you

jie
7 min readNov 20, 2023

--

(cr art : pinterest)

Megumi are just a kid, a 20 years old kid who taste nothing but the bitterness of the world. Dimulai dari kematian ibunya, ayahnya yang tiba-tiba kembali ke dunia perjudi-an dan sering pulang mabuk, hidup dibawah garis kemiskinan dan kesialan lainnya. Meski begitu Megumi tidak pernah sekali pun mengeluh, mempunyai Tsumiki sebagai kakaknya sudah cuckup untuk membuat dirinya bersyukur.

Tidak pernah sekali pun Megumi berfikir untuk memulai dunia percintaanya, menurutnya cinta itu tidak nyata. Perasaan yang semua orang bilang sebagai ‘cinta’ menurutnya tidak lebih dari perasaan terikat saja, perasaan terikat dan takut akan kesendirian.

Setidaknya itu pengertian cinta menurut Megumi, sebelum akhirnya dia bertemu Itadori Yuji. Yuji yang tidak lain adalah teman SMA-nya, Yuji yang selalu berfikir positif, Yuji dengan segala tingkah lucunya, dan Yuji yang Megumi tahu selalu menutupi masalahnya dengan kata ‘gapapa!!’.

Megumi tahu sedari awal dia menyadari perasaannya ini semua salah. Menyukai seorang Itadori Yuji yang notabenya adalah seorang lelaki sepertinya adalah perasaan yang salah. Perasaan yang tidak boleh ia ungkapkan, perasaan yang kalau orang lain tahu akan membuat baik Megumi maupun Yuji dipandang aneh, perasaan yang di cap orang-orang sebagai ‘penyimpangan’ atau ‘kelainan’.

Tsumiki sebagai kakak dari seorang Megumi Fushiguro tentu menyadari perubahan adiknya, diajaknya bicara santai, diajaknya jlan-jalan santai, semua untuk membuat Megumi bicara kepadanya. Disaat Tsumiki berfikir bahwa semuanya sia-sia karena Megumi yang terus mengalihkan pembicaraan mereka, Megumi membuka suaranya.

“Kalau aku suka sama sesama jenis kakak bakalan natap aku kayak orang aneh?” Tanyanya. Tsumikir senang bukan lain, ia akhirnya mengetahui adiknya lebih dalam.

“ngga” Jawabnya tanpa berfikir panjang, Megumi jujur kaget. Di alihkan pandangannya yang semula memandang taman jadi memandang sang kakak.

“kenapa?”

“memang harus ada alesannya ya? menurut kakak kalau kamu suka sama orang, yang kamu suka sama orang itu ga ada yang aneh. Mau kamu suka sama cewek atau sama cowok, kamu tetap adik kakak. Gumi lagi suka sama orang?” Tanya Tsumiki. Megumi yang semula terdiam mengangguk.

“orangnya suka balik sama kamu ga?” tanya Tsumiki lagi.

“kayaknya….”

Tsumikir terkekeh. Adiknya sudah besar. Siapapun itu orangnya, Tsumiki yakin kalau adiknya benar-benar menyukai — mencintai orang tersebut.

“kalai gitu Gumi confess ke dia, nyatain perasaan kamu. Kalau diterima nanti kenalin ke kakak ya!!”

Ucapan Tsumiki di hari itu selalu terputar di otak Megumi. Mungkin orang lain nantinya akan melihat ia dengan pandangan aneh, tapi setidaknya ada kakaknya, ada Yuji, itu sudah cukup bagi Megumi. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Megumi memutuskan. Dia akan menyatakan perasannya kepada Yuji, bahkan jika konsekuensinya adalah mendapat cacian bahkan pukulan dari ayahnya nanti.

Hari ini seperti yang sudah ditentukan, Megumi mengajak Yuji untuk bertemu di taman kota. jam untuk mereka bertemu adalahh pukul 14.00 di sing hari, namun Megumi sudah di taman ini sejak 12.00 lebih cepat 2 jam dari waktu yang ditentukan. ia tahu kebiasaan Yuji yang selalu datang awal jadi dia datang lebih awal.

Pukul menunjukkan pukul 15.00 sudah telat 1 jam dari waktu yang ditentukan dan Yuji belum datang. Daripada sakit hati dan sedih, Megumi lebih khawatir kepada Yuji. PEsannya tidak dibalas, panggilannya tidak diangkat, tapi kakeknya bilang kalau Yuji sudah berangkat sejak tadi.

Ditengah kegundahannya, kegelisahannya, kekhawatirannya akan sang kasih uang tak kunjung datang muncul sebuah nontifikasi panggilan dari ponselnya. Dari nomor Yuji, tapi ia tahu bukan Yuji yang memangil. Yujinya tidak terlalu suka telfon.

‘permisi kak, aku nemu HP kakak ini di tkp dan nomor kakak ada di kontak daruratnya.’

‘ini…..kakak yang punya HP tadi habis kecelakaan dan udah dibawa ke RS xxx, kakaknya boleh dateng kesini? soalnya belum ada perwakilan keluarganya buat persetujuan operasi….’

Bilang Megumi lebay dan lainnya tapi saat mendengar perkataan oerempuan di seberang telfon tersebut, hatinya rasanya jatuh ke jantung, bahkan ia tidak bisa mendengar suara orang lain atau berfikir tentang orang lain. yuji yuji yuji yuji, pikirannyan hanya terisi oleh seorang Itadori Yuji yang pastinya sekarang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

Dimatikannya panggilan tersebut, dengan cepat ia memberhentikan satu taxi dan langung menujur rumah sakit yang disebutkan. Disepanjang jalan Megumi tidak berhenti berdoa semoga orang yang ia sayang selamat, semoga lukanya tidak terlalu parah, semoga semuanya baik-baik saja.

Saat tiba di rumah sakit situasi sudah ramai, kakek Yuji juga sudah disana, ada beberapa saksi mata serta polisi yang memintai keterangan mereka. Megumi di lain sisi dengan panik berjalan ke arah sang kakek, kakeknya Yuji yang sedari tadi hanya menatap lurus ke pintu ruangan yang Megumi yakin ada Yuji di dalamnya.

“Itadori gimana?’ Tanya Megumi panik. Semua mata yang ada disitu tertuju kepada Megumi yang terlihat lebih panik daripada sang kakek yang notabenya kakek kandungnya Yuji. Keringat dingin membasahi pelipisnya, nafas yang tak beraturan, matanya yang berair, sudah cukup untuk menjelaskan betapa berartinya seorang Yuji Itadori bagi Megumi Fushiguro.

Kakekk Yuji dengan santai mengajak Megumi duduk dan menenangkannya.

“Yuji gapapa, sudah ditangani dokter. Kamu ikut berdoa juga ya — ”

“kondisinya?” Potong Megumi.

“baik, dokternya juga bilang sendiri.”

“bohong. Tadi yang telfon saya bilang harus dioperasi” Ucap Megumi. Oh kalau soal Yuji jangan coba-coba untuk menutupinya dari seorang Megumi.

Sang kakek menghela nafas. “Yuji….selamat, Yuji bakal semangat. itu yang kakek tahu. Luka di sekujur badannya cuma luka kecil…..tapi dibagian kepala….”

Megumi rasanya mau menangis detik itu juga. Kenapa sang kakek tidak melanjutkan kata-katanya? kenapa tiba-tiba diam?

“segimana parah?”

“Yuji gabakal lupa apapun, kakek yakin.”

“gumi ga nanya itu.”

Situasi berubah hening, sang kakek menghela nafasnya bingung apakah ia benar-benar harus memberi tahu megumi??

“matanya….” sang kakek tidak sanggup melanjutkan. Ia juga tahu kalau Megumi akan langsung mengerti apa yang ia maksud.

Nafas Megumi rasanya tersendat di tenggorokannya, matanya memanas saat ia mengalihkan pandangannya ke lantai. Yuji…..Yujinya mungkin tidak bisa melihat dunia lagi, Yujinya mungkin tidak bisa mengagumi panda lagi, Yujinya mungkin tidak bisa memuji tiap potret yang yemannya ambil walalupun sebenarnya tiap potret tersebut buruk.

“donor…” ucap megumi lirih.

“sudah, ini kakek masih cari siapa yang bisa”

“megumi” Ucapnya serius. sang kakek kaget.

“gaboleh, Yuji pasti gabakal mau.”

“jangan kasih tahu Itadori. aku mau donorin semuanya ke Yuji, boleh ya kek?” tanyanya. Sang kakek bingung, ingin menolaj. Anak muda seperti Megumi tidak seharusnya mengorbankan segitu banyak untuk cucunya. Dia masih tidak mengerti hubungan cucunya dan Megumi, menurutnya itu aneh tapi melihat kegigihan Megumi, melihat bagaimana sang cucu yang hanya ingat janjinya dengan Megumi sebelum jatuh pingsan, sudah cukup untuk membuat sang kakek tidak ikut campur dalam urusan mereka berdua.

“megumi harus minta persetujuan orang tua dulu” Ucapnya yang secara tidak langsung mengizinkan.

“pasti.”

Disinilah Megumi sekarang, di depan sang Ayah dan sang kakak. Tsumiki tahu pembicaraan ini tentang apa, megumi sudah memberu tahunya lebih awal.

“ayah megumi mau donorin mata”

Sang ayah mengeryit, jelas tidak menyukai ide anaknya itu. “buat siapa?”

“Yuji” Keheningan melanda untuk beberapa saat, Megumi sudah berfikir bahwa ayahnya tidak akan mengizinkan, bagaimanapun sedari awal ayahnya memang tidak mengizinkan hubungannya dengan Yuji.

Toji menghela nafas berat. “boleh kalau kamu janji sehabis ini kamu jauhin si Yuji itu.” Ucap Toji.

Megumi tidak terima, dia masih mau berada di sisi Yuji walau nantinya tidak bisa melihat Yuji lagi. saat ia hendak protes pada sang ayah, dilihatnya mata itu. Mata yang secara tidak langsung berkata ‘terima atau ga sama sekali’.

Pikiran Megumi penuh. Dia jelas tidak mau tiba-tiba menghilang dari hadapan Yuji, tapi dia juga tidak mau kalau harus membiarkan Yuji begitu saja. Dengan berat hati Megumi mengangguk, menyetujui syarat ayahnya.

Tsumiki jelas tidak terima, adiknya baru saja merasakan apa yang orang bilang sebagain ‘cinta’ tapi harus kandas karena keegoisan ayahnya. walau ingin protes, Tsumiki tahu ia tidak bisa, keputusan ayahnya sudah bulat.

Dengan itu Megumi pun mendapat semua persetujuan yang dibutuhkan. Bahkan kalau yang harus di donorkan adalah nyawanya Megumi tetap akan melakukannya. semua demi Itadori Yuji.

Hari demi hari berlalu, operasi tersebut berjalan lancar tanpa Yuji tahu siapa orang baik yang relaa mendonorkan indra pengelihatannya pada dirinya. Saat Yuji siuman dia bisa melihat lagi, itu bagai sebuah anugrah bagi Yuji. Satu yang dia sadari, sudah hampir satu minggu dia siuman dan Megumi tidak pernah menjenguknya.

Saat ia bertanya-tanya kemana perginya seorang Megumi, ditanyany kakekny tapi ia enggan menjawab. dikirimnya beratus-ratus pesan tapi tidak ada jawaban, di panggilnya nomor tersebut hanya untuk tahu bahwa nomor tersebut tidak aktif lagi. Yuji merasa hilang, bahkan kebahagiaannya karena bisa melihat lagi tertutupi oleh perasaan sedihnya.

Muncul berbagai pertanyaan di benaknya. Apa megumi marah karena ia tidak datang hari itu? apa megumi tidak tahu kalau ia mengalami kecelakaan? Kenapa megumi tiba-tiba menghilang begitu saja? apa dia ada salah?

Di detik itu juga sang Itadori Yuji memutuskan, sesaat setelah ia keluar dari rumah sakit ini ia akan mencari Fushiguro Megumi, orang yang selalu ia kagumi, orang yang selalu membuatnya menunggu hari esok, sosok yang ia cintai. Yuji berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan terus mencoba menghubungi dan mencari Megumi, ia yakin bahwa baik ia maupun Megumi memilikki perasaan yang sama terhadap satu sama lain.

Yuji berpegang teguh pada hal itu, dia benar-benar mencari Megumi sehari setelah ia keluar dari rumah sakit. Sang kakek khawatir tapi tahu bahwa ia tidak bisa memberhentikan cucunya. Yuji terus mencari dari tempat favorit Megumi, tempat kerjanya, bahkan rumahnya tapi tidak menemukan apapun. namun, apa Yuji menyerah? tentu tidak.

Pertanyaan di benaknya semakin banyak, tapi itu malah menambah alasan bagi Yuji untuk segera bertemu Megumi. Bertemu Megumi lalu menayakan semua pertanyaan ini secara langsung.

Yuji search for him in the entire city while continue being oblivious by the fact he’s already leave the city. Oblivious by the fact the eyes he had on now is from him. Oblivious that they both cant be together due to megumi father request. Oblivious by how Megumi now are nothing but a helpless man who wants to meet him aswell. Oblivious by the fact this world are just too cruel for both of them.

Oblivious by the fact the chance to meet him again is less than a zero.

--

--