Rasi Bintang

star
4 min readMay 8, 2023

--

I don’t wanna say goodbye, 'cause this one means forever
Now you’re in the stars and six-feet’s never felt so far

cw// explicit content, make out, alter ego, mcd.

“Bintaaang,” panggil Rasi dengan manja. Tangan kecil itu memeluk tubuh lelakinya dari belakang. Kepala Rasi dibenamkan di punggung lebar Bintang.

Rasi memejamkan mata dan nenghirup aroma lelakinya dalam diam. Menikmati kenikmatan dipagi hari.

Bintang yang sedang memasak lantas mematikan kompor, lalu berbalik menghadap Rasi. “Cantiknya Bintang lagi kenapa, hm?” Bintang bertanya dengan lembut. Tangan kekar itu mengelus kepala kekasihnya. “I miss you.”

Bintang tergelak atas jawaban Rasi. Hal itu membuat Rasi mendelik kesal. “Kok ketawa?!”

“Kita semalam tidur bareng, cantik.”

“Tapi aku masih kangen!”

“You’re so cute, I feel like I wanna eat you so much.”

“Eat me then.”

Bintang terdiam mendengar ucapan Rasi. Matanya menatap lekat ke dalam bola mata Rasi, yang seolah-olah menunjukkan sebuah rasi bintang.

“Rasi…” Rasi merasakan sebuah sensasi ketika tangan Bintang meremat pinggangnya sensual. “Nghh… Bintang.”

Deru nafas sudah tak berarturan. Kedua mata itu telah ditutupi kabut nafsu. Belaian tangan Bintang semakin liar menjemaah tubuh Rasi. “You are such a naughty fox.”

“And I’m ready for punishment.”

“You’re the one that ask for it.”

Ngnh…”

Sang mentari hampir terbenam sepenuhnya, sementara dua sejoli ini belum menunjukkan pergerakan sama sekali. Masih nyaman dengan kehangatan yang diberi satu sama lain.

Rasi semakin merapatkan pelukannya ke Bintang. Dikecuplah pucuk kepala Rasi dengan penuh sayang.

“Kita udah baringan dari siang sampai sore, kamu nggak bosen?” Rasi menggeleng. Fokusnya teralih ke moles yang dimiliki lelakinya. Sangat indah. “Moles kamu mirip rasi bintang, ya?”

Bintang kembali terkekeh. “Kamu ngerasa nggak? Kita seolah diciptakan buat satu sama lain.”

“Kenapa gitu?”

“Our name is connected, rasi bintang. Moles aku berbentuk rasi bintang. Mata kamu juga seolah ada rasi bintang,” jelas Bintang.

“Ih iya!” Rasi baru menyadari hal itu. “Udah tiga tahun, tapi kenapa aku baru sadar ya?”

“Kamu selalu gitu, sayang.”

Rasi diam sesaat, mencerna balasan Bintang yang sedikit ambigu baginya. Lantas keheningan pun terjadi sesaat.

Bintang bergerak pertama, melepaskan pelukan yang menempel sedari tadi. Dia mengambil posisi berhadapan dengan Rasi. “Rasi, makasih ya?”

“Buat apa Bintang?”

“Many things,” Bintang meraih tangan Rasi. Dibelainya lembut tangan sang kekasih. “Kamu yang selalu sabar. Kamu yang selalu percaya sama aku. Kamu yang selalu maafin aku disemua kesempatan, bahkan kalau aku udah keterlaluan.

“Bintang…”

“Makasih buat semua waktu, cinta, dan tenaga yang kamu beri buat aku. Aku yakin, aku nggak bisa hidup tanpa kamu,” Bintang menjeda ucapannya. Dia menatap Rasi yang tengah menahan haru. “Kamu juga nggak bisa hidup tanpa aku kan?”

Bak tersihir, Rasi mengangguk menyetujui. Tak peduli seberapa banyak darah yang ia tumpahkan akibat lelaki di depannya, Rasi tetap membutuhkan Bintang. Rasi bukan apa-apa tanpa Bintang.

“Good girl pretty doll,” pujian Bintang membuat Rasi terisak. Pretty doll. Panggilan yang selalu membuat Rasi sensitif. “I’m a boy, Bintang.”

“Nggak ada cowok cantik, Rasi,” bantah Bintang. “Kamu pasti operasi kelamin, iya kan? Dulu pasti kamu wanita cantik simpanan orang-orang, kan?”

Bintang memulainya lagi. Isakan haru milih Rasi kini berubah menjadi isak tangis akibat takut. “Bintang… Kita tidur yuk?” Rasi bertanya sembari terisak. “Minum obatnya dulu.”

“Jawab dulu sayang,” Bintang bersikukuh mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari kekasihnya. Rasi hanya bisa pasrah. Dia tidak ingin semua menjadi lebih buruk lagi. “Iya.”

Seketika senyum diwajah Bintang memudar. Lelaki gemini itu langsung pergi menuju kamar, dan memejamkan mata di atas kasur. Di belakang, Rasi mengekori. “Mau aku bacain cerita, hm?”

“Aku mau tidur sambil dengerin ini aja,” Itu adalah sebuah rekaman. Rekaman suara Rasi setiap malam mereka melakukan itu. Rasi tersenyum pahit, namun lagi-lagi hanya bisa mengangguk.

Tak lama, Bintang tertidur lelap setelah mendengar suara indah Rasi, ditambah elusan sayang di kepalanya. Rasi mematikan rekaman suara itu, lalu merapihkan posisi tidur Bintang.

Kekasih Bintang itu menghampiri Bintang yang terlelap, lalu mengecup kepala Bintang dengan penuh kasih sayang. “Good nights, see you at the hell, sayang.”

Mentari telah bersinar. Burung pun ikut berkicau. Di tengah indahnya suasana pagi yang dimiliki oleh kota Luzern, Bintang terbangun dengan keadaan kacau.

Dengan tergesa Bintang mencari ponselnya dan langsung menghubungi pihak berwajib.

“Halo, saya ingin melaporkan orang hi-” belum sempat selesai bicara, ponsel Bintang dirampas oleh seseorang. Itu adalah Naren — teman Bintang.

“Sadar bego! Cowok lo udah nggak ada,” dimatikannya telfon itu oleh Naren. Dia langsung mencari sebuah video yang selalu menjadi bukti agar temannya ini sadar dari bunga mimpi.

“Liat ini! Lo sendiri yang bikin Rasi pergi.”

Bintang menggeleng tak terima. “Rasi udah janji sama gue buat nggak pergi, Ren!”

“Bukan Rasi yang ngelanggar janji, tapi lo!” sarkas Naren. Dia memberikan ponsel Bintang ke pemiliknya. “Sadar Bintang. It’s been a year.”

Bintang terengah-engah, sebelum akhirnya kembali menangis. Naren hanya bisa melihat temannya yang meluruh ke lantai sembari terisak — lagi.

“I don’t wanna say goodbye to him, Naren.”

“He is happy right now, Bintang. Be one of those stars in the sky.”

— Tamat

c. bonbonbleues

--

--

star

an extra star with a lovely melody in every poems