MEDITASI pada dasarnya adalah sebuah latihan untuk fokus. Itu latihan yang bermanfaat karena pikiran kita mudah mengembara ke mana-mana, memikirkan apa saja, meloncat-loncat dari satu pemikiran ke pemikiran lain, dari satu masalah ke masalah lain, dari satu keriuhan ke keriuhan lain, dan kebanyakan orang membiarkan pikirannya mengembara tanpa menyadarinya.
Setiap hari kita diserbu segala urusan yang bahkan mungkin bukan urusan kita, dan semuanya terjadi setiap hari — secara otomatis. Kita membiarkan pikiran kita bekerja secara autopilot.
*
Ketika orang duduk bersila dalam meditasi Vipassana, misalnya, yang dia lakukan adalah menyadari pengalamannya di waktu sekarang. Pengalaman yang terdekat di waktu sekarang adalah dia bernapas. Perutnya mengembang dan mengempis oleh tarikan dan hembusan napas. Jadi, dia hanya menyadari satu hal, ialah gerakan perut — hanya fokus pada satu hal itu.
Jika dalam proses menyadari gerakan perut yang mengembang dan mengempis itu tiba-tiba ia terganggu oleh pemikiran yang melintas begitu saja di dalam benaknya, ia memberi perhatian kepada pemikiran yang melintas itu. Katakanlah ia teringat ayahnya dan merasa cemas, orang itu akan mengatakan: “Saya cemas memikirkan ayah saya.” Dia akan mengucapkan kalimat itu terus sampai bisa fokus lagi pada gerakan perut.
Setelah fokus pada kembang kempis perut, ia bisa menggeser fokusnya ke satu pengalaman lain, misalnya gerakan tangan, atau gerakan kaki saat berjalan.
Dengan cara itu, orang menjadi lebih mampu mengendalikan diri, karena ia melatih dirinya untuk berfokus hanya pada satu pemikiran. Hasil akhirnya adalah kemampuan anda untuk fokus. Anda tidak akan pernah membiarkan pikiran anda menjadi kusut dan campur aduk tanpa kendali.
*
Dalam hipnosis, ketika kita fokus kepada hanya satu pemikiran, itu berarti kita memasuki kondisi trance. Itu kondisi yang serupa dengan orang yang khusyuk beribadah atau berdoa. Ketika orang khusyuk, pikirannya hanya fokus ke satu tujuan. Dan orang tidak mungkin khusyuk ketika pikirannya dipenuhi banyak urusan atau banyak masalah: Ia tidak mungkin fokus.
Situasi khusyuk adalah situasi kreatif, sebab pada saat itu kita sangat rileks.
*
Di buku Yuk, Nulis Cerpen, Yuk! karangan Mohammad Diponegoro, ada satu topik menarik tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan “Jin Ifrit” di dalam kepala kita untuk mengarang cerita. Sebutan “Jin Ifrit” itu ia gunakan untuk menamai pikiran bawah sadar, bagian dari pikiran kita yang memiliki kemampuan kreatif, tetapi sering tertindas oleh pikiran sadar. Pikiran sadar bersifat kritis; ia sering membuat kita tersendat-sendat saat menulis, sebab ia cenderung mengkritik, tetapi ia mudah lelah dan mudah menyerah.
Pikiran bawah sadar hanya mengekspresikan dirinya ketika pikiran sadar kita tertidur. Ekspresi-ekspresi kreatif bawah sadar itu muncul antara lain dalam bentuk mimpi, dan ia bisa menciptakan mimpi apa saja ketika pikiran sadar kita sedang tidur.
Mohammad Diponegoro menceritakan, di dalam bukunya, tentang seorang presiden Amerika, saya lupa siapa tepatnya, yang secara cerdas memanfaatkan “Jin Ifrit” di dalam kepalanya. Setiap malam menjelang tidur, ia memilih satu masalah, menuliskan masalah itu, dan membacanya dengan bersuara, lalu meminta bawah sadarnya untuk menemukan pemecahan atas masalah tersebut.
Di meja samping tempat tidurnya ia menyediakan beberapa kertas kosong dan pena. Nanti ia akan bermimpi dan akan mencatat apa pun mimpinya begitu ia terbangun pertama kali. Ia memperlakukan mimpi itu sebagai jawaban bawah sadar atas permintaannya. Dan ia selalu mempercayai bawah sadarnya sebagai pemecah masalah.
*
Anda bisa melakukannya jika anda mau. Anda bisa menuliskan masalah yang harus anda selesaikan; anda tulis masalah itu sebelum anda tidur; anda baca bersuara sebagaimana Pak Presiden membacanya. Setelah beberapa kali melakukannya, anda akan memahami bahasa bawah sadar anda.
Biasanya anda akan bermimpi, dan anda harus mencatat mimpi anda itu pada saat bangun tidur pertama kali, ketika ingatan terhadap mimpi itu masih segar. Jika anda tidak mencatatnya seketika itu juga, dan anda tertidur lagi setelah bangun sebentar, anda pasti lupa apa yang anda mimpikan.
Saya bisa menceritakannya sebab itu pengalaman pribadi.
*
Dalam konteks penulisan cerpen, Mohammad Diponegoro menyampaikan ide tentang pemberdayaan “Jin Ifrit” itu untuk mengarang cerita. Saya mengikuti sarannya dan beberapa cerpen saya adalah hasil karangan “Jin Ifrit” itu.
Saya memiliki “bank karakter”, karena hampir setiap hari saya menciptakan paling tidak satu karakter — ada yang sudah cukup lengkap, ada yang belum matang. Dari ‘bank karakter’ itu saya memilih dua atau tiga karakter, menempatkan mereka pada situasi tertentu, memberi mereka masalah, dan sebelum tidur saya akan membacanya dan meminta pikiran bawah sadar untuk membuat cerita.
Dan ia akan memberi saya mimpi, yang saya catat begitu saya terbangun pertama kali. Biasanya saya menemukan plot atau adegan dramatis dari mimpi itu.
Jika anda tertarik dengan cara ini, pertemukan saja karakter-karakter anda pada sebuah situasi, di suatu tempat, dan beri mereka masalah. Pada kesempatan pertama mungkin anda tidak mendapatkan apa pun. Anda hanya perlu mengulangi pada malam berikutnya, lalu malam berikutnya lagi, lalu malam berikutnya lagi, sampai anda mengenali cara bawah sadar memberi anda cerita. Jangan khawatir, ia menyimpan banyak cerita. Anda hanya perlu bersahabat dengannya, menghubunginya tiap malam menjelang tidur, dan ia akan menjalankan apa yang anda perintahkan.
*
Cara paling mudah adalah menulis surat kepada bawah sadar anda.
Bawah sadar yang baik,
Aku ingin menulis cerita tentang seorang guru sekolah menengah yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa putrinya, anak kedua dari tiga bersaudara dan satu-satunya perempuan, hamil. Putrinya itu baru berusia tujuh belas tahun, kelas tiga SMA.
Ia guru yang disukai dan dihormati oleh murid-muridnya. Kehamilan putrinya itu ia rasakan sebagai pukulan telak baginya. Ada guru lain di sekolahnya yang tahu tentang kehamilan putrinya, dan suatu hari kepala sekolah memanggilnya dan mengajaknya bicara soal itu.
Ia merasa semua orang mengejeknya; ia guru yang tidak mampu mendidik anaknya sendiri. Bagaimana ia harus menghadapi mereka? Bagaimana ia terhadap putrinya? Bagaimana putrinya itu bisa sampai hamil?
Ia merasa tidak punya nyali untuk berziarah lagi ke makam istrinya. Bagaimana ia mempertanggungjawabkan semua itu kepada almarhum istrinya?
Bagaimana pula ia bisa mempertahankan kehormatannya sebagai guru?
Apa yang harus ia lakukan?
Tolong kamu buatkan untukku cerita menarik tentang itu, bawah sadarku. Aku mempercayaimu. Terima kasih.
Dari aku yang menyayangimu,
Kembaranmu
Saya pikir anda perlu melakukannya. Jika anda berhasil membangun hubungan dekat dengan bawah sadar anda, ia niscaya menjadi kekuatan besar yang menopang anda.
*
Cara lainnya adalah anda mengikuti saran Ray Bradbury untuk membaca satu cerpen bagus, satu puisi bagus, dan satu esai bagus setiap malam menjelang tidur.
Sebelum membaca ketiga tulisan itu anda menghubungi bawah sadar anda: “Bawah sadarku, aku membacakan cerpen, puisi, dan esai bagus ini untukmu. Aku berharap kamu mendapatkan inspirasi untuk melahirkan cerita yang hebat.”
Nanti setelah selesai membacakan ketiga tulisan itu, anda menyapa dia lagi: “Nah, bawah sadarku, sekarang aku akan tidur untuk memberimu keleluasaan menyusun cerita. Terima kasih untuk kerjasama yang menyenangkan ini.”
*
Syamsul Bahri, saya tidak tahu apakah cara itu akan berhasil atau tidak untuk anda. Anda juga tidak akan pernah tahu, sampai anda membuktikan sendiri apakah cara itu berhasil atau tidak. Jika anda berhasil memberdayakan “Jin Ifrit” di dalam kepala anda, itu akan menjadi berkah yang luar biasa, sebab ia penurut dan ia kreatif.
Yang perlu anda lakukan hanya memberinya kesempatan untuk memperlihatkan daya kreatifnya. Terserah anda, apakah akan menggunakannya untuk menemukan pemecahan masalah atau untuk mendapatkan cerita.
Salam,
A.S. Laksana