hatanostyle yang telah bergabung pada dunia visual novel dari tahun 2014 dan telah menghasilkan 2 vn dengan judul “Boku wa Tomodachi. ~I Am Not Sweetheart.~” dan “Amaginu Kanojo”.

Credit: Qruppo

Meskipun developer blognya sudah tidak update dari 2017, tapi akun X dari Hatanostyle sendiri masih aktif sehingga sangat memungkinkan jika Qruppo merupakan company baru dari circle indie ini. Pada debutnya Qruppo bersama Nukitashi, mereka berhasil mendapatkan Best Scenario dan Best New Brand pada ajang Moe Game Awards 2018.

Utopia atau Distopia?

Nukitashi sendiri bercerita sebuah pulau indah bernama Seiran. Tapi, Seiran merupakan tempat wisata “esek-esek”, surga bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan seksual tapi dilindungi oleh hukum. Namun, surga ini merupakan neraka bagi Tachibana Juunosuke dan adiknya, Tachibana Asane. Mereka membenci kegiatan sex, terutama Juunosuke yang menjunjung tinggi bahwa “Tanpa cinta, tidak boleh ada kegiatan seksual”. Sayangya, Pulau Seiran akan menghukum siapa saja yang tidak mengikuti kegiatan seksual sebagai hukum absolut di pulau Seiran. Perjalanan Juunosuke dan teman-temannya dalam kelompok “NLNS” dimulai sembari menjaga kehormatan terakhir mereka dari seisi pulau yang terobsesi dengan kegiatan esek-esek.

Secara penyajian cerita, Nukitashi membawakan sesuatu cerita yang direct. Cerita yang tanpa basa-basi mengenalkan Seiran sebagai surga bagi para orang-orang yang ingin melakukan kegiatan seksual secara konsesual dan dilindungi oleh hukum. Hukum yang memajukan per-ekonomian pulau, sekaligus tempat wisata para orang cabul yang ingin melepas kesenangan duniawi mereka yang terkekang oleh rutinitas.

Apa yang gw suka dari penulisan cerita direct pada Nukitashi adalah bagaimana cara Qruppo menyajikannya mirip seperti Nukige namun dengan porsi cerita yang tidak biasa. Hal ini secara tidak langsung menyindir Visual Novel bertipe Nukige yang terkesan hanya bisa menjual konten erotisme dan seksualitas tanpa memberikan cerita yang proper di dalamnya. Worldbuilding yang ada pada pulau Seiran adalah salah satu worldbuilding favorit gw pada visual novel, semuanya penting dalam pembangunan cerita tiap rute dan tidak terasa penuh sampai memusingkan kita saat memainkan visual novel ini. Selain itu, cerita yang ditawarkan juga memiliki fondasi pesan yang ingin disampaikan secara rapi.

Selama progress cerita berlangsung kita akan melihat kecacatan hukum “Kegiatan Seksual”: Diskriminasi para minoritas yang tidak ingin melakukan kegiatan esek-esek dengan dihukum dengan cara yang tidak humanis. Memaksakan hukum sebagai perintah absolut dengan menciderai hidup banyak orang, sebagai alat untuk mencuci otak para penduduk dan kecacatan yang dapat dieksploitasi. Sebuah celah tindak criminal dalam prostitusi paksa dan tindak perdagangan anak dibawah umur. Mempertanyakan hukum di Seiran tentang “Apakah ini Utopia murni atau Distopia terselubung” pada diri kita yang diwakilkan oleh Juunosuke selaku protagonis utama. Hingga pada akhirnya protagonis melakukan revolusi bersama NLNS untuk mengubah hukum yang cacat tersebut menjadi lebih bertanggung jawab.

Menurut gw ini adalah pesan yang ingin disampaikan oleh game ini. Sebuah sindiran yang benar-benar menampar isu sosial yang ada di Jepang yang kaku, judgmental dan terasa mengekang sehingga masyarakatnya mencari pelampiasan dengan bentuk yang ekstrim, juga menyuarakan ketidak-adilan yang hampir dirasakan semua orang: Keberpihakan hukum pada mayoritas dan mengutuk para minoritas atas nama “Keadilan”.

No Love, No Sex!

Nukitashi menceritakan tentang perjalanan hidup dari para “minoritas” yang menolak kegiatan seksual tanpa cinta. Kita akan melihat ini dari sudut pandang seorang protagonis bernama Tachibana Juunosuke yang membenci Kegiatan seksual secara bebas yang ada di Pulau Seiran dan mengutuk seisi pulau dan membenci para penduduknya. Trauma di bully hanya karena penisnya lebih besar dari yang lain membuat Juunosuke menjadi salah satu minoritas yang dikutuk oleh penduduk pulau Seiran yang bahkan merenggut orang-orang tersayangnya. Tapi selama progress, Juunosuke akan memiliki dilemma yang mempertanyakan:

“Apakah dia benci warga pulau Seiran atau Hukum “Kegiatan Seksual” yang menjadi penyelamat pulau ini?”

Ekspresi dari Juunosuke merupakan cerminan diri kita yang juga dilemma apa yang terjadi di sekitar kita, ini sama saja seperti kita yang mempertanyakan “Apa kamu benci penjahat atau kamu sebenarnya membenci sistem yang membiarkan para penjahat ini?”. Tachibana Juunosuke adalah karakter protagonis yang berkembang sepanjang cerita dan rute. Selama perjalanannya kita belajar perspektif baru tentang arti memaknai hidup dari sebuah kebencian yang mendalam.

Tachibana Asane juga mencuri spotlight. Sebagai karakter yang punya trope brocon, ini adalah salah satu karakter favorit gw. Tingkah lakunya yang pemalas tapi bisa menyampaikan affection dengan tipikal “bratty girl”nya menurut gw kerasa banget. Best support system yang bisa Juunosuke dan NLNS dapatkan dari kemampuannya dalam teknologi untuk perkembangan Ariadne Protocol dan TAE.

Heroine dari vn ini juga termasuk menarik, gw cukup suka dari ketiga rute itu punya antagonis yang beda-beda dalam perjalanannya tapi akan tetap kembali ke satu ide besar yang sama. Build-up antar karakter ke cerita juga menarik banget buat diikutin. Sehingga terasa pay-offnya saat udah sampai ke True Route. Walaupun mudah ketebak, tapi True Antagonisnya juga disini menurut gw keren penyajiannya dan porsinya diakhir.

Hanya saja, masalah terbesarnya juga ada di heroine utama (selain true route) yang terlalu “biasa” dibanding antagonis pada tiap rutenya

Katagiri Nanase sebagai heroine menjadi yang paling mengecewakan daripada karakter lainnya. Karakterisasinya yang terlalu “normal” menjadi sesuatu hal yang flat, bahkan osanajimi/childhood friend trope aja masih tidak bisa menolong karakternya yang terlalu simpel. Berbanding terbalik dengan antagonis di rute ini, Reizeiin Touka yang membawa warna lebih dengan obsesinya yang unik ke Juunosuke.

Watarai Hinami juga memiliki masalah yang sama, bahkan pada rutenya spotlight sepenuhnya diambil oleh Tadasugawa Rei, yang menjadi antagonis di rute ini.

Satu-satunya yang paling baik dari semua Heroine adala Hotori Misaki, memiliki trait yang memiliki hawa keberadaan tipis tapi menjadi salah satu cewek paling cabul dan masih dalam kondisi “terjaga” membuat gw selama memainkan rute ini terasa lebih have fun. Heroine dan antagonisnya Onibuta Ikuko punya porsi yang berimbang, jadi gak tumpang tindih kayak rute yang lain dimana yang dominan malah antagonisnya.

Untuk support karakter udah termasuk yang best sih, bahkan interaksi dengan para karakter sampingannya juga menarik semua. Meskipun karakter sampingannya belum bisa ngalahin karakter sampingan/figuran IxShe Tell yang iconic karena mode cross-viewnya.

Visual dan Suara

Secara visual gw suka, warna tonenya juga termasuk simple. Tidak terlalu maksain buat ke warm ataupun ke cold. Kontras diwarnanya juga seimbang, berbeda dengan Magatsu Barai yang pernah gw mainin dengan over-contrast dengan warna tone yang kuat ataupun Swan Song yang dingin dan terasa suram. Nukitashi memberikan visual yang sederhana tapi bisa jadi iconic dengan Background CGnya yang menampilkan “ahem-ahem” di Pantai dan juga di Sekolah, gw pertama kali ngeliat ini langsung “wtf I’m reading right now?”

Visual dari karakternya buat visual novel juga gw suka, sebagai debut Kisaragi Chiyuki dalam dunia VN benar-benar berhasil membuat design karakter yang simple tapi ikonik bagi tiap karakter. Seperti Juunosuke dengan eye visor untuk Ariadne Protocolnya, Hinami dengan bangku dewa, Ikuko dengan Katananya, Misaki dengan truk dan sepedanya, dll. Design karakter yang kuat jadi ciri khas yang gw sangat suka.

Untuk sound, tidak ada yang spesial. Seperti biasanya juga, kita akan mendapatkan Silent Protagonist yang sangat disayangkan. Juunosuke akan sangat cocok sebagai Voiced Protagonist daripada membisu. Bahkan di opening kedua yang “THE APPLE IS CAST!” aja udah dikasih sedikit suara buat Juunosuke, bukan masalah besar tapi cukup disayangkan. BGM jadi salah satu yang paling gw suka juga dari Nukitashi. Perasaan yang gw dapatkan sama persis seperti saat gw dengerin BGMnya Meteor World Actor yang ikonik, catchy, dan on-point, meningkatkan imersi gw saat memainkan visual novelnya.

Kesimpulan

Nukitashi menjadi salah satu visual novel yang gw SANGAT GW REKOMENDASI buat lu beli dan cobain. Isu yang diangkat dengan penyajian nyentrik tapi fresh menjadi ciri khas yang tidak bisa kalian dapat di visual novel manapun. Diisi dengan karakter-karakter yang kuat dan interaksi yang menarik juga menjadi nilai jual utamanya. Sebuah karya dibaluti erotisme dan seksualisme ala Nukige yang bisa dikembangkan menjadi suatu yang bisa dinikmati dengan cara yang berbeda. Good job buat Qruppo!

--

--