Aku pernah membaca sebuah cerita romansa. Klise sebenarnya, tentang dua remaja yang sedang merayu gila di ruang bicara telepon genggam mereka, dan usut punya usut mereka berada di kereta yang sama. Momen yang kupikir hanya akan terjadi di drama.
Sampai aku mengalami hal serupa.
Aku dan dia berada di rangkaian kereta yang sama. Kami hanya beda gerbong. Aku gerbong 7 dan dia gerbong 2. Aku turun, dan dia turun. Padahal stasiun tujuannya masih perlu satu stop lagi. Aku menunggu di depan minimarket sesuai pintanya. Kami bertemu. Dan aku malu!
Wangi sekali. Padahal bisa kulihat dia habis mandi keringat. Tapi wangi parfumnya masih sama. Wangi yang selalu membuatku sadar akan keberadaannya. Wangi yang sering kupuji padanya.
Batinku berteriak, saat itu. Tidak pernah kusangka cerita romansa yang tempo hari aku baca menjadi nyata. Dalam diam aku berterima kasih kepada Tuhan. Dasar remaja.
Kami hanya berbincang sebentar. Akhirnya aku pesan ojek online. Sayangnya si pengendara berada di sebrang tempatku berada. Aku jalan, dan dia dengan cekatan menuntunku menyebrang. Punggungku didorong dan ditahan, sembari dia perhatikan lalu lalang.
Sialan! Aku tahan habis-habisan senyum yang ingin mekar lebar-lebar. Tidak! Jangan terlihat seperti orang bodoh! Bisikku padanya.
Lalu pulanglah aku menuju tujuan. Aku lambaikan tangan tanda perpisahan. Dan menjadi gila lah aku di sepanjang jalan pulang.