Sunganjochaaa
5 min readSep 9, 2022

--

๐—ก๐—ข๐—ง ๐—™๐—œ๐—ก๐—˜ [๐Ÿฐ๐Ÿฎ]โ€Šโ€”โ€Š๐—™๐—ถ๐—ฟ๐˜€๐˜ ๐——๐—ฎ๐˜† ๐—ข๐—ณ ๐—ช๐—ผ๐—ฟ๐—ธ

Hari ini adalah hari pertama Rena bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor-impor bernama Sigma Corp. sebagai seorang bussines analyst.

Melihat sudah banyak karyawan yang berlalu lalang membuat rasa tegang menyelimuti dirinya, apalagi mengingat Rena sebelumnya belum pernah bekerja secara formal sama sekali.

Ia kini tengah menunggu Pak Baskara, seorang atasannya yang akan memberikannya akses masuk karena Rena belum mengantongi ID card-nya.

โ€œSharena ya?โ€ sapa seorang laki-laki berpenampilan rapi dengan rambut cepak side parted-nya.

โ€œIya.โ€œ

โ€œSaya Baskara. Ayo masuk. Kartu akses kamu di atas nanti saya ambilkan.โ€

โ€œBaik Pak.โ€œ

Rena segera mengikuti Baskara melewati alat scan otomatis bergantian dengan lelaki itu.

โ€œKamu biasanya dipanggil apa? Sharen? Rena?โ€œ

โ€œRena, Pak.โ€œ

โ€œOke. Kamu lahir tahun berapa?โ€œ

โ€œTahun 93 Pak.โ€

โ€œOh oke-oke berarti kita seumuran. Jadi kalo lagi gak kerja panggil saya Baskara aja, saya gak suka dipanggil Bapak, berasa tua. Kalo mau lo gue-an juga gak apa-apa.โ€ ucapnya santai seraya tetap berjalan di depan Rena.

โ€œRen ayo.โ€ ajak Baskara ketika dirinya melihat pintu lift yang akan segera tertutup.

Mereka lalu segera bergegas karena lelaki itu begitu malas untuk menunggu lift berikutnya.

Di dalam lift hanya ada 4 orang. Rena, Baskara dan 2 orang dari perusahaan lain.

Setelah Baskara menekan tombol dengan angka 15 di dinding lift ia lalu kembali mendekatkan dirinya kepada Rena.

โ€œGak usah tegang-tegang, santai aja.โ€ goda Baskara.

Rena mengangguk.

โ€œSebelumnya kerja dimana? Saya denger kamu lulusan NTU ya?โ€œ

โ€œIya Pak saya kuliah di NTU Taiwan sama master di NTU Singapore. Kebetulan saya sebelumnya hanya bantuin bisnis temen saja Pak. Ini pekerjaan kantor pertama saya.โ€œ

โ€œOh saya kira NTU Singapore semua. Fluent mandarin berarti ya?โ€œ

โ€œIya Pak, bisa dibilang begitu. Tapi saya juga masih terus belajar sih. Apalagi bahasa gaul anak-anak sekarang semuanya main disingkat, kadang-kadang saya juga enggak paham.โ€

โ€œBagus deh kalo gitu. Siap-siap ya nanti kamu pasti bakalan diajak kunjungan ke luar negeri, sekalian jadi translator.โ€œ

Segera setelah pintu lift terbuka. Mereka berdua lalu menuju ruangan administrasi yang berada tepat di samping pintu lift.

โ€œIni ID card kamu. Habis ini saya anter kamu meja mu. Terus nanti jam 10-an pas Pak Saga udah dateng, kamu introduce ya sama dia.โ€œ

โ€œRena.โ€ panggil Baskara yang mengintip dari balik penyekat meja wanita itu.

โ€œIya Pak?โ€œ

โ€œLagi ngerjain apa?โ€œ

โ€œIni saya cuma lagi baca draft planning bussiness. Ada apa ya Pak?โ€œ

โ€œIkut saya ke ruangannya Pak Saga sebentar yuk. Sekalian kamu greeting.โ€

โ€œBaik Pak.โ€

โ€œUdah kenalan sama siapa aja?โ€ tanya Baskara pada Rena dalam perjalanan mereka menuju ruangan Saga.

โ€œBaru sama anak-anak setim aja sih Pak, sama tadi ada Mbak Ayu dari divisi keuangan.โ€

โ€œMbak Ayu gimana? Jutek ga?โ€œ

Rena hanya tersenyum, โ€œYa gitu lah Pak.โ€œ

Lelaki disampinya itu kemudian terkekeh, โ€œJangan kaget ya sama Ayu. Dia kadang bisa galak banget, apa lagi kalo ada itungan yang gak sesuai. Saya kasi bocoran. Kalo dia galak, tawarin makanan aja. Dijamin langsung selesai marahnya.โ€œ

โ€œIya Pak.โ€

Sesampainya mereka di depan ruangan Saga, Baskara lalu mengetuk pelan pintu yang ada di hadapannya.

โ€œAyo masuk.โ€ ajak Baskara setelah Saga mempersilahkan mereka masuk.

Ketika Rena masuk ia langsung di sambut oleh sesosok lelaki beperawakan sedang, berkulit putih, dan beraura dingin.

Namun ada satu hal yang sangat mencuri perhatiannya. Yaitu adalah mata dari bosnya. Seperti ada galaksi di sana. Rena berasa seperti terhipnotis.

Matanya terlewat indah.

โ€œSiang Pak.โ€ sapa Baskara yang membuyarkan lamunan Rena.

โ€œSiang.โ€ jawab Saga dengan singkat.

โ€œIni Sharena, business analyst baru kita.โ€œ

โ€œSaya Sharena.โ€ sapa Rena.

โ€œOh iya iya. Iโ€™m looking forward for your work.โ€ balas Saga sembari menjabat tangan karyawan barunya itu.

โ€œBaik Pak.โ€œ

โ€œBas nanti jam 3 ada meeting sama Gunadi. Berkasnya udah siap?โ€œ

โ€œSudah Pak, nanti saya ambilkan di Gina.โ€

โ€œOh ya.โ€ Saga lalu menunjuk Rena, โ€œSama kamu ikut aja nanti. Sekalian bantuin Baskara.โ€

โ€œBaik Pak.โ€

โ€œRen, ayo. Kita berangkat sekarang.โ€œ

Rena terkejut dengan kehadiran Baskara yang lagi-lagi dengan tiba-tiba mengintip dari balik penyekat mejanya.

โ€œIya Pak, sebentar saya beres-beres dulu.โ€

โ€œCepet ya. Pak Saga udah nunggu di bawah.โ€

Rena kemudian segera merapihkan mejanya, meraih tasnya lalu dengan cepat berjalan mengikuti di belakang Baskara.

Mereka berdua segera turun ke lobby. Dan benar saja disana ternyata terdapat Saga yang telah menunggu mereka di depan coffee shop kantor sembari menyesap kopi yang baru saja ia beli.

โ€œIni nyetir sendiri apa sama Pak Hari?โ€œ

โ€œSama Pak Hari, gue gak mau tekor lagi buat benerin bemper mobil.โ€œ

Pasalnya minggu lalu ketika Baskara menyetir bersama Saga ia tak sengaja menabrak tiang pembatas karena mengantuk dan mengakibatkan bemper mobil Saga penyok.

Baskara meringis seraya menggaruk kepalanya, โ€œMaaf ya Bos.โ€œ

โ€œBas gimana sih itu? Bukannya kemarin si Gunawan udah dikirimin berkasnya?โ€ omel Saga segera setelah ia masuk ke dalam mobil.

Baskara yang duduk di kursi depan menoleh ke arah Saga yang duduk persis di belakangnya, โ€œSudah dikirim kok Pak. Saya yang kirim sendiri dari email.โ€œ

โ€œKok bisa-bisanya dia ambil penawaran sendiri!โ€ Saga kini sedikit berteriak kesal.

โ€œApa tim kita gak ada yang kasi tau dia?!โ€œ

โ€œKamu gak bilang?!โ€ sambun Saga dengan nada yang lebih tinggi.

โ€œSaya sudah bilang Pak. Mungkin merekanya yang lupa.โ€ ucapnya lesu.

โ€œYa kamu jadi karyawan harusnya follow up terus dong. Jangan cuma sekali bilang aja.โ€œ

โ€œBaik Pak. Untuk berikutnya akan selalu saya follow up.โ€œ

โ€œTelat Bas. Udah rugi merapa ratus juta kita. Bisa-bisanya.โ€

โ€œBesok kamu nego lagi sama mereka. Saya gak mau tau. Kalo mereka gak sepakat gugat aja. Gak bisa saya diginiin. Seenaknya sendiri. Sampe kantor saya mau langsung pulang. Gak mood ngantor saya.โ€ ucap Saga sebelum ia membanting tubuhnya kasar di kursi mobil lalu memejamkan matanya.

Rena yang duduk tepat disebelah Saga sempat melirik dari ujung matanya, bosnya itu mengepal erat tangannya sampai telapak tangannya berubah warna menjadi merah sangking emosinya.

Rena yang belum tahu apa-apa hanya bisa terdiam sembari menundukkan kepalanya. Baru hari pertama bekerja Rena sudah disambut seperti ini.

Ia tidak tau apakah amarah bosnya itu hanyalah momentum saja atau memang sifat aslinya yang tempramental.

Rena tak bisa membayangkan kedepannya jika ia harus terus menerus bekerja di lingkungan seperti ini.

โ€œSemoga gue betah kerja disini dengan bos yang kaya dia.โ€ batin Rena dalam hati.

--

--