Pengumpulan Data Versi Modern untuk Masyarakat yang Modern

Statgov.id
4 min readSep 28, 2021

Ditulis oleh: I Gusti Ngurah Yogi Sedana Nugraha

Di era modern ini, lingkungan tempat statistik resmi beroperasi sedang berubah dengan cepat. Lingkungan dimana masyarakatnya bergantung pada teknologi, media sosial dan transaksi elektronik yang meninggalkan “jejak digital” yang signifikan di balik layar. Model bisnis di dunia yang seperti ini juga banyak sekali memanfaatkan teknologi untuk menyediakan layanan elektronik yang kemudian membuat tantangan baru bagi badan statistik resmi agar bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk menyediakan statistik berkualitas tinggi dan tepat waktu secara gratis.

Ada rata-rata 500 juta tweet per hari (Krikorian 2013), sementara Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna ponsel setiap bulan (Popper 2014) dan menjadi jejaring sosial pertama yang melampaui satu miliar akun terdaftar (Statistik 2015). Jika Facebook adalah sebuah negara, ia penduduk terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan India. Bahkan, diilansir dari www.ibmbigdatahub.com, sudah terkirim 10 miliar pesan dan terunggah sekitar 350 juta foto baru tiap harinya di Facebook. Ada lebih dari delapan miliar tampilan snapchat dikirim setiap hari (Aslam 2015). Semua fakta tersebut membuktikan bahwa betapa kuatnya teknologi di kehidupan sekarang ini.

Big Data sekarang menjadi produk sampingan yang dihasilkan dari dunia digital tersebut. Kumpulan data yang sangat besar dan kompleks ini membuatnya menjadi sulit diproses menggunakan alat manajemen basis data yang ada atau aplikasi pengolah data tradisional. Sebagai aset informasi yang bervolume tinggi, berkecepatan tinggi, dan beragam, big data menuntut bentuk pemrosesan informasi yang hemat biaya dan inovatif yang memungkinkan peningkatan wawasan, pengambilan keputusan, dan otomatisasi proses.

Dengan digitalisasi yang terus berkembang, jumlah data yang ada sekarang tidak bisa diketahui. Hilbert dan Lopez (2012) memperkirakan bahwa 300 exabytes data disimpan pada tahun 2007 yang lebih dari 90% di antaranya dalam format digital, ini sangat jauh bertumbuh dibandingkan dengan hanya 25% data dalam format digital pada tahun 2000. Faktanya, volume data yang sekarang dihasilkan sangatlah besar, peningkatan volume pada tingkat eksponensial, yang menurut Lynch (2012) “90% dari semua informasi yang pernah dibuat dihasilkan dalam dua tahun terakhir saja”, ini juga sejalan dengan pendapat Lillington (2013), “Konten digital tersimpan berlipat ganda setiap dua tahun, mencapai satu zettabyte (pada 2012)”. Semua itu bahkan diperkirakan pada tahun 2012, lantas bagaimana hingga sekarang ini? Mungkin sudah tidak bisa dibayangkan lagi berapa besar jumlah data yang telah dihasilkan di dunia yang serba modern.

Laporan terbaru dari agensi marketing We Are Social dan platform manajemen media sosial Hootsuite mengungkap bahwa lebih dari separuh penduduk di Indonesia telah “melek” alias aktif menggunakan media sosial pada Januari 2021. Dalam laporan berjudul Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital tersebut, disebutkan bahwa dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta atau sekitar 61,8 persen di antaranya telah menggunakan media sosial, angka tersebut menunjukkan pertumbuhan dari Januari 2020 sebanyak 6,3 persen. Dalam periode yang sama, terjadi pertumbuhan 15,5 persen atau sekitar 27 penduduk Indonesia sebagai pengguna internet. Semua itu membuktikan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia sudah bisa menggunakan teknologi yaitu “smartphone”, dan hal ini bisa dimanfaatkan oleh Badan Statistik dalam melakukan pengumpulan data yang lebih efektif dan efisien.

Statistik resmi harus merangkul dan memanfaatkan berbagai teknologi untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah dengan cepat saat ini. Jika teknologi bisa dimanfaatkan dengan baik, mereka mungkin menawarkan peluang untuk mengkompilasi atau mengintegrasikan dan menyebarkan informasi baru dengan cara baru dan menarik. Berbagai alasan seperti adalah mobilitas di era modern yang semakin tinggi, adanya isu privasi dimana responden enggan untuk menjawab pertanyaan langsung dari pewawancara, hingga sulitnya mendapatkan akses untuk bertemu responden membuat diperlukannya inovasi dalam proses pengumpulan data, dan jawabannya adakah dengan memanfaatkan teknologi.

BPS telah menyadari perlunya teknologi dalam pengumpulan data di dunia modern ini, hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan Sensus Penduduk 2020 secara online, meskipun hal tersebut juga dilakukan karena ancaman dari Pandemi Covid-19 dan belum sepenuhnya online karena memungkinkan, namun pelaksanaan Sensus secara online tersebut menjadi satu langkah baru bagi Statistik Indonesia. Dengan Sensus Penduduk Online, semua pihak akan diuntungkan, dari sisi BPS, data bisa dikumpulkan dengan lebih cepat dan efisien. Sedangkan dari sisi responden, mereka bisa mengisi data dari mana saja, tidak perlu menunggu didatangi petugas dan juga pengisian bisa dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. Dengan langkah ini, kedepannya BPS diharapkan bisa menerapkan inovasi-inovasi lain bukan hanya dalam pengumpulan data tapi juga distribusinya dan membuatnya menjadi lebih sederhana, fleksibel dan ramah pengguna.

Referensi:

Steve McFeely. 2020. “The Continuing Evolution of Official Statistics: Some Challenges and Opportunities”. Diakses pada 9 September 2021 pukul 20.00.

https://tekno.kompas.com/read/2021/02/24/08050027/riset-ungkap-lebih-dari-separuh-penduduk-indonesia-melek-media-sosial. Diakses pada 9 September 2021 pukul 21.15.

--

--

Statgov.id

Ready to promote the value of official statistics in Indonesia