halaman terakhir

Jo
2 min readSep 22, 2022

--

Pesta selametan itu berlangsung dengan meriah. Meskipun masih terdapat beragam bisik-bisik karena cara “unik” mereka pada tema acara itu, rasanya tidak perlu dipikirkan karena Regan tersenyum lebar seharian dan keluarga serta teman-teman terdekat merasa senang.

Menurut Ren, bertemu Ugi merupakan hal yang paling luar biasa di hidupnya. Tapi, rasanya hal itu sudah bergeser dengan Regan yang tiba-tiba memanggilnya “mama.” Semua terjadi begitu cepat, Regan sedang bermain dengan kedua oma opanya dan bayi itu melihat wajahnya mengamati dari samping. Senyum Regan seketika merekah lebih besar, ia melambaikan tangan dan mengucap “ma-ma.”

Terdapat setetes air mata yang membasahi wajahnya. Secara perlahan ia mendekat ke bayi berambut landak itu dan menggendongnya. Jika pertama kali dia meyakinkan, ucapan kedua kali semakin membuatnya tidak percaya. Disaksikan oleh Ugi yang juga tidak kalah kaget dan turut mengelus rambut Regan secara perlahan. Ren sedikit mendongak untuk memandang wajah istrinya dan mendapatkan kecupan manis pada dahinya. Sekarang semuanya terasa nyata, iya. Ia memiliki sebuah keluarga kecil yang sangat ia sayangi dan tidak akan dia tukar dengan apapun.

Acara ini tentunya tidak akan lengkap tanpa kelakuan aneh Ugi. Tidak tahu bagaimana caranya, tetapi ia berhasil menyewa tiga zoomov dari mall di dekat rumah mereka dan sekarang sedang balapan dengan Wendy dan Yeri. Mereka balapan berkali-kali tanpa mau bergantian dengan anak-anak tetangga yang diundang ke acara itu. Saking kesalnya, Ren dan Joyi sampai harus turun tangan menarik kedua pasangan mereka.

Melihat Regan yang sedang bermain dengan oma-opa dan neli-kelinya membuat Ugi termenung. Setelah ia putus dari Ren, rasanya benar-benar tidak mungkin kalau semuanya bisa berakhir seperti ini. Dalam tiga bulan kelam itu, ia yakin kalau mungkin mereka berdua memang tidak ditakdirkan untuk satu sama lain. Mungkin mereka akan bertemu lagi dengan pasangan masing-masing dengan saling bertukar undangan dan sebagainya. Tetapi, takdir memang lucu, beragam kebetulan yang sudah berbentuk guratan rasanya kerap menautkan jalan mereka berdua. Mereka bertemu dan bertemu lagi dalam banyak kesempatan yang sampai akhirnya dapat merangkai mereka menjadi sebuah keluarga kecil. Melihat istrinya termenung di salah satu kursi sambil menyaksikan anak mereka, Ren menghampirinya dan meletakkan kepalanya di pundak istrinya.

“Ugi mikirin apa?” Bisiknya pelan.

“Kamu sama Regan. Kadang rasanya kayak gamungkin aja kita balikan, nikah, dan sekarang punya anak. Aku gaakan berhenti mengucap syukur kalau liat kalian berdua.”

“Kenapa tiba-tiba mellow gitu? Cheer up Ugi. Ini waktu bahagia dan aku sama Regan gabakal kemana-mana kok. Bakal selalu disini sama kamu.”

“Iya-iya, ini udah senyum lagi kok. Masalah apapun yang ada di depan asalkan ada kamu dan Regan, kayaknya kita bakal baik-baik aja.”

--

--