But I could tell that something had changed how you looked Me then.
Begitu gue membuka mata gue, gue sama sekali tidak merasakan apa-apa selain pegel. Kepala gue pusing berat seakan-akan gue abis naik wahana rollercoaster 10 kali semalam. Gue meraba-raba nakas disamping tempat tidur gue, mencari keberadaan handphome gue guna melihat update kehidupan diluar.
Gue cukup meringis membaca pesan Amel semalam, jari gue mulai menekan satu per satu papan ketik dan mengirimkan pesan kalo gue udah bangun dari tidur panjang gue. Karena tenggorokan yang kering, gue memutuskan untuk menyudahi bermain handphone dan mendudukan badan gue.
Tapi gue begitu tercengang saat suatu tangan yang menarik paksa gue kembali ke dalam kurungan tubuh seseorang hingga akhirnya gue terjatuh di tempat tidur.
Gue mengerjap mata gue berkali-kali, berusaha sadar disituasi gue yang sekarang. Gue melirik tangan yang melingkar erat diperut gue, Gue memejamkan mata begitu gue melihat tangan kekar yang sudah pasti yang peluk sekarang gue adalah seorang pria.
Gue merapalkan doa di dalam hati, serta memohon ampun kepada Tuhan berjaga-jaga setelah ini akan ada masalah besar yang menimpa gue seperti married by accident misalnya tapi tidak mungkin!
“Jangan banyak gerak. Gue masih mengantuk.” Tubuh gue sukses membeku mendengar suara yang diucapkan orang itu. Orang itu adalah Adnan. Kak Adnan. Orang yang tadi malem gue racauin habis-habisan, kini sedang dikamar gue DAN MELUK gue sekarang.
Gue melerai tangannya yang melingkar tapi sama sekali gak berhasil.
“Lepasin.” Ucap gue ketus. Seenak itu lo ninggalin gue semalem dan seenak itu lo sekarang tidur dikamar gue dan meluk gue bahkan?
“Kak gue bilang lepa – KAK ADNAN GAUSAH GITU.” Kak Adnan kini menenggelamkan kepalanya dibahu gue. Gue super duper geli sekarang, perut gue sejak dari tadi rasanya ingin muntah sangking gelinya.
“Kak lo kenapa sih?!” Bentak gue. Gue mendudukkan diri, memaksa keluar dari lingkaran tangannya serta kepalanya yang jatuh ke ranjang saat gue mengambil bahu gue dari kepalanya.
Kak Adnan terdiam sejenak, sepertinya dia lagu ngumpulin nyawa-nyawanya sebelum duduk dan bicara ke gue.
“Tadi malem lo seenak jidat ninggalin gue, ga ngobrol satu kata sama gue sama sekali.” Kak Adnan masih memejamkan matanya.
“Terus lo ternyata main sama cewek? Di jam tengah malem banget? What a jerk.” Selepas gue menyebutkan kata yang errr kurang enak didengar, kak Adnan mulai berkutik. Dia menatap gue.
“Sok tau, gue gak main.”
“Yes you do?”
“Kamu mau ketemu? ayo aja kamu maunya kapan.” Lanjut gue sambil menekankan kata kamu. Tatapan gue makin menajam saat kak Adnan malah tertawa. Oh iya, Sejak daritadi kak Adnan masih tidur gapernah duduk atau berdiri untuk sekedar reach me out dan ngobrol bareng gue.
“Are you jealous?”
“Why you talk about jealousy when i was warning you here.”
“Oh i see, you’re jealous.”
“Shut the fuck up.”
Kak Adnan lagi-lagi tertawa. Gue berdiri, meninggalkan kak Adnan diranjang dan melangkah keluar dari kamar. Persetan dengan kak Adnan yang manggil gue.
Gue akhirnya melepas dahaga ketika segelas air berhasil gue teguk di dapur. Gue menyenderkan diri dikabinet dapur dan menatap apa saja yang ada di depan gue seakan-akan menunjukkan kalo gue lagi memikirkan sesuatu yang serius.
Kak Adnan datang dari arah tangga sambil memakai baju kaos putihnya. Hah berarti dari tadi kak Adnan shirtless? And i dont even noticed? Gue perhatikan gerak-geriknya yang buka kulkas — ambil roti—duduk dimeja makan lalu buka tutup selai kacang di depannya.
“Thanks, tidur gue semalem nyenyak banget.” Ucap kak Adnan.
“Tadi malam pulang jam berapa?” Tanya gue.
“Sumpah bentar doang setengah jam.”
“Jam berapa?”
“Jam satu.” Gue menatap sinis kak Adnan. Orang gila.
Gue berjalan ke arah meja makan, mengambil tempat tepat di depannya. Gue tatap penuh kak Adnan yang sedang menikmati rotinya.
“Bisa gitu abis dari cewe lain langsung kepikiran ke kamar gue dan meluk seenaknya.” Dia meringis.
“Well you looked so pitiful last night. Aku rencana mau nginap memang kok awalnya cuma tiba-tiba ditelpon Nabila.”
“Terus pas pulang aku ke kamarmu buat mastiin tapi kamu udah tidur mana matanya sembab banget, abis nangis ya?” Lanjut kak Adnan diakhiri ledekan diakhir kalimatnya.
“Sok tau!”
“Gengsi mu gede juga ya.”
Gue berdiri dari meja makan, gak ada gunanya ngobrol sama kak Adnan sekarang.
“Nakei, What if i tell you something that will changed how you looked me?”
“Something will changed? Like what?” Gue berbalik badan ke arahnya. Rotinya udah habis dia kunyah dan sekarang dia berjalan kehadapan gue.
“Ya something that started with R.”
“Hah apasih?”
“Our relations.”