Shafa Ardelia
27 min readJan 23, 2024

Kelompok 1: Mahasiswa, Teknologi, dan Jatinangor

Oleh Hana Larasati, Rafly Rizky Bahari, dan Steffany Maryam

Bapak Mulyana adalah seorang pria berusia 55 tahun, beliau sudah bekerja selama kurang lebih 3 tahun sebagai seorang juru parkir di depan jatos dan juga merupakan penanggung jawab pangkalan ojek di kampung geulis jatinangor. Dalam pangkalan ojek itu Pak Mulyana mempunyai 20 orang yang bekerja di bawahnya. Dimana orang-orang itu adalah orang yang awalnya seorang ojek pangkalan yang sudah berumur sehingga agak sulit untuk mengikuti trend saat ini, yaitu ojek online.

Dalam pandangan beliau, kehidupan ekonomi di Kecamatan Jatinangor sangat bergantung pada ada atau tidaknya mahasiswa di daerah. Ketika mahasiswa menjalani perkuliahan, mungkin terlihat bahwa pertokoan serta penye9dia jasa sangat aktif setiap harinya. Bahkan sampai terlihat dengan adanya kemacetan jalan di beberapa tempat yang ada di Jatinangor. Namun, saat sudah musim liburan, realita ini berbalik 180 derajat. Banyak toko dan penyedia jasa mengalami penurunan pendapatan atau bahkan pendapatan mereka terhenti beberapa saat karena sumber pendapatan utama mereka, yaitu mahasiswa sedang libur semester sehingga meninggalkan Jatinangor. Sebagian besar usaha tersebut harus meliburkan karyawan serta usaha mereka beberapa saat sampai mahasiswa kembali ke Jatinangor.

Saat mahasiswa sedang masa berlibur, menurut bapak Mulyana keadaan ekonomi Jatinangor mengalami penurunan yang sangat drastis bahkan hampir hancur, banyak pedagang dan penyedia jasa yang tidak beroperasi secara maksimal bahkan sampai tidak beroperasi sama sekali. Seperti misalnya, para pedagang kaki lima yang sepi pembeli hingga penyedia jasa cuci baju atau laundry di liburkan saat mahasiswa sedang libur. Sehingga banyak warga yang bahkan harus berhutang untuk menghidupi keluarganya.

Ekonomi Jatinangor sangat bergantung kepada mahasiswa karena hanya sedikit warga Jatinangor yang melanjutkan pendidikan setelah sekolah menengah atas atau kejuruan. Kebanyakan mahasiswa yang ada adalah perantau jauh. Sehingga akan sangat terasa perbedaan kehidupan ekonomi dan sosial di Jatinangor saat libur kuliah berlangsung.

Selain bergantung pada mahasiswa, teknologi turut berperan dalam keberlangsungan perekonomian di Kecamatan Jatinangor. Pak Mulyana berkata bahwa, ojek pangkalan terdampak dengan perubahan teknologi yang terjadi. Di dunia yang serba ada saat ini, lahir aplikasi-aplikasi transportasi seperti Gojek, Grab, dan lain-lain. Berbagai aplikasi tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat memesan ojek dan transportasi lainnya seperti mobil atau taksi. Meskipun memudahkan bagi pengguna, bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai ojek pangkalan lumayan terdampak. Mereka yang awalnya mudah mendapatkan penumpang, sekarang harus bersaing dengan ojek yang sudah menggunakan aplikasi ojek online. Khususnya di Jatinangor, kebanyakan ojek pangkalan merupakan anggota masyarakat yang hampir mencapai usia pensiun. Kebanyakan dari mereka sudah tidak semudah itu untuk mengikuti perubahan teknologi yang sangat cepat sehingga alih-alih berpindah menggunakan aplikasi ojek online, mereka tetap bekerja sebagai ojek pangkalan dan sebagian menjadi juru parkir dalam wilayah yang menjadi tanggung jawab Pak Mulyana.

Fasilitas yang ada di jatinangor ini menurut beliau masih jauh dari kata baik, kalau untuk fasilitas dalam kampus beliau bilang sudah pasti bagus, tetapi untuk tata kota dan jalan rayanya masih sangat jelek, bisa dilihat dari sepanjang jalanan utama jatinangor yang sempit tetapi di samping-sampingnya sangat banyak sekali pedagang, hal ini yang membuat jalanan di jatinangor menjadi macet. Kata beliau ini karena tanah PJKA (tanah pemerintah) yang masih digunakan oleh warga sekitar, jika saja pemerintah bisa menindaklanjuti tatanan Jatinangor ini pasti akan menjadi lebih baik. Sebenarnya kata beliau dulu sudah pernah ada bahasan mengenai akan digusurnya toko-toko dengan jatos itu yang akan dijadikan taman, tetapi sampai saat ini belum ada kepastian mengenai itu.

Sedangkan kondisi keamanan di Jatinangor beliau berkata tidak dapat menyimpulkannya, beliau mengibaratkan seperti dimana ada gula pasti akan ada semut, yang artinya ketika banyaknya penduduk yang menghuni suatu tempat pasti akan ada saja orang-orang yang akan berniat jahat, beliau juga bilang sebenarnya keamanan bergantung pada kewaspadaan dan kemawasan penduduknya itu sendiri, jika penduduk lebih waspada menjaga barang-barang miliknya sendiri pasti mereka para penjahat tidak mudah untuk mencurinya. Beliau juga sempat berkata, para penjahat sebenarnya bukan warga asli Jatinangor, tetapi para pelancong dari daerah lain yang ke sini memang untuk berbuat jahat karena mereka mengetahui di Jatinangor ramai mahasiswa.

Apa yang dialami Pak Mulyana menunjukkan bagaimana kehidupan di Jatinangor berkesinambungan antara mahasiswa, masyarakat, dan teknologi. Komponen-komponen tersebut saling bergantung satu sama lain dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Jika salah satu dari komponen tersebut mengalami perubahan, maka yang lainnya pun akan terdampak. Hal inilah yang menciptakan keadaan Jatinangor yang kita kenal saat ini.

Kelompok 2 : Atensi Pedagang Kaki Lima dalam Iklim Politik Indonesia yang Memanas

Oleh Qoulan Tsaqila, Kevin Ariya Mudita, Faqih Ahmad

Pak Adi berusia 49 tahun berasal dari Madura, Jawa Timur. Beliau bekerja penuh waktu setiap hari berjualan Pecel Lele di sebelah Supermarket Griya Yogya. Beliau telah berjualan sejak tahun 1994.

Kami mengobrol hangat dengan Pak Adi mengenai Pemilu, salah satu topik hangat yang banyak diperbincangkan di Indonesia.

Pak Adi berpendapat bahwa rangkaian pemilu cukup memengaruhi kegiatan berdagangnya karena selepas libur, kebanyakan masyarakat akan diliburkan kembali ketika pesta rakyat tersebut digelar. Beliau mengaku khawatir dengan kemungkinan turunnya omzet karena berkurangnya daya beli. Apalagi beliau merasa ekonomi akhir-akhir ini juga dalam krisis, terutama untuk pedagang pinggir jalan sepertinya.

Pak Adi sendiri merasa kurang mengikuti perkembangan pemberitaan mengenai pemilu. Beliau hanya fokus berjualan pecel lele dan mengembangkan warungnya tersebut. Pak Adi biasa mendapat informasi mengenai pemilu dari media sosial Facebook. Pak Adi biasa mengamati Facebook dan kebetulan informasi-informasi mengenai pemilu tersebar di media tersebut. Selain itu, Pak Adi juga mendapat informasi berdasarkan pembicaraan orang sekitar di tempat umum, misalnya pasar. Disana topik tersebut cukup populer di antara pedagang dan pembeli. Terkadang ada kemungkinan pedagang tertentu yang turut mengkampanyekan calon-calon legislatif hingga calon presiden. Namun, beliau juga mengaku kurang tertarik dengan hal tersebut sehingga hanya sepintas saja mendengarkan obrolan dan tidak mengulik lebih detail.

Iklim politik saat ini memang tengah ramai, dengan banyak orang yang terlibat dalam diskusi dan perdebatan. Meskipun begitu, ada sebagian orang yang tetap bisa menikmati keadaan ini, bahkan sampai membuat bapaknya terlihat bahagia. Terdapat ciri khas yang unik dalam suasana ini, seperti orang-orang yang justru melakukan joget-joget untuk menyampaikan ekspresi mereka. Namun, banyak yang merasakan bahwa situasi politik akan semakin memanas menjelang pemilihan umum.

Pandangan mengenai sosok pemimpin ideal memang bervariasi. Beberapa orang merasa bahwa semua pemimpin sebenarnya sama saja, yang terpenting adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan menjual program-programnya kepada masyarakat. Namun, ada juga yang berharap agar pemimpin lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok, seperti menekan harga sembako agar terjangkau oleh semua kalangan.

Ekonomi yang sedang mengalami penurunan atau terbatas membuat banyak orang merasa perlu terus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan. Beberapa orang menggambarkan keadaan ekonomi dengan istilah "toreh torecok," mengindikasikan usaha keras yang perlu dilakukan untuk meraih kesejahteraan. Sementara itu, banyak orang terdampak oleh situasi ekonomi ini dan terpaksa menghadapi serangkaian tantangan.

Pemilihan presiden (capres) saat ini juga menjadi sorotan, dengan beberapa orang merasa bahwa calon-calon yang ada kurang memiliki wibawa, terutama jika dibandingkan dengan masa lalu. Beberapa orang bahkan merasakan bahwa calon-calon saat ini kurang pengalaman, seperti halnya Gibran. Meskipun masa pemerintahan Soeharto dianggap memiliki kestabilan ekonomi, namun banyak yang mengingatnya sebagai masa yang keras.

Dalam menghadapi tantangan dan perubahan di berbagai bidang, penting bagi masyarakat untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan negara dan memilih pemimpin yang dianggap memiliki kapabilitas untuk membawa perubahan yang positif. Perdebatan politik dan pemilihan umum memang dapat menjadi momen yang penting untuk merumuskan masa depan bangsa, meskipun pandangan masyarakat bisa beragam tergantung dari sudut pandang dan pengalaman pribadi mereka.

Bagi beliau, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang ideal dengan beberapa perubahan krusial. Secara keseluruhan, pola pikir beliau untuk Indonesia adalah optimis dapat berubah ke arah lebih baik. Kebijakan harga sembako merupakan komponen kunci untuk menaikkan kesejahteraan terutama masyarakat kecil. Pengurangan harga sembako melalui subsidi atau dukungan untuk pertanian akan membantu mengurangi beban ekonomi bagi banyak keluarga, memastikan bahwa kebutuhan pokok dapat terpenuhi dengan lebih mudah.

Selain itu, pemanfaatan internet perlu difokuskan pada pencerahan dan pendidikan masyarakat. Bukan hanya untuk menyebarkan kebencian, kebohongan, atau menyudutkan kelompok tertentu. Diperlukan kehadiran seperti sosok seorang Menteri Penerangan yang berkomitmen untuk mendukung perkembangan positif melalui metode yang lebih keras yaitu sensor dan pembatasan, tentu dalam kadar yang sesuai sehingga tidak opresif. Masyarakat perlu diberdayakan dengan informasi yang bermanfaat, saatnya menjadikan internet dan media sosial di Indonesia lebih berguna.

Lebih lanjut, penting untuk meningkatkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah dan mengajarkan nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian yang baik pada generasi muda. Sudah bukan seharusnya pelajar modern masih melakukan tawuran, membentuk geng, dan secara keseluruhan mengganggu masyarakat. Pemerintah perlu menyediakan kegiatan positif bermanfaat yang dapat diikuti seluruh lapisan masyarakat termasuk pelajar dengan tingkat pengetahuan seperti apapun.

Demokrasi, sebagai sistem pemerintahan, tetap merupakan landasan yang baik. Namun, perlu adanya evaluasi lebih lanjut terkait kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam proses demokrasi. Pelatihan dan pendidikan politik yang lebih baik dapat membantu masyarakat dalam memahami pentingnya partisipasi yang bertanggung jawab dalam proses demokrasi.

Ketika kita berbicara tentang calon legislatif (caleg) dan capres, transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci. Masyarakat harus lebih cermat dalam memilih pemimpin yang benar-benar mewakili kepentingan mereka. Oleh karena itu, caleg yang benar-benar berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat harus diberikan perhatian lebih.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mencapai visi sebagai negara yang lebih sejahtera, teredukasi, dan bermoral. Dengan memfokuskan perubahan pada aspek-aspek kunci ini, beliau percaya pemerintah dapat membentuk masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Kelompok 3: Jatinangor dari Pandangan Seorang Musisi Jalanan

Oleh Malfalya Faza Putri Samudro, Muhammad Yusuf Albiruni, dan Jean Matthew Setiabekti

Kami bertemu dengan musisi jalanan dengan bahasa kasarnya pengamen yang tidak ingin disebutkan namanya. Dari pengalaman cerita yang bisa disebut beliau adalah senior di kota Jatinangor. Namun, meskipun dia merupakan senior kota Jatinangor, tetapi Beliau hampir serupa dengan kita yang merantau dari kota Palembang.

Kami : "Berapa lama bapak tinggal di Jatinangor?"

Bapak musisi jalanan : "Saya tinggal di Jatinangor sudah 10 tahun, dan menjadi musisi jalanan sudah 3 tahun. Saya di PHK dr pekerjaan saya."

Pengalaman beliau yang terlalu banyak, dikarenakan tinggal di Jatinangor selama 10 tahun. Beliau terkena dampak dari Covid yang membuat banyak orang termasuk beliau harus terkena PHK setelah mengabdi 7 tahun dari pekerjaannya. 3 Tahun lemanya menjadi musisi jalanan di Jatinangor menjadikan beliau sebagai orang yang bisa dikatakan atau paham betul dengan kondisi Jatinangor dari tahun ke tahun. Mungkin dari perspektif mahasiswa Jatinangor merupakan tempat yang sudah padat, hal ini disebabkan banyaknya universitas dan apartemen-apartemen yang dibangun. Ramainya mahasiswa dan penduduk apartemen juga mempengaruhi penghasilan dari Bapak yang tidak ingin disebutkan namanya.

Kami : "Apakah adanya universitas dan bangunan-bangunan inj mempengaruhi kemajuan jatinangor."

Bapak musisi jalanan : "Sangat membantu, bisa dibilang pengaruh dari universitas dan pembangunan apartemen, membuat pendapatan kami tentu bertambah juga, selain itu kota terasa lebih ramai."

Sebelum adanya universitas dan Apartemen-apartemen dan gedung pencakar langit lainnya, Kota Jatinangor tidak seperti sekarang yang sudah ramai, zaman sebelum benda-benda tersebut dibangun di kota Jatinangor, Jatinangor adalah kota yang sangat amat sepi.

Menurut beliau, dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, sekarang Jatinangor sudah banyak berubah. Seperti yang dulu penuh dengan kebon - kebon, dan sekarang sudah banyak bangunan tinggi pencakar langit, seperti apartemen - apartemen. Beliau berpendapat bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa Jatinangor masih diperhatikan oleh pemerintah. Juga, lebih banyak yang berjualan seiring bertambahnya kegiatan - kegiatan yang berada di sekitar daerah Jatinangor. Dengan semakin banyaknya keperluan warga yang sedang tinggal di Jatinangor, ekonomi semakin maju pula.

Satu hal yang paling mempengaruhi keadaan Jatinangor adalah keberadaannya kampus yang relatif baru ada di Jatinangor. Efek yang diberikan oleh keberadaan institusi pendidikan di daerah Jatinangor sangat besar, khususnya yaitu merangsang pembangunan dan merubah kehidupan Jatinangor itu sendiri. Seperti misalnya, sekarang kehidupan malam Jatinangor sangat hidup bahkan hingga jam 11 malam. Bagi musisi jalanan seperti beliau, ekonomi beliau ikut terbantu oleh pembangunan ini, karena semakin banyak juga orang yang mendengarkan musiknya.

Pembangunan lain yang sangat terasa adalah perubahan jalur jalan raya di depan jatos, yang tadinya dua jalur hanya ada pada satu jalan, menjadi hanya satu jalur yang benar - benar merubah kondisi kemacetan Jatinangor menjadi jauh lebih lancar. Meskipun demikian, Jatinangor yang sekarang tetap sangat macet karena banyaknya mahasiswa baru yang pindah ke Jatinangor, khususnya karena program baru ITB yang meletakkan semua mahasiswa barunya di Jatinangor selama satu tahun pertama mereka. Oleh karena itu, ketika terjadi suatu liburan kuliah, Jatinangor jauh lebih lancar. Yang biasanya untuk menyebrang saja susah, ketika waktu liburan hal tersebut tidak menjadi masalah lagi. Namun, hal negatif dari liburan kuliah adalah berkurangnya orang - orang yang dapat mendengarkan musiknya, sehingga pemasukan beliau berkurang.

Orang-orang di Jatinangor masih lumayan mirip dengan orang-orang di Bandung. Orang-orang di Jatinangor masih memiliki kultur yang kental sehingga orang-orangnya sangat menjunjung tinggi sopan santun. Bapaknya tadi mengajarkan kami 3 hal yang penting untuk diingat, yaitu nuhun, maaf, dan punten. Karena sekarang Jatinangor sudah lebih banyak dikunjungi oleh orang-orang, maka terdapat masalah baru. Karena ojek online sudah bisa masuk ke daerah Jatinangor, maka terdapat persaingan antara ojek online dengan ojek pangkalan maupun dengan angkot. Selain itu, terdapat beberapa oknum yang melabelkan dirinya sebagai musisi jalanan tetapi dengan cara yang kasar, yaitu dengan cara memaksa meminta uang. Hal itu membuat citra musisi jalanan menjadi buruk. Hal tersebut juga membuat citra Jatinangor menjadi buruk.

Namun, dari beberapa hal negatif yang dapat dilihat di Jatinangor, beliau berpendapat bahwa kehidupan di Jatinangor tetap nyaman. Jika anda hidup dan berinteraksi dengan orang lain secara baik dan sopan, maka hidup akan aman dan tentram.

Kelompok 4 : Kondisi Terkini Jatinangor dari Sudut Pandang Pak Mamat

Oleh Audy Alicia Renatha Tirayoh, Matheus Radityo Jansen M, Nadhia Ghaissan Rabbanii

Pak Mamat, seorang petugas kebersihan di Jatinangor Town Square, menyampaikan kepada kami pandangan beliau yang mendalam tentang kondisi Jatinangor saat ini. Beliau merupakan warga asli Jatinangor yang tinggal di daerah Ciawi RT.04/RW.04, hal ini menjadikan Pak Mamat orang yang cukup kredibel untuk memberikan pandangannya. Dengan pengalaman kerja selama 7 tahun sebagai petugas kebersihan, Pak Mamat mengamati banyaknya perubahan seiring berkembangnya kota Jatinangor. Menurut Pak Mamat, kondisi Jatinangor yang sekarang sangat amat berbeda dengan kondisi Joatinangor sebelum ramainya perguruan tinggi dan mahasiswa. Keadaan ini membawa berbagai keuntungan dan memberikan banyak kesempatan baru khususnya untuk para warga lokal. Dari segi profesi Pak Mamat itu sendiri, keuntungan yang beliau rasakan semakin banyaknya mahasiswa semakin tinggi pemasukan yang beliau dapatkan. Dengan hadirnya mahasiswa, sampah yang beliau kumpulkan untuk didaur ulang bertambah dari biasanya. Contoh mudahnya, seperti sekarang ini di masa libur perkuliahan sampah yang beliau peroleh tidak sebanyak ketika masa aktif perkuliahan mahasiswa. Sehingga sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial Pak Mamat dan keluarga yang menantinya pulang ke rumah. Pak Mamat memberikan pendapat bahwa dengan banyaknya pendatang dari berbagai daerah di luar Jatinangor, membawa banyak peluang kerja baru. Dengan ramainya Jatinangor, berlakulah prinsip ekonomi sederhana, yaitu supply & demand. Karena permintaan untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman tinggi, maka jumlah penyediaan untuk hal tersebut berbanding lurus dengan permintaan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya muncul rumah makan dan pedagang kaki lima yang berjualan di wilayah Jatinangor. Tentu hal ini membawa pengaruh yang baik bagi Pak Mamat sendiri. Sampah-sampah dari para pedagang inilah yang berkontribusi besar terhadap jumlah sampah yang dapat ditukarkan menjadi uang untuk menghidupi keluarga beliau.

Akan tetapi, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Dalam kasus ini, sisi yang berlawanan dengan apa yang dibahas sebelumnya adalah terjadinya banyak masalah lingkungan yang dialami kota Jatinangor. Tidak hanya masalah lingkungan alam, tetapi juga masalah lingkungan sosial yang dihadapi oleh warga sekitar. Pak Mamat masih menemukan banyaknya sampah yang dibuang ke sembarang tempat baik oleh warga lokal maupun para pendatang. Penumpukan sampah ini menyebabkan terjadi banjir dan bau tidak sedap di sekitarannya. Kemudian dalam lingkup permasalah sosial, Pak Mamat mengamati sikap mahasiswa sekarang yang cenderung lebih individualis dan jauh dari masyarakat, tidak seperti pada zaman dahulu dimana mahasiswa berbaur dan terbuka dengan masyarakat lokal. Sehingga masyarakat merasa lebih terangkul dengan kehadiran mahasiswa. Melihat kondisi sekarang yang jauh berbeda, Pak Mamat berharap para mahasiswa lebih membuka dirinya kepada masyarakat karena sejatinya kita ini saling membutuhkan satu dengan lainnya. Selain itu, harapan Pak Mamat terhadap perguruan tinggi yang ada di Jatinangor adalah untuk membuka kesempatan bekerja dengan mengutamakan warga lokal. Pada akhirnya, Pak Mamat sangat senang dengan keadaan Jatinangor saat ini yang semakin berkembang. Hanya saja, Pak Mamat berpesan untuk senantiasa mengutamakan kepedulian sosial antar warga yang sama-sama tinggal di Jatinangor.

Kelompok 5: Seberapa Penting Pendidikan Bagi Anak SMK?

Oleh Nazwa Ikmalia Putri Purba, Syifa Aulia Rahma, Vaskorio Beta

Pendidikan, mungkin sebagian dari kita sudah tidak asing dengan kata "Pendidikan" . Sebenernya apa Pendidikan itu?? Pentingkah kita berpendidikan? Siapa saja orang yang harus berpendidikan?

Mungkin dari kalian banyak pertanyaan yang akan muncul tentang pendidikan. Kali ini aku Nazwa Ikmalia Putri Purba bersama temanku Syifa Aulia Rahma dan Vaskorio Beta akan membantu kalian untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang mungkin sedikit mengusik pikiran kalian tentang "Pendidikan". Kali ini kami mewawancarai salah satu Siswa SMK Bandung Timur yang bernama Naufal Hoerul. Dia berusia 17 tahun dan sekarang berada di kelas 12 dengan jurusan Teknik Bisnis Sepeda Motor.

Pada saat kami bertemu dengan Naufal kami menanyakan beberapa pertanyaan yaitu yang pertama ada "Apa sih pendidikan menurut Naufal sendiri?"

Naufal menjawab "Menurut aku teh yah pendidikan itu salah satu dasar dan rencana kita untuk mewujudkan suasana pembelajaran agar kita para peserta didik aktif untuk mengembangkan potensi yah. Tak hanya itu pendidikan juga menjadi pondasi bagi semua orang yah. Jadi, setiap orang harus berpendidikan. Pendidikan juga ga mencakup tentang pelajaran aja,tapi tatacara berbicara, Tingkah laku dan kegiatan sehari hari juga harus di pelajari lewat pendidikan" kata Naufal.

"Oh jadi sebenernya pendidikan itu ga hanya soal matematika dan di sekolah yah naufal" Tanya kami.

"Bener banget" ucap nya singkat. Lalu kami kembali bertanya "kalau pendidikan ga hanya buat mata pelajaran tapi mencakup kegiatan sehari hari juga, menurut naufal dimana aja kita bisa dapetin pendidikan?".

Naufal menjawab "Yang pertama pasti sekolah karena sekolah yang paling berpengaruh yah, tapi ga bilang yang lain ga berpengaruh sih tapi sekolah lebih menonjol. Di sekolah kita ga hanya belajar tentang mata pelajaran seperti yang aku bilang ya kita juga diajarin kedisiplinan, kejujuran, kerapian dan banyak hal lagi. Kemudian ada hal yang ga kalah penting yaitu orang tua, orang tua berpengaruh karena orang tua tempat kita belajar dari waktu kita balita kita di ajarin bahasa ibu, tentang mengucapkan kata, bagaimana cara makan dan kegiatan yang sering kita lakukan. Pendidikan juga kita dapet dari Instansi luar seperti les. Kalau aku belajar sepak bola sih di SSB. Terus kita belajar agama lewat guru ngaji, mungkin itu aja".

Menurut Naufal, pendidikan wajib diterima dari semua kalangan, dari remaja, anak2 termasuk balita sejak kecil (baru lahir) setiap manusia sudah menerima yang diberikan oleh orang tua dan keluarga terdekat, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal.

Pendidikan formal dimulai sejak TK ketika seseorang berumur 4 tahun, dilanjutkan dengan SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMK/SMA selama 3 tahun

Menurut naufal pendidikan itu penting baik mulai dari kecil ataupun sudah dewasa. Dia menjelaskan simpelnya adalah pendidikan itu untuk masa depan agar cerah, agar lingkungan kerjanya luas karena naufal sendiri berasal dari SMK yang mana sekolah kejuruan langsung mengarahkan pada dunia kerja, selain itu penting untuk membuat problem solving atau mengatasi masalah seperti ilmu yang ia telah pelajari si jurusannya tentang teknik kendaraan motor yaitu ketika motor mogok atau tidak bisa nyala maka jangan langsung dibawa ke bengkel alangkah baiknya dicek dulu bensin atau mesinnya begitu tutur naufal.

Naufal juga menurut bahwa menjadi seorang yang ahli atau terdidik memudahkan dia dalam mencapai target tujuan dia bersekolah di SMK. Contohnya, naufal memiliki target untuk PKL (Praktik Kerja Lapangan) di salah satu instansi yang berhubung dengan pembuatan motor seperti honda. Sehingga dia harus mendapatkan materi dan ilmu agar pantas dan layak di terima di PT Honda kelak ia sudah lulus dari bangku kelas 11. Bagi dia pendidikan juga perlu untuk meningkatkan kemampuan interpersonal seperti cara berbicara dengan orang yang baik dan sopan. Selain itu, pendidikan sejak dini seperti TK juga penting bagi ia untuk membangun keaktifan anak-anak sejak dini. Ketika kita tidak tahu tentang suatu hal itu salah atau benar, pendidikan dari dini lah yang pertama mengajarkan anak-anak tahu dan bisa membedakan mana yang benar atau salah. Sebelum mendapatkan pendidikan sebagai manusia akan hilang arah dan hidup tanpa tujuan, namun setelah mengetahui pendidikan terutama di lingkungan keluarga, naufal jadi tahu tentang tujuan dia.

Naufal juga menuturkan dalam percakapan tadi bahwa pendidikan itu sangat dibutuhkan untuk menanggulangi kebodohan dan kemiskinan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia cukup lumayan menurut naufal sebagai siswa jurusan teknik motor di SMK Bandung Timur. Ia memberi contoh seperti fasilitas yang ada di sekolahnya yakni mulai dari fasilitas ruang praktik memadai untuk melakukan kerja nyata dalam persiapan masuk dunia kerja. Naufal berpendapat bahwa pendidikan di Indonesia tidak harus menggunakan teknik memaksa murid, namun menggunakan metode-metode yang kreatif agar siswa siswi tidak melanggar aturan, contohnya seperti siswa yg sudah di hukum sehingga keesokan harinya tidak sekolah ingin melanjutkan sekolah. Seperti yang kita tahu bahwa karakter anak SMK dan SMA itu sedikit berbeda. Jika anak SMK bisa di bilang lebih bandel daripada SMK apalagi dalam jurusan teknik kendaraan motor.

Naufal juga mengatakan bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam meningkatkan motivasinya belajar, contohnya kalo bersekolah ada banyak temen yang mempunyai satu tujuan yang sama maka akan sangat seru dan bersemangat sekolah.

Kelompok 6 : Kondisi Jatinangor Dari Sudut Pandang Juru Parkir

Oleh,
Albert kamaruddin, Khadijah nurul mujahidah, Tasya nadya putri

Pada wawancara kali ini yang diwawancarai adalah juru parkir dimana topik yang dibahas mengenai kondisi jatinangor pada saat ini, pada kesempatan kali ini kami mewawancarai juru parkir atas nama Bapak Herman, beliau merupakan juru parkir yang sudah bekerja selama 1 tahun, beliau juga merupakan warga lokal yang dimana sudah dari lahir sampai saat ini bertempat tinggal di Jatinangor, sedikit menceritakan mengenai pekerjaan awal beliau yang merupakan seorang ketua dari paguyuban ojek online yang kini beralih profesi menjadi juru parkir karena adanya beberapa alasan fisik, beliau yang sudah cukup berumur merasa cukup kelelahan dengan pekerjaan sebagai ojek online yang harus berkendara cukup jauh, dan hal tersebut lah yang menjadi latar belakang utama Pak Herman berpindah profesi menjadi juru parkir hal tersebut juga menjelaskan mengenai sulitnya mencari pekerjaan di Jatinangor, dan ini merujuk kepada tingkat kesejahteraan masyarakat di Jatinangor, dari wawancara yang kami lakukan kondisi Jatinangor untuk tingkat kesejahteraan masyarakat berhubungan dengan mahasiswa yang berkuliah di Jatinangor

Dengan banyaknya mahasiswa yang berkuliah di jatinangor tentunya membuat pendapatan Bapak Herman bertambah cukup signifikan sekitar 50% dari pendapatan sebelum datangnya mahasiswa, itu merupakan sebuah hal yang menjadi sisi positif adanya mahasiswa di jatinangor, menurut Bapa Herman mengenai gaya hidup di Jatinangor di nilai cukup standar untuk mahasiswa sendiri, harga makanan juga tidak terlalu mahal dan itu cukup menguntungkan untuk Mahasiswa, tapi di sisi lain semakin murahnya makanan tersebut membuktikan bahwa UMR di Jatinangor masuk dalam kategori cukup rendah.

Topik lain yang dibahas juga dari tingkat keresahan yang dialami di Jatinangor, dari wawancara ini bisa didapatkan suatu informasi bahwa di Jatinangor ini cukup rawan terjadinya suatu kejahatan yang di dominasi yaitu pencurian motor, maka profesi juru parkir di Jatinangor juga bisa dibilang salah satu yang bisa meminimalisir terjadinya pencurian motor, dan beliau memberi pesan kepada mahasiswa untuk lebih berhati hati dalam menjaga kendaraan pribadi, di sisi lain beliau juga menyampaikan keresahan mengenai sikap mahasiswa yang di anggap kurang sopan, atau bisa dibilang karena banyaknya mahasiswa rantau yang belum terlalu terbiasa dengan budaya disini ditakutkan ada hal hal yang membuat tersinggung pihak lain dan menimbulkan keributan.

Topik yang selanjutnya dibahas mengenai apa apa saja yang sekiranya masih kurang dan perlu diperhatikan untuk kondisi Jatinangor sendiri oleh pemerintah setempat, Bapa Herman menyampaikan keresahannya mengenai sering terjadinya banjir dan belum ada tindak lanjut akan hal tersebut, harapannya pemerintah setempat dapat memberi perhatian lebih dengan membuat saluran air yang dapat menopang air hujan dan mencegah terjadinya banjir selain itu juga dapat diharapkan warga sekitar termasuk mahasiswa yang kini tinggal untuk sementara di jatinangor agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Hal terakhir yang menjadi topik pembicaraan kami dengan Bapa Herman mengenai Pesan untuk mahasiswa sendiri yang berperan penting dalam pembangunan negeri, terutama wilayah tempat mahasiswa itu mengemban pendidikan yaitu Jatinangor itu sendiri, masyarakat memiliki harapan yang cukup besar untuk mahasiswa supaya bisa lebih mensejahterakan kehiduapan masyarakat dari berbagai aspek.

Kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan adalah bahwa adanya mahasiswa sangat berdampak kepada kondisi bermasyarakat di Jatinangor baik positif ataupun negatif. Dampak positif dengan banyaknya mahasiswa di Jatinangor diantaranya menaikkan penghasilan pekerja, menambah peluang usaha, dan beberapa terbantu dengan adanya acara sosial masyarakat dari beberapa mahasiswa. Adapun dampak negatif yaitu seringnya terjadi kemacetan karena padatnya kendaraan dan kurangnya kesesuain budaya dari mahasiswa yang membuat beberapa warga merasa kurangnya sopan santun dan tatakrama dari mahasiswa.

Kelompok 7 : Wawancara dengan Pedagang Mie Ayam: Melihat Kondisi Hari ini di Jatinangor

Oleh : Sri Hestin, Niko Albertvito, Rayssa Eka

Setelah menjalankan Day, kami pergi mencari makan bersama2. Sembari menyusuri Jalan Raya Jatinangor, kami melihat sebuah warung mie ayam di sebelah Warung Bebek Nangor. Warung Mie Ayam Cimey namanya, bermodalkan gerobak, spanduk, dan satu meja panjang yang bisa diisi kurang lebih 4 orang. Terlihat seorang bapak-bapak sedang membersihkan peralatan makan. Setelah memesan, kami pun duduk di tempat yang telah disediakan.

Panggil saja Pak Cimey, ia berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Sudah sejak tahun 2000an Ia berjualan mie ayam. “Wah, ITB Jatinangor saja belum dibangun saat itu”, sahut kami. Ia biasa berjualan dari pukul 09.00 pagi hingga 21.00 malam. “Sejak maba ITB pada kesini mah jadi rame banget. Yang jualan makanan juga makin banyak. Tapi ya gitu, pas lagi liburan mah sepiiii banget, kayak kota mati!”, ucapnya. Tidak hanya mie ayam, Pak Cimey juga berjualan pisang ijo dan takjil tapii hanya selama lebaran, Eid al Fitr version katanya.

Pak Cimey ini ngekos di GKPN bersama keluarganya. Sesekali sang istri juga datang ke tempat jualan untuk bergantian jaga. Ia juga memiliki dua anak yang sedang bersekolah di TK dan SD.

Karena ia sudah berjualan sejak lama, tentu ia merasakan perubahan-perubahan dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Jatinangor. Satu kebijakan di tahun 200an yang membekas di pikirannya saat itu adalah kebijakan mengenai kaki lima. Dimana saat itu pemerintah daerah mewajibkan setiap pedagang kaki lima untuk mengambil sertifikasi perizinan untuk berjualan. Jika tidak memiliki sertifikasi, maka akan dianggap sebagai pedagang ilegal dan hak jualannya pun dicabut.

“Kalau setelah pandemi, ada ga sih perubahan-perubahan yang bapak rasakan hingga saat ini?” Beliau tertawa, "Oh ya, banyak sekali perubahan. Sekarang lebih banyak yang memesan melalui aplikasi pesan antar. Saya pun harus menyediakan opsi pembayaran digital. Ini adalah adaptasi yang perlu dilakukan agar usaha tetap bertahan. Bisa dilihat juga dari warung-warung lain yang telah menyediakan sistem pembayaran digital”.

“Eh makan dulu atuh mie nya, nanti keburu beukah”, sahut Pak Cimey. Waduh iya juga, kami terlalu asik mengobrol. Kami pun segera menghabisi makanan kami.

Setelah kami selesai makan mie ayam Pak Cimey. Obrolan kami lanjutkan dan kami bertanya seputar akses pendidikan di Kecamatan Jatinangor ini, mengingat Pak Cimey memiliki 2 anak yg masi duduk di bangku TK dan SD. Kemudian beliau menjawab bahwa di Kecamatan Jatinangor ini sendiri untuk SMP terdekat ada 1 di daerah Cikuda dan ada 2 SMA yang juga ada di daerah Cikuda yang dimana baik SMP dan SMA Negeri disini menggunakan sistem zonasi. Kemudian terpintas dipikiran kami untuk bertanya seputar kondisi infrastruktur di kecamatan ini, contohnya berupa jalan. "Pak, kalo kondisi infrastrukutur di Jatinangor sendiri ini apakah aman pak? jalanannya selalu bagus begini? atau sempat ada masa prasarana jalan di kecamatan ini buruk?" tanya kami. "Kalo disini mah jalannya alhamdullilah selalu bagus si aa, mungkin kalo hujan karena banyak truk juga jadi jalannya rusak sedikit, tapi dari pemerintah selalu ada pembaharuan jalan setiap tahunnya jadi kualitasnya tetap terjaga gitu. Ini kan juga jalan lintas dan ramai orang, susah juga kalo jalannya rusak. Sedikit cerita dulu waktu tahun 2000an jalannya cuma ada 1, engga memutar seperti sekarang. Jadi dulu mah udah rame, sempit jadi susah kemana-mana" jawab beliau. Setelah berbincang-bincang sedikit, datangnya mahasiswa TPB di Jatinangor juga berakibat meningkatnya kost-kost an di daerah ini. Kalau kata Pak Cimey harganya juga semakin mahal. Dari obrolan singkat ini, dapat kami simpulkan bahwa Jatinangor adalah salah satu kecamatan kecil yang maju. Dimana seiring bertambahnya manusia manusia yang datang ke daerah ini, pemerintah juga terus menjaga kualitas sarana dan prasarana di kecamatan Jatinangor. Terimakasih Pak Cimey!

Kelompok 8: Meniti Jejak Kebersihan di Jatinangor

Meniti Jejak Kebersihan di Jatinangor

Oleh: Carlos Christopher Hutahaean, Gemi Nastiti Deandaru Putri, Muhammad Dzaki Radja Suvandanie

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Hal ini karena kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Lingkungan yang bersih akan terhindar dari berbagai penyakit, seperti diare, demam berdarah, muntaber, dan lain-lain.

Pengertian kebersihan lingkungan adalah menciptakan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bebas dari kotoran, seperti debu, sampah, dan bau yang tidak sedap. Lingkungan yang sehat juga merupakan lingkungan yang indah dan nyaman. Faktanya kondisi di Jatinangor masih banyak terjadinya banjir yang berarti kebersihan di daerah disini masih belum terjaga. Bagaimana sudut pandang dari petugas kebersihan yang bekerja di Jatinangor?

Dalam usaha memahami kondisi kebersihan di Jatinangor, kami melakukan wawancara dengan Lina Suryanti, seorang ibu berusia 46 tahun yang telah menjadi cleaning service selama 17 tahun. Melalui pengalaman panjangnya, Lina memberikan wawasan mengenai kondisi toilet, perubahan seiring waktu, dan keadaan kebersihan di tempat tinggalnya.

Ketika ditanya mengenai kondisi toilet sebelum dan sesudah ramai, ibu Lina dengan jujur mengatakan bahwa saat ramai, toilet cenderung kotor, sementara saat sepi, kebersihannya dapat dipertahankan. Hal ini menjelaskan bahwa tantangan utama kebersihan di toilet terkait dengan tingkat kunjungan yang tinggi.

Dengan pengalaman sebagai cleaning service selama 17 tahun, Lina diwawancara mengenai perubahan yang dia amati selama rentan waktu tersebut. Beliau menjelaskan bahwa dulu, toilet masih relatif bersih karena belum begitu ramai, tetapi sekarang, dengan peningkatan jumlah pengunjung, toilet seringkali lebih kotor. Pernyataan ini mencerminkan dampak langsung dari pertumbuhan populasi dan aktivitas di area tersebut terhadap kebersihan.

Ibu Lina juga menjelaskan bahwa ia tinggal di Desa Cikeruh, di mana gotong royong dan kerja bakti rutin dilakukan setiap minggu. Faktor-faktor ini memberikan kontribusi pada kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Mengenai kondisi tempat tinggalnya, ibu Lina mengonfirmasi bahwa lingkungannya tetap bersih berkat kerja bakti terjadwal dan partisipasi aktif warga desa.

Ketika ditanya mengenai jenis sampah yang sering ditemui, ibu Lina menekankan pada sisa makanan dan botol-botol minuman. Hal ini mencerminkan kecenderungan umum di mana sampah organik dan non-organik, terutama yang berasal dari aktivitas konsumsi, menjadi penyumbang utama pada masalah kebersihan.

Keberhasilan gotong royong dan kerja bakti dalam menjaga kebersihan di Desa Cikeruh memberikan inspirasi untuk model kolaboratif dalam meningkatkan kebersihan lingkungan, yang bisa diikuti oleh komunitas lain. Kesadaran akan jenis sampah yang sering ditemui, khususnya sisa makanan dan botol-botol minuman, dapat menjadi dasar untuk kampanye edukasi guna mengurangi produksi sampah dan menggalakkan perilaku ramah lingkungan.

Dengan berakhirnya wawancara ini, kita memperoleh pemahaman lebih dalam tentang kondisi kebersihan di Jatinangor, melalui pengalaman seorang cleaning service berpengalaman seperti Lina Suryanti. Informasi ini dapat menjadi dasar untuk langkah-langkah perbaikan yang lebih baik dan pemahaman yang lebih baik tentang kebersihan di masyarakat setempat.

Dalam upaya mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang kebersihan di Jatinangor, kami selaku pewawancara mewawancarai dua orang warga, yaitu Dinaseorang penduduk asli jatinangor dan Wati yang bukan orang asli Jatinangor. Dua pandangan ini memberikan gambaran yang menarik mengenai kondisi kebersihan.

Menurut Dina, kebersihan di Jatinangor Town Square dapat dianggap bersih. Ia menyebutkan bahwa mall ini telah mengalami perkembangan positif, terutama karena fasilitas yang memadai, seperti tempat sampah yang cukup banyak. Namun, dia juga menyatakan bahwa dalam pekerjaannya sebagai pembersih restoran selama dua tahun, masih banyak pelanggan yang tidak peduli dan kurangnya inisiatif dalam menjaga kebersihan di tempat tersebut. Dina pun mengungkapkan bahwa di tempat tinggalnya, kebersihan kurang terjaga, khususnya di daerah Ciseke. Kegiatan gotong royong sangat jarang dilakukan, dan kondisi ini berbeda dengan pengalaman narasumber di Tanjung Sari yakni Wati yang mana kebersihan tergolong lumayan baik dengan seringnya kegiatan gotong royong seperti Jumat Bersih dan Minggu Bersih.

Wati juga menyoroti masalah sampah yang banyak ditemukan di selokan, menyebabkan potensi banjir. Dia mengaitkannya dengan pembangunan apartemen di Jatinangor, yang meningkatkan jumlah limbah dan memberikan dampak negatif pada masyarakat setempat.

Wawancara ini membuka pandangan terhadap kompleksitas kebersihan di Jatinangor melalui dua perspektif yang berbeda. Meskipun terdapat perkembangan positif di beberapa area, terutama dalam mendorong partisipasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan kebersihan di semua lapisan. Evaluasi hasil wawancara menunjukkan bahwa perubahan kondisi toilet dari bersih menjadi kotor saat ramai menggambarkan tantangan yang membutuhkan solusi, seperti peningkatan fasilitas dan juga manajemen penggunaan toilet. Sementara itu, penting juga untuk memperhatikan pembuangan limbah yang berimbas kepada masyarakat setempat.

Kelompok 9 : "Menyingkap Urgensi Pendidikan Lanjut dan Transformasi Teknologi: Perspektif Siswa SMK di Jatinangor"

Oleh :

Juan Lovel Tarigan, Daffa Naufal, Laksita Naryama

Kegiatan wawancara malam ini dilanjutkan dengan mewawancarai 2 peserta didik perempuan yang keduanya merupakan siswi SMK Padjadjaran Jatinangor. Kedua siswi tersebut sedang menjalani pendidikan di kelas 12. Pada malam ini mereka sedang ingin makan malam di Jatinangor Town Square dan bertemu dengan kami. Saat bertemu dengan dua siswi tersebut kami sudah memperkirakan bahwa target yang akan kami wawancari kali ini merupakan siswa yang sedang bersekolah. Pertama-tama kami memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada mereka lalu menanyakan ketersediaan mereka untuk diwawancara dengan topik “Urgensi Pendidikan” khususnya di wilayah Jatinangor. Kedua siswi tersebut bernama Anisa Fitriani dan Anisa Amalia, keduanya ingin melanjutkan kuliah di Universitas Padjadjaran. Anisa Fitriani dan Anisa Amalia mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) di SMK tersebut. Kedua siswi tersebut sudah lama tinggal di Jatinangor bahkan keduanya lahir di Jatinangor hingga melanjutkan pendidikan di Jatinangor hingga tingkat SMK.

Wawancaraa dimulaii dengan pertanyaan yang diberikan salah satu teman kami, Juan kepada kedua narasumber tersebut,

Juan : “ Menurut kakak berdua, seberapa penting siswa-siswi SMK yang akan lulus dari pendidikan SMK ini untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih lanjut (kuliah) ?”

Annisa F : “ Saya sendiri berpendapat, Pendidikan lanjut setelah SMK sangat penting karena memberikan kesempatan kepada kita siswa/siswi SMK untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan di bidang kejuruan yang dipilih. Selain itu, pendidikan lanjut juga dapat membuka peluang kerja yang lebih luas dan meningkatkan kualitas hidup siswa di masa depan. “

Annisa A : “ Kalau aku sendiri juga sependapat dengan temanku, pendidikan lanjut setelah SMK juga memperluas minat dan bakat mereka dalam bidang yang mereka sukai. Mereka juga dapat memilih jurusan perkuliahan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka”

Tentunya, setelah mereka menjawab urgensi pendidikan. Kami bertanya lebih lanjut mengenai apakah ada sesuatu yang bisa dilaksanakan untuk meningkatkan urgensi pendidikan, terlebih lagi untuk siswa SMA/SMK

Pertanyaan kami kurang lebih seperti ini:

Daffa dan Laksita: “Nah, setelah kakak memberikan pendapat terhadap urgensi pendidikan, Ada gak sih sesuatu yang bisa dilaksanakan agar dapat meningkatkan urgensi pendidikan di SMA/SMK?”

Lalu mereka dengan lantang dan jelas menjawab Annisa: “Tentu ada, kita bisa menggunakan perkembangan teknologi yang berkembang marak saat ini. Terlebih lagi, kita belajar di jurusan TKJ, perkembangan teknologi dalam pembelajaran ini sangat berdampak untuk meningkatkan urgensi pendidikan. Salah satu dampaknya adalah kemudahan siswa untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran yang interaktif sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap urgensi pendidikan. Contohnya, kami nanti mengejar PTN melalui UTBK, nah dengan adanya platform tryout online dan aplikasi video bimbingan kita jadi termotivasi untuk belajar dan bisa memahami urgensi pendidikan melalui platform itu.

Setelah melalui wawancara panjang, kami dapat menyimpulkan dari hasil wawancara kami mengenai “Urgensi Pendidikan” khususnya di wilayah Jatinangor, yaitu para siswa siswi di Jatinangor khususnya jenjang SMK melihat pendidikan lanjut dan peran teknologi sebagai elemen penting dalam meningkatkan urgensi pendidikan di tingkat SMA/SMK, dapat memberikan dampak positif pada pemahaman dan keterlibatan siswa terhadap proses pendidikan. Selain itu, teknologi berperan penting dalam proses pendidikan di berbagai kalangan, baik bagi siswa, bagi guru dan dapat dijadikan sumber belajar bagi anak-anak.

Perbedaan Pendidikan di Sekolah Swasta dan Bagaimana Pandangan Urgensi Pendidikan

Oleh Shafa Ardelia Vivia Setiadi

Kelas 12 tentunya sedang di masa mempersiapkan SNBT. Pandangan Aliyya sendiri, selaku siswi di sekolah swasta, ia merasa bahwa sekolahnya belum maksimal dalam membantu muridnya mempersiapkan SNBT. Hal itu ditunjukkan dari sekolah yanh memberikan TO tidak menentu dikarenakan padatnya acara sekolah, namun tidak memprioritaskan kelas 12nya. Untuk sekolah Aliyya sendiri, menggunakan sistem kurikulum merdeka, bedanya di sekolah Aliyya terdapat kelas Internasional. Nah kelas Internasional itu sebenarnya memilli kurikulum yang sama dengan kurikulum merdeka, namun perbedaannya terletak pada bahasa yang digunakan saat pembelajaran, yaitu Bahasa Inggris. Perbedaan sekolah Aliyya pun terlihat dari kurikulum merdekanya, untuk sekolah ia ada sistem paket, yaitu mata pelajarannya sudah dipaketkan.

Urgensi pendidikan bisa dilihat dari sudut pandang cara mengajar guru. Apabila semua guru memiliki standar yang sama dan berkualitas, maka akan menghasilkan murid yang berkualitas juga. Setiap sekolah harus sangat memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswanya agar tercipta lingkungan belajar yang nyaman.

Pandangan Siswi Kelas 8 terhadap Urgensi Pendidikan Saat Ini

Oleh:

Muhammmad Muzhaffar Ash-Shiddiq

Pada malam hari ini, saya telah mewawancarai adik saya yang sedang menempuh pendidikan jenjang sekolah menengah pertama kelas 2 tentang urgensi pendidikan.

Pertanyaan pertama, mengapa pendidikan itu penting?

Karena pendidikan mengajarkan kita banyak hal sehingga kita dapat menjadikan diri kita lebih baik yaitu mulai dari akhlak, adab, etika, sopan santun, kebersihan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang merupakan kebutuhan untuk hidup kita agar lebih sejahtera.

Pertanyaan kedua, bagaimana urgensi pendidikan saat ini?

“Sebenarnya pendidikan saat ini sudah bagus tetapi pendidikan di Indonesia masih perlu meningkatkan pendidikan tentang adab, karena adab terlebih dahulu baru ilmu.

Selain itu, saat ini pendidikan di Indonesia masih belum merata, misalnya pada daerah-daerah 3T di Indonesia. Selain itu juga, saya melihat bahwa kebanyakan orang Indonesia saat ini tidak terlalu mengetahui betapa pentingnya pendidikan.”

Pertanyaan ketiga, bagaimana pendapatmu tentang kurikulum yang digunakan saat ini?

“Dari pandangan saya, kurikulum yang digunakan saat ini membuat kami para murid menjadi lebih beraktivitas, misalnya banyaknya tugas projek, sehingga kami tidak mudah bosan dalam menerima pendidikan di sekolah juga mendorong softskill, meningkatkan kekreatifitasan, lebih banyak berpikir, dan memperluas pengetahuan dalam segala hal. Tetapi, dengan banyaknya tugas projek yang telah ditugaskan, membuat kami menjadi lebih banyak pikiran, stres, dan bertambahnya beban, serta lebih melelahkan.”

Dia menyimpulkan bahwa, pendidikan itu sebenarnya sangatlah penting sepanjang waktu, tetapi nyatanya saat ini urgensi pendidikan belumlah tersorot oleh banyak orang, dan ini merupakan masalah yang krusial bagi masyarakat untuk kedepannya.

Pemerintah Dimata Juru Parkir Cafe Kiyo

Nadina Faliha - SAPPK

Malam ini, saya bertemu dan mewawancarai dua orang juru parkir di salah satu cafe di Bandarlampung. Saya mengobrol santai dengan kedua juru parkir tersebut mengenai isu yang menjadi hot topic di Indonesia saat ini, yaitu pemilu.

Pemilu memang marak dibicarakan saat ini. Semua orang sibuk mendukung calon presiden pilihan masing-masing. Menurut mereka, dilihat dari keempat debat capres yang telah dilaksanakan, masing - masing capres lebih menekankan menyerang secara personal ke paslon - paslon lain. Dan untuk track record masing - masing capres itu sendiri berasal dari badan pemerintahan yang berbeda, seperti ada yang gubernur dan ada juga ada yang menteri.

‘Untuk gubernur yang sekarang sih banyak kurangnya dibanding yang sebelumnya, seperti fasilitasnya kurang memadai, jalan - jalan rusak juga tidak diperbaiki, sehingga membuat kegiatan distribusi terhambat, lapangan kerja juga semakin sedikit, dan bantuan - bantuan juga banyak berkurang dari sebelumnya. Kami sendiri lebih suka gubernur sebelumnya, soalnya banyak bantuan di bidang pendidikan terutama program bina lingkungan,’ kata salah satu juru parkir menyebutkan kekecewaanya terhadap gubernur Lampung saat ini.

Kedua juru parkir tersebut memilih pasangan capres benar-benar melihat dari track recordnya dan juga menurut mereka, salah satu capres lebih berpengalaman diliat dari umurnya. Dan diliat dari cawapresnya juga yang tergolong masih muda, jadi bisa mengimbangi presidennya, jika memang nanti resmi jadi presiden dan wapres. Mereka kurang suka dengan paslon lainnya yang kurang beretika dikarenakan sering menyerang paslon lain.

Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak calon legislatif yang melakukan pelanggaran dengan cara melakukan money politics. Ternyata, kedua juru parkir ini pun pernah didatangi calon legislatif yang melakukan money politics. ‘Waktu itu pernah sih diajak kerumah makan, bahkan kejadiannya baru kemarin malam. Jadi disitu kami diajak makan oleh salah satu paslon, dan setelah selesai makan itu kami diberi bingkisan berupa uang. Tetapi mereka tidak menyuruh milih pas pemilu nanti sih. Mungkin mereka gamau terang - terangan. Dan selain itu kami juga pernah sampai diajarin nyoblos sama calegnya.’

Walaupun begitu, kedua juru parkir ini tetap memberikan harapan besar kepada calon presiden-calon presiden yang terpilih nantinya. Mereka berkata bahwa semoga janji - janji dan program kerjanya dapat direalisasikan, jadi tidak hanya omongan belaka. Dan harapannya indonesia dapat memjadi negara yang lebih baik lagi, daerah - daerah terpencil lebih terurus, pemerataan juga dapat direalisasikan, lapangan kerja juga semakin banyak, dan UMKM lebih didukung oleh pemerintah.

Urgensi Pendidikan Menurut Siswa Kelas 9

Nino Al Kautsar

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Apalagi kita sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan satu sama lain. Maka dari itu pendidikan sangat dibutuhkan guna menjaga harmonisasi kehidupan bermasyarakat. Disini saya bersama narasumber yang bernama Hanifah Musdalifah. Beliau adalah siswi SMP kelas 9. Berikut beberapa poin yang saya dapatkan pada wawancara kali ini :

Definisi pendidikan menurut Hani?

“Pendidikan adalah hal yang mengharuskan kita untuk berkembang dan terus mau belajar. Pendidikan bukan hanya seputar akademik yang kita diwajibkan untuk belajar mata Pelajaran yang ada di sekolah. Memang, itu termasuk ke dalam definisi “pendidikan”. Namun menurut saya, pendidikan lebih daripada itu, pendidikan adalah bagaimana kita sebagai manusia mampu berkomunikasi dengan baik, mengerti bagaimana harus bertindak, serta moral yang baik dan bermartabat. Orang yang berpendidikan pastinya akan mampu berpikir maupun bersosialisasi dengan baik.”

Menurut kamu gimana kondisi pendidikan di Indonesia?

“Menurut saya, masih kurang. Karena banyak sekali teman-teman seumuran saya yang minim literasi dan kurang dapat berpikiran serta bertindak yang baik. Masih banyak pelajar-prlajar di Indonesia sendiri yang masih melakukan perilaku tidak terpuji. Contohnya seperti tawuran, merokok, mencuri, menipu, dan lain sebagainya. Meskipun begitu, masih banyak juga pelajar yang berkelakuan baik dan terpuji. Apalagi saya pernah lihat di media sosial, remaja seperti saya ini yang berumur kisaran 15-16 tahun sudah bisa berkuliah. Itu merupakan salah satu contoh pelajar yang betul-betul berpendidikan. Saya berharap pelajar pelajar di Indonesia bisa lebih aware tentang pentingnya pendidikan untuk hidup.”