Plus Minus Fotografi Obyek Wisata untuk Dunia Wisata

Suryono
2 min readFeb 11, 2018

--

Dengan semakin majunya dunia fotografi di dunia, saat ini banyak orang yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan jepretan indah. Obyek yang menjadi sasaran untuk dipotret bervariasi, mulai dari manusia, serangga, alam dan sebagainya. Terlebih dengan semakin banyaknya ponsel pintar yang memiliki fitur kamera yang bisa dibilang bagus. Berbeda dengan kondisi tahun 2000 an dimana smartphone belum sepintar sekarang dan kamera yang ada di handphone pun masih kecil resolusinya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh pak Yuswohadi bahwa arah pengeluaran uang masyarakat terutama generasi Z lebih ke arah pengalaman dan kesenangan. Maka tak heran jika banyak tempat makan yang cozy menjamur di berbagai kota dan banyak orang yang senang berlibur dari satu tempat ke tempat yang lain. Tak puas berkeliling Jogja dengan jasa paket wisata di Jogja kemudian mengumpulkan uang dan mengontak penyedia paket wisata Lombok dan berlibur disana dengan rombongan geng kecilnya. Ya, saat ini cukup dengan jumlah rombongan kecil 4 orang pun sudah bisa berwisata berkeliling tempat menarik menggunakan jasa sewa mobil. Enak bukan?

Nah, saat di berbagai tempat wisata itulah proses jepret menjepret terjadi. Ada diantaranya memang fotografer profesional, namun ada pula yang merupakan amatiran. Memotret obyek wisata merupakan hal yang sah-sah saja. Termasuk menguploadnya ke sosial media. Hal itu menjadi poin plus karena menjadi salah satu promosi yang gratis dari orang yang berkunjung ke tempat wisata tersebut.

Contoh pengambilan gambar yang natural, sumber ig @apri_mopro

Namun terkadang, ada sebagian orang yang membubuhkan efek khusus saat melakukan proses pengambilan gambar, serta ada pula yang melakukan editing sehingga hasil jepretan terlihat waw saat di dunia maya. Motifnya bisa bermacam-macam, bisa untuk mendapatkan like, share, retweet yang banyak atau agar ada orang yang memakai jasa mereka. Menurut hemat kami, hal tersebut bisa menjadi efek negatif bagi tempat wisata itu sendiri. Saat orang disuguhkan gambar di sosial media yang amat elok, namun ketika rela dilanpangan kemudian bergumam “hanya seperti ini”. Itulah yang tidak kita inginkan bersama bukan?

Lantas bagaimana baiknya? Menurut kami perlu ada edukasi ke tengah masyarakat. Kepada pengguna dunia maya disampaikan pada mereka bahwa tidak selamanya gambar itu “jujur”, ada banyak orang yang mampu memoles sedemikian rupa hingga menjadi amazing. Pun pada para orang yang melakukan editing gambar, agar tidak berlebihan dalam melakukan proses editing. Sehingga apa yang sampai pada masyarakat yang melihat hasil fotografi akan sama atau mirip ketika mereka mengunjungi secara nyata. Itu lebih ahsan menurut hemat kami.

--

--

Suryono
0 Followers

Hanya manusia yang berharap mendapatkan ridho dari Nya.