Lily
3 min readJan 8, 2022

— Program

“Jujur gue gak expect kalian bakal dateng setelah 3 hari kabar Ale hamil menyebar, gue kira bakal tahun depan gitu.”

Aland mendengus saat mendengar penuturan Devin yang menyerupai keluhan, pasti sahabat yang merangkap sebagai adik iparnya itu memikirkan perihal biaya.

“Loh, emang kenapa, Dev? Gak boleh ya?” tanya Yohan sedikit lirih.

Devin dengan cepat menggeleng saat Aland menatapnya tajam, mati dia. “Gak kok, Bang Han. Gak apa-apa, hehe.”

Gue cuma mau siapin mental dan juga duit, anjir.’ batin Devin meratapi deritanya.

“Beneran?” tanya Yohan memastikan.

Aland menggeleng, “gak apa-apa kok, sayang. Kalo emang Dev gak mau jadi dokternya kita bisa cari dokter lain buat programnya, masih banyak kok dokter yang mau — ”

“Gak, Bang. Udah sama gue aja, kalo sama dokter lain bisa beda lagi biayanya berabe nanti gue yang ketar ketir cari duit.”

“Hah, maksudnya gimana?”

Aland mengambil buku modul dari meja Devin lalu memukulkannya ke kepala Dokter itu, Devin meringis sedangkan Yohan memukul lengan Aland karena ia juga cukup terkejut dengan tindakan Aland yang tiba-tiba itu.

“Kamu apa-apaan sih, Alan?”

Aland menggeleng, “ini itu bestfriend language kita, aku terlalu seneng mau jalani prosedurnya sampe mukul Devin.” jelas Aland.

“Emang iya?” tanya Yohan kepada Devin.

Devin yang mendapat tatapan tajam dari Aland hanya mengangguk. “Iya, bang Han. Gue, Bang Alan sama Bang El emang gini kalo terlalu seneng suka mukul pake barang, sorry ya kalo lo gak nyaman.”

“Oh, oke kalo gitu.”

“Ya, udah Bang Han bisa rebahan dulu kita check keadaan rahim dan kesuburannya nanti kita lanjut ke sperma Aland …”

Yohan mendengarkan semua penjelasan Devin dengan sangat serius sedangkan Aland hanya mendengar tidak seserius Yohan.

Saat mereka selesai mengikuti seluruh prosedur, waktunya mereka pulang dan menunggu selama 2 minggu sampai semuanya selesai. Devin sempatkan diri untuk memukul punggung Aland dengan tangannya, bahkan sepertinya ia mengeluarkan tenaga yang cukup kuat.

“Anjing, maksud lo apa?” desis Aland.

“Sorry, bang gue terlalu bahagia sampe mukul elu. Semoga semua lancar ya, bang. Oh iya, jaga kesehatan bang Yohan ya meski meski tingkat berhasilnya bayi tabung itu 28% dan itu sudah mencakup yang paling tinggi menurut penelitian tapi ada juga kemungkinan kalo ini akan gagal. Setelah 14 hari sel telur di transfer ke rahim kalian harus balik lagi ke sini dan check semua keadaannya,” jelas Davin.

Aland menganggukkan kepala kecil. “Tadi itu kita program satu bayi kan?”

Devin mengangguk, “hm, kenapa? Lo mau anak kembar?”

Yohan sedang mengobrol dengan penjaga depo farmasi, menanyakan berbagai jenis vitamin dan juga obat-obatan yang berkualitas bagus.

“Gue cuma mau tanya bakal ada kemungkinan bayinya jadi kembar gak? Seinget gue keluarga Daddy ada keturunan kembarnya, cuma udah nyampe keturunan ke-7 belum ada yang kembar lagi. Kemungkinan di Ale atau gue, jadi gue tanya bakal ada kemungkinan gak?”

“Kuasa Tuhan, cuma kalo bayi tabung mayoritas kalo program satu anak ya akhirnya bakal satu. Tapi, kita serahkan kepada Tuhan aja.”

“Oke, thank’s.”

Yohan kembali menghampiri Aland, “Alan, kamu udah bayar semuanya? Kok waktu aku mau bayar katanya udah di bayar full, siapa yang bayar padahal dari tadi kamu belum urus administrasi?”

Aland meraih tangan Yohan untuk di genggam, “katanya kita dapet diskon 100% makanya jadi gratis, gak usah di pikirin ya yang penting semua udah selesai tinggal nunggu jadinya aja.” Aland menepuk bahu Devin yang menatapnya sengit, “kita pulang dulu ya, Dev.”

Yohan melambaikan tangannya kepada Devin, “bye, Dev! Kamu yang betah kerja di sini biar nanti waktu ada yang sakit di keluarga kita bisa diskon 100% lagi.”

Aland tertawa melihat Devin yang menahan umpatannya, lalu ia menarik Yohan untuk segera pergi meninggalkan Devin yang sedang dalam mood yang buruk itu sebelum nanti ia kena imbasnya.