Di penghujung denting yang berdering,

Nameera Keneisha
1 min readMay 1, 2023

Dermagaku masih sama luasnya, masih sama apiknya, masih resik dengan seluruh tatanan puspanya. Masih jelas dalam batinku akan satu denai yang memulai pengelanaan tak berpenghujung, atau mungkin masih terlalu naif aku kala itu untuk memikirkan dimana titik terakhir langkahku akan diseret malas.

Yang nyata dalam lanskap jua masih sama; senyum yang menyapa di kala suntuk melanda, pula tawa yang mengiringi jenaka yang kerap terlontar. Suam, namun kini mulai tergelincir dalam ruang abu-abu, antara atmaku yang terlalu gencar membuka lembaran baru, atau membiarkan tinta penaku habis di satu jeuang yang sama hingga tidak lagi nyata merah di atas seluruh perjalanan.

Dermagaku tidak akan pernah kehilangan jiwanya, tetapi ombak kian pasang surut juga mafhum akan noktah avonturir dalam jemala yang ingin berdiam diri sejenak.

Biarkan siapapun datang untuk berkunjung kapanpun mereka mau; akan kusambut pasti dengan senyuman, meski kini dengan ragaku yang hanya bersemayam di balik semilir dirgantara.

--

--