JJ 🌵
3 min readAug 29, 2023

— D-Day

Acara berlangsung dengan lancar, seluruh susunan acaranya sejalan dengan rundown yang ada. Dari pertunjukkan, lelang, hidangan makan siang, terus hingga saatnya Maki tampil.

Jadi sebenarnya rundown hanya diberikan kepada tamu undangan khusus. Termaksud peserta lelang, media, juga beberapa politisi yang memiliki andil dalam bisnis keluarga Leonardo.

Untuk Maki dan beberapa pengisi acara lainnya, rundown diberikan ketika mereka tiba di venue. Dengan alasan agar susunan acara tidak bocor ke luar, kepada pihak yang tidak mendapat undangan. Entah saingan bisnis atau wartawan yang tidak mendapat undangan.

Maki tampil di pukul 7 malam. Tepat di hidangan makan malam disajikan. Kali itu ternyata hidangan makan malam hanya untuk tamu undangan khusus yang mana hanya berjumlahkan dua puluh dua orang.

Maki awalnya sangat gugup karena sejumlah orang itu adalah orang-orang penting berpengaruh di negaranya, bahkan di seluruh penjuru Asia. Namun Maki juga merasa senang dan merasa seperti jalur kesempatan baginya terbuka lebar. Ia berharap beberapa tamu di sana menyukai permainan musiknya dan mengundangnya jika mereka menggelar acara serupa nantinya.

Saat itu baru saja pukul enam sore. Maki yang sudah tiba sejak pukul empat hanya sedang bersantai dan membaca beberapa artikel di ponselnya mengenai tamu-tamu yang ada.

Disaat sedang terkagum-kagum dengan apa yang ia baca, suara gaduh terdengar dari titik yang tidak jauh dari tempatnya berada.

Saat itu Maki duduk di dalam suatu ruangan yang memang disediakan untuk pengisi acara. Terdapat banyak meja rias dan beberapa deretan pakaian yang disiapkan dan dapat dipakai untuk para pengisi acara.

Kebetulan ruangan tersebut berada hampir di ujung lorong. Yang mana di ujung lorong tersebut adalah dapur megah tempat para chef ternama menyiapkan hidangan untuk beberapa jam lagi.

“Gue minta wine! Lo gak pada punya kuping? Hah?”

“Tuan, perintah dari ayah — ”

“Ayah ayah ayah terus!!! Di depan lo kan adanya gue! Ya gue lah yang lo dengerin!”

Maki mendengar perdebatan dari ruang dapur. Ia tidak mau ikut campur, apalagi di tempat yang berisikan orang-orang berpengaruh, apapun dapat terjadi jika ia tertangkap sedang menguping.

Maki berjalan perlahan dan berusaha menutup pintu ruangan agar tidak dapat mendengar kelanjutan perdebatan mereka.

Namun tepat ketika sosok sumber suara itu melangkah keluar dari dapur dan berada di koridor, ia melihat pintu yang baru saja akan tertutup dan amarahnya semakin memuncak.

“Nguping??”

Tanya Rian seraya mendorong dengan kasar pintu yang nyaris tertutup.

Maki di dalam ruangan tersentak kaget dan menjatuhkan ponselnya ke lantai.

“Eng… enggak… gak nguping apa-apa…”

Maki terbata-bata dan gugup. Keringat dingin menetes dari keningnya dan bahkan ia merasa jantungnya hendak keluar dari rongga dadanya karena degupannya yang begitu cepat.

“Tuan…”

Beruntung lelaki berpakaian jas rapih memanggil Rian dan membisikkannya sesuatu. Ia memberi tahu kalau Rian telah ditunggu oleh ayah dan kakeknya di ruang utama.

Dengan helaan nafas berat, Rian menatap sinis ke arah Maki dan meninggalkannya.

“Kayak pernah liat… tapi di mana…”

Bisik Rian dalam hati ketika ia meninggalkan ruangan wardrobe dan make up untuk menuju ke tempat di mana ayahnya berada.

Acara akan dimulai dalam tiga puluh menit. Maki yang masih heran dengan betapa arogannya sosok Rian hanya dapat menasehati dirinya sendiri untuk tidak gegabah agar tidak berurusan dengan manusia berperilaku seperti Rian.

Maki berkali-kali mengatur nafasnya agar ia lebih tenang, mengingat tidak lama lagi ia akan tampil.

Untuk pertama kalinya ia merasa gugup.

Bukan gugup karena hendak memainkan saxophone, tapi gugup karena ia pasti akan melihat sosok Rian lagi.

Dan benar saja, ketika waktu telah tiba, Maki berada di atas panggung mewah disaat para tamu menikmati makanannya.

Tepat lurus di mana dirinya berdiri, ada kursi utama yang memang disediakan untuk penyelenggara acara. Seharusnya ayahnya Rian yang duduk di sana. Namun karena kondisi kesehatannya, sang ayah sudah lebih dahulu meninggalkan acara dan Rian-lah yang menjamu para tamu dalam jamuan makan malam.

Dan tepat ketika Maki yang sedang meniupkan alat musiknya menatap lurus dan bertemu dengan manik hitam milik Rian, Rian mengingat sosok Maki yang sudah ia temui sebelumnya.

Sosok yang menyebarkan berita mengenai hal buruk yang ia lontarkan di muka hotel.