Penipu.

Ivy
2 min readNov 21, 2021

--

— — — — — —

Ada yang berbeda malam itu. Entah dari bagaimana angin berhembus sedikit lebih kencang dan menusuk tulang-tulang pada dirinya atau dari bagaimana sorot mata pria di hadapannya seperti beku; sirna sudah segala hangat yang dulu mengalir dengan mudah dan derasnya dari kedua manik mata yang sang gadis kagumi. Perawakannya masih sama, kedua bahu lebarnya itu selalu seperti siap sedia menopang, kedua lengannya seperti siap sedia merengkuh. Parasnya tidak jauh berbeda, manik matanya masih membuat sang gadis tenggelam dalam asa yang hampir sirna, garis rahangnya tegas, seperti Arjuna pada biasanya.

Sorot mata itu dulu menyalurkan hangat yang sampai pada dalam diri sang gadis, dengan campuran bumbu-bumbu penuh afeksi, gadis itu dengan sukarela, tanpa menolak, menyelami kedua manik mata itu. Sepertinya ia menyelam terlalu dalam sampai-sampai tidak mampu lagi kembali ke permukaan. Kedua mata itu dulu menenangkan, seperti merengkuh melalui tatapannya yang lembut, bersamaan dengan pria itu yang senantiasa mengucap kalimat-kalimat penuh magis yang juga menenangkan. Menenangkan jiwa-jiwa resah seperti jiwa sang gadis.

Dulu sepertinya gadis itu hilang arah, seringkali menghampiri jiwa lain untuk bertanya arah tapi mereka semua abai. Dulu sepertinya gadis itu diselimuti gelap tanpa setitikpun cahaya, mengais lubang agar secercah cahaya masuk pun tidak sanggup dilakukan. Lalu pria itu datang bagai pangeran berkuda, dengan mudahnya menunjukan kompas penunjuk arah, dengan mudahnya memberi cahaya terang-benderang mengalahkan sang surya yang jauh di atas sana.

Ia datang sebagai penawar luka dan nelangsa, dengan penuh kehati-hatian membalur luka. Tapi ternyata ia juga sosok yang kembalil menorehkan pisaunya pada luka lama, menusuk semakin dalam, semakin dalam, hingga sepertinya sang gadis mati rasa.

Yang tersisa hanya puing kepingan asa yang entah akan jadi abu atau bertemu realita. Yang tersisa hanya sunyi senyap tanpa adanya renyah gelak tawa dari sang pria penawar rasa luka. Yang ternyata kemudian gadis itu kenali sebagai serigala si penipu ulung. Manipulasinya cerdas, tanpa cacat. Bicaranya penuh ketegasan, tidak sedikitpun tersirat keragu-raguan. Meyakinkan. Tapi ternyata ialah si penipu ulung.

Ada yang berbeda malam itu. Gadis yang berdiripun tak mampu kini diselimuti luka yang entah kapan akan pulih. Gadis yang nafasnya tersengal kini diselimuti penyesalan, ingin melawan tapi ia sudah kalah bahkan ketika pertarungan belum dimulai. Dan pria itu hanya diam; dingin auranya, tajam tatapannya. Di sebelah tangannya tersampir bilah pisau paling tajam di muka bumi.

Dia serigala penipu ulung, dan gadis itu rupanya adalah korban ke sekian.

--

--

Ivy
0 Followers

My safe sanctuary where I pour out everything.