PENGARUH KONDISI TANAH TERHADAP PEMILIHAN JENIS FONDASI

Sintaafifah
6 min readMay 26, 2023

--

Setiap konstruksi yang direncanakan akan didukung oleh tanah, konstruksi yang dimaksud termasuk gedung,jembatan,urugan tanah, dan lain-lain. Struktur bangunan dalam kontruski terdiri dari dua bagian yaitu struktrur atas dan struktur bawah. Struktur bawah bangunan disebut juga sebagai fondasi.

Fondasi dapat didefinisikan sebagai bangunan bawah suatu konstruksi yang berhubungan langsung dengan tanah serta berfungsi untuk menyalurkan atau mendistribusikan beban dari bangunan ke tanah.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Jenis Pondasi

Secara singkat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis pondasi yang akan digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Keadaan dari tanah yang akan dibangun pondasi.

2. Keadaan lingkungan sekitar.

3. Daya dukung beban yang akan ditopangnya.

4. Biaya pekerjaan serta waktu yang akan digunakan selama proses pekerjaan tersebut. (Ryong Ananda Putra,2018).

Fondasi Sumuran

Berdasarkan beberapa hal diatas maka dalam melakukan pemilihan jenis fondasi, sangat tergantung pada jenis lapisan tanah yang ada di bawahnya ,daya dukung ( Bearing Capasity ) dan beban bangunan diatasnya. Apabila lapisan tanahnya keras , maka daya dukungnyapun cukup kuat untuk menahan beban diatasnya ( bangunan ).

Jenis-Jenis Fondasi :

Bentuk dan jenis pondasi yang akan digunakan ditentukan oleh struktur tanah dan bangunan yang akan di topangnya, sedangkan untuk kedalaman pondasi di tentukan oleh jenis tanah serta perhitungan dari pihak perencana.Secara umum fondasi terbagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Fondasi Dalam

Fondasi dalam ialah fondasi yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 3 meter, kedalaman fondasi ini sangat dipengaruhi oleh letak lapisan tanah kerasnya. Fondasi dalam sangat sering digunakan dalam konstruksi bangunan 3 lantai keatas. Contoh fondasi dalam adalah fondasi tiang pancang, fiers, caisson.

Fondasi tiang pancang

2. Fondasi Dangkal

Fondasi dangkal ialah fondasi yang mempunyai kedalaman maksimum 3 meter. Fondasi dangkal dipakai untuk bangunan yang tidak terlalu tinggi serta mempunyai keadaan tanah yang keras untuk menahan beban bangunan yang akan ditopangnya. Contoh fondasi dangkal ialah fondasi sumuran,fondasi rakit,raft,fondasi tapak.

Fondasi tapak

Pengertian Tanah

Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.

Tanah

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:

a) Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b) Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.

c) Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

d) Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai 0,0074 mm.

e) Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.

f) Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.

Tanah adalah fondasi pendukung bangunan, atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri. Mengingat hampir semua bangunan itu dibuat diatas atau dibawah permukaan tanah, maka harus dibuat pondasi yang dapat memikul beban bangunan itu atau gaya yang berkerja pada bangunan itu (Akbar Rahmad, 2019).

Menurut ( Soepraptohardjo,1976 ) Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Jenis tanah di tiap daerah berbeda-beda. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi, seperti, iklim, letak geologis, sistem hidrologis, dan lain-lain.

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi ini menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi namun tidak ada yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai kemungkinan pemakainya (Das, 1995). Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989). Menurut Verhoef (1994), tanah dapat dibagi dalam tiga kelompok: 1. Tanah berbutir kasar (pasir, kerikil) 2. Tanah berbutir halus (lanau, lempung) 3. Tanah campuran.

Jenis-Jenis Tanah

  • Tanah Lempung

Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang mempunyai ukuran < 0,002 mm (Das, 1988). Hal ini disebabkan karena terjadinya proses kimiawi yang mengubah susunan mineral batuan asalnya yang disebabkan oleh air yang mengandung asam atau alkali, oksigen, dan karbondioksida. Di tinjau dari segi mineralnya lempung didefinisikan sebagai tanah yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah. Partikel- 20 partikel itu merupakan sumber utama kohesi didalam tanah yang kohesif. Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung berifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Untuk itu tanah tersebut perlu di stabilkan dengan cara dipadatkan atau menambahkan bahan lain yang sifatnya dapat mengutkan struktur tanah. Tanah lempung adalah tanah yang berasal dari pelapukan tanah akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter butiran halus < 0,002 mm. Partikel lempung berbentuk seperti lembaran yang mempunyai permukaan khusus (Hardiyatmo, 2006)

  • Tanah Lanau

Tanah ini merupakan jenis tanah yang terdapat diperalihan antara pasir dan lempung. Dalam kondisi alam, tanah jenis lanau ditemukan dalam kondisi longgar dan kurang padat. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai 0,0074 mm

  • Tanah Berpasir

Mempunyai partikel tanah yang berukuran besar, tanah ini terbentuk dari batuan-batuan beku serta sedimen yang memiliki butiran besar dan kasar yang sering kita sebut dengan krikil.

  • Gravel

Kerikil ialah bebatuan kecil, biasanya batu granit yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk memproduksi bata.

Pengaruh Kondisi Tanah

Perencanaan pondasi tidak lepas dari perhitungan kuat daya dukung tanah. Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban konstruksi. Daya dukung tanah merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan pondasi beserta struktur di atasnya. Daya dukung tanah yang diharapkan untuk mendukung fondasi adalah daya dukung yang mampu memikul beban struktur, sehingga fondasi mengalami penurunan yang masih berada dalam batas toleransi. Kemudian, pemilihan jenis dan desain bentuk fondasi tergantung pada jenis tanah lapisan tanah yang ada dibawahnya. Apabila lapisan tanah tersebut keras maka daya dukung tanah tersebut cukup kuat untuk menahan beban yang ada, tetapi bila tanah lunak diperlukan penanganan khusus agar mempunyai daya dukung yang baik. Hal ini memerlukan studi yang lebih terperinci terhadap sifat dan kondisi dasar tanah (Martini, 2009).

Daya dukung tanah dianalisis agar pondasi tidak mengalami keruntuhan geser (shear failure) dan penurunan berlebih. Daya dukung tanah tersebut ditentukan oleh jenis dan karakter tanah. Tanah berlapis adalah tanah yang memiliki lapisan sebanyak dua atau lebih dengan perbedaan jenis dan atau karakter antar lapisannya. Untuk menghitung daya dukung tanah berlapis dapat dilakukan pendekatan dari teori Limit Equilibrium Method oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1963), Hansen (1970), dan Vesic (1973), yaitu dengan asumsi tanah berlapis menjadi tanah homogen (satu lapis), meskipun kekuatan tiap lapisan tanah cukup berbeda. Hal itu dilakukan jika ketebalan lapisan atas relatif tebal dibandingkan dengan lebar pondasi. Sebaliknya, jika tebal lapisan atas relatif tipis dibandingkan dengan lebar pondasi, maka asumsi tersebut tidak berlaku. Namun pada kenyataan di lapangan, kondisi tanah homogen jarang dijumpai. Oleh karena itu, daya dukung pondasi pada tanah berlapis perlu ditinjau lebih lanjut. Sedangkan, untuk tinjauan daya dukung tanah terhadap jarak antar pondasi, studi dilakukan pada tanah pasiran homogen. Variasi jarak antar pondasi mengikuti teori Stuart (1962).

13019017- Sinta Afifah Kurniasari Assem

Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia

--

--

Sintaafifah
0 Followers

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia