scheme

Jo
2 min readAug 31, 2022

--

Ayahnya membanting- banting barang adalah pemandangan sehari-hari bagi Kalana. Saking biasanya, terkadang Kalana sengaja membuat ayahnya kesal untuk memancing kekesalannya, seperti saat ini. Sebenarnya, ia sadar kalau tindakannya tidak benar dan menutupinya dengan bersikap seolah bingung dan tidak mengerti. Sebab, pada akhirnya akan sama saja. Dari kecil ia sudah dididik kalau yang paling penting itu adalah hasil akhirnya, tidak peduli proses melaluinya salah atau benar, tuntutan yang terpenuhi adalah tujuan satu-satunya.

Beragam pil, tablet, dan obat-obatan lainnya berserakan di lantai, sofa terjatuh dan terbalik, serta pecahan beling dari vas berisikan mawar merah. Amarah sang ayah belum mencapai puncaknya, buku-buku jarinya memutih karena ia mengepal begitu keras. Kalana melirik ayahnya dari balik ponsel tanpa mengatakan apapun dan hendak beranjak pergi ke kamar.

“Memalukan. Apa maksud kamu bertindak seperti itu? Skors hampir satu semester lebih bahkan nyaris DO. Tidak pernah berpikir sebelum bertindak ya?” Suaranya dingin dengan raut datar dan tatapan mata yang tajam serta menusuk. Kalana tidak merasakan apa-apa, tidak takut, sedih, ataupun panik. Ia malah membalas denga intensitas yang sama.

“Sekarang aku tanya balik, ayah sendiri sudah melakukan apa untuk keluarga ini? Tidak ada kan? Aku merasa itu hak ku dan aku tidak akan merasa bersalah untuk hal itu. Mulai sekarang, tidak perlu lagi mengatur caraku hidup.” Ia membanting pintu kamarnya dan mengambil headphone yang tergeletak di mejanya untuk mendengarkan musik.

Satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah bagaimana cara memutuskan hubungan Kak Sena dan Mbak Arini. Blackmail berulang kali hasilnya selalu nihil dan tidak ada hasilnya sama sekali, mungkin sekarang adalah waktu yang pas untuk mengambil langkah yang lebih nekat dan ia sudah memikirkan langkah apa yang harus diambil.

-

Hari dimana keputusan skorsnya sudah turun, Kalana tetap pergi ke kampus dengan satu tujuan. Tampilan kampusnya yang selalu rapih sudah tidak terlihat lagi, ia datang ke kampus mengenakan hoodie hitam dengan topi dan masker sehingga terlihat sangat mencurigakan. Ia mendekati mobil BMW berwarna putih untuk mengempiskan ban mobilnya dan merusak tempat minyak rem.

Sebelum menjalankan aksinya, ia memastikan tempat parkir dalam keadaan sepi karena sedang jam kuliah dan baru menjalankan aksinya secepat mungkin. Ia melubangi ban depan bagian kiri sambil memastikannya supaya tidak terlihat langsung kempes kemudian baru beranjak ke tempat minyak rem.

Di luar dugaannya, tempat minyak rem itu cukup sulit untuk dirusak. Ia sudah mencoba untuk merusak dengan cara melubangi dan memotongnya pelan-pelan, tetapi hasilnya nihil. Di tengah aksinya, ia mendengar ada derap langkah kaki dan samar-samar suara mengobrol. Tidak mau membahayakan penyamarannya, ia buru-buru pergi meninggalkan lokasi kejadian dengan tempat minyak rem yang sudah bocor kecil. Ia melihat mobil itu melaju pergi dari kejauhan dan tersenyum kecil merasa puas.

--

--