Business Continuity Management

Stevani Halim
2 min readNov 29, 2018

--

Secara teori, pengertian dari Business Continuity Management (BCM) adalah suatu rangkaian proses sistem manajemen yang terencana, terukur, dan menyeluruh; yang mencakup identifikasi dini, pengembangan ketahanan, kemampuan pengendalian setiap potensi insiden secara efektif, pemulihan kondisi, dan proses penyelenggaraan kegiatan kembali ke normal; untuk menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan/organisasi.

Sederhananya, BCM ini dapat diartikan sebagai sebuah proses pemulihan pasca terjadinya insiden. Tujuannya agar proses bisnis atau kegiatan operasional di sebuah organisasi atau perusahaan tetap bisa berjalan walau tidak secara optimal (minimal tidak sampai terhenti) bila insiden terjadi.

Mengapa BCM penting?

  • Kita tidak bisa menjamin kondisi selalu ideal untuk menjalankan kegiatan bisnis di suatu perusahaan.
  • Kondisi abnormal tidak dapat dikendalikan, sehingga seringkali menyebabkan sudden & massive lost
  • Terdapat cukup banyak hal yang tidak dapat dicegah, namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampaknya
  • Sebagai pemenuhan prasyarat dari pemangku kepentingan organisasi

Apa yang dimaksud dengan kondisi abnormal?

Kondisi abnormal adalah kondisi yang tidak dapat diantisipasi oleh organisasi atau perusahaan. Contohnya adalah:

  • Natural disaster: banjir, gempa bumi, gunung meletus
  • Man-made disaster: sabotase, peperangan, serangan teroris
  • Main facility failure: kegagalan suplai listrik, kegagalan sistem pendingin data center, dsb.
  • Governmental issue: pemogokan, embargo ekonomi, dsb.

Untuk melaksanakan BCM, diperlukan suatu acuan dokumen, yaitu Disaster Recovery Plan (DRP). DRP merupakan dokumen tertulis yang berisikan program yang telah disetujui, diimplementasikan, serta dievaluasi secara periodik, yang memfokuskan pada semua kegiatan yang perlu dilakukan sebelum, ketika, dan setelah bencana. Rencana ini disusun berdasarkan kajian yang dilakukan secara menyeluruh terhadap bencana-bencana yang berpotensi mendatangkan kerugian, mencakup lingkup fasilitas, lokasi geografis, atau industri. Rencana ini juga merupakan tanggapan yang efisien untuk proses pemulihan, baik dari segi biaya maupun waktu.

DRP juga harus mencakup prosedur untuk merespon suatu keadaan darurat, menyediakan operasi backup selama gangguan terjadi, mengelola pemulihan, dan menyelamatkan proses sesudahnya. Sasaran pokok DRP adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan proses kritis di lokasi lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu batasan waktu yang memperkecil kerugian organisasi, dengan pelaksanaan prosedur recovery yang cepat.

--

--

Stevani Halim

STI 2015 ITB | “Let’s see who has the last laugh!”