The past

shaf
5 min readJun 17, 2022

--

Sejak sampai di kediaman Nakula, keduanya belum berbicara selama mereka duduk di sofa ruang keluarga milik Nakula. Nakula menatap kosong ke arah televisinya yang bahkan tidak menyala, sedangkan Shiloh hanya memandangi Nakula dalam diam, mempersiapkan hati dan membayangkan penjelasan apa yang akan ia dengar.

Nakula menarik napasnya dengan panjang, ia hembuskan sembari memutar arah duduknya agar dapat bertatapan langsung dengan Shiloh. Yang ditatap pun tersenyum tipis sambil mengangguk kecil, mempersilahkan Nakula untuk berbicara.

“Uh.. I really don’t know how to explain it. But..” Nakula mulai meremas telapak tangannya bergantian, kebiasaan buruknya saat ia sedang gugup.

Shiloh yang memang sudah menyadari habit itu pun langsung menggengam tangannya satu-persatu. “Gapapa, Na. Pelan-pelan aja. I have plenty of time to listen to you.” Ibu jari Shiloh mulai bergerak untuk mengusap permukaan tangan Nakula dengan lembut, berharap dapat menyalurkan sedikit ketenangan untuknya.

So, you probably already know, Kian is my ex. Awalnya tuh ya aku sama dia kayak orang pacaran biasa aja. He was great at the beginning, tapi pas kita udah setahun lebih sedikit, things went downhill. Aku kan emang sibuk, he is too karena dia ya bisa dibilang cukup sukses sebagai solois, dia harus tour keluar negeri dan lain sebagainya. Dia expect aku bakalan nemenin dia tour kemana-mana, of course i can’t do that. Aku kan juga punya kerjaan, i have responsibilities to take care of, i can’t just throw away everything cuman buat ngintilin dia. I have my own life too, but he just didn’t get it.” Nakula menjeda kalimatnya, kini ia membawa wajahnya untuk semakin menunduk untuk menghindari tatapan Shiloh.

“Pas dia tour ke singapore, ada salah satu crew dia yang emang kenal sama aku laporan gitu, katanya dia ketemuan sama satu cowok terus-terusan selama dia di sana. At first i was so worried, tapi dia ke aku masih kayak biasa aja. Aku juga sempet nanyain ke dia terang-terangan soal cowok itu, dia bilang itu temen dia and he said i was just overreacting..” Nakula terkekeh, jelas terdengar seperti tawaan yang ia arahkan ke dirinya sendiri.

“Terus selama beberapa bulan makin banyak hal-hal ganjil lah dari dia dan cowok itu, but of course he gaslit me like hell. Katanya aku cemburuan gak jelas, ngarang, iri karena dia lagi at the peak of his career. Aku yang awalnya yakin dia emang selingkuh malah jadi bingung, i even started questioning myselfam i crazy or he’s actually cheating’. I almost lose grasp of reality, i thought i was going crazy.” Air mata Nakula mulai menggenang di pelupuk matanya, ia berusaha sekuat mungkin untuk menahannya di sana.

Hati Shiloh seperti teriris mendengar penjelasan Nakula. Tangannya kini bergerak untuk mengusap bahunya perlahan serta mengusap air mata Nakula yang berakhir mengalir ke pipinya.

“Pasha sebenernya udah berkali-kali bilang ke aku buat putusin aja. Aku di situ masih coba pertahanin, sampe akhirnya aku liat semuanya pake mata aku sendiri. Aku waktu itu dateng ke apartemen dia jam 12 malem, pas di tanggal ultah dia dan dia juga baru pulang ke Indonesia. Pas aku masuk diem-diem ke kamar apartemennya, ternyata dia lagi.. hs sama cowok itu.” Suara Nakula kini benar-benar bergetar, ia lalu bergerak maju untuk memeluk Shiloh yang tentunya dipersilahkan oleh pemuda itu.

“Aku dari tadi sebenernya gak mau nangis, ya karena buat apa juga nangisin orang kayak gitu? Aku juga udah gak ngerasain apa-apa buat dia. Cuman ya ternyata sekarang beneran bikin sedih, aku pikir walaupun aku sama dia endingnya gak baik, ya kita gak perlu ada drama aneh kayak gini. Tapi kenyataannya apa? Dia malah mau ngeframe aku as the one who cheated on him. Jahat.” Air mata Nakula membasahi hoodie abu-abu yang dikenakan Shiloh, bersamaan dengan pelukannya yang semakin mengerat.

Shiloh belum membuka suaranya, ia masih sibuk mengusap-usap kepala Nakula dan memberikan beberapa kecupan lembut di sana. Setelah dirasa tangisan Nakula sudah mulai reda, barulah ia meregangkan pelukan mereka, tangannya masih tetap menggenggam tangan Nakula sambil tersenyum ke arahnya.

“Na.. What you felt during that time was valid. You didn’t go ‘crazy’, it’s normal for someone to feel disappointed when they found out that their partner did them dirty. Kalo kamu sedih sekarang juga gapapa, i’m sure i’d feel the same if i were you. Please keep in mind that it’s completely normal to feel all sorts of emotion, don’t let him made you think that it isn’t. Aku bakal bantuin kamu buat clear nama kamu ke publik, and i’ll make sure he will pay for what he did to you.”

Meski wajahnya masih sembab, kini Nakula tersenyum. Ia lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap rahang Shiloh. “Right. I’ll keep that in mind. Thank you, Shil. Honestly, you don’t have to do this.. you know..”

Shiloh melebarkan matanya, bersamaan dengan bibirnya yang ia majukan. Ia total cemberut.

I have to. I won’t let him get away with this.”

Dari yang awalnya hanya tersenyum tipis, Nakula kini tertawa melihat Shiloh yang mendadak cemberut.

“Hahahah, kok cemberut sih. Lucu banget.”

Tanpa aba-aba, Nakula memajukan wajahnya untuk mengecup Shiloh tepat di bibir. Setelahnya, ia bangkit lalu berlari kecil ke arah tangga rumahnya.

“Bentar ya, aku mau ambil laptop dulu di atas.” Teriaknya sambil menaiki tangga dengan cepat.

Shiloh masih membeku di tempatnya, tatapan matanya mengikuti Nakula yang perlahan-lahan menghilang diujung tangga.

You stole a kiss, Na. You can’t just runaway like that.”

Terdengar gelak tawa Nakula dari ujung tangga. “Bisa tuh.”

Shiloh lalu berdiri, ia mulai berjalan dan menaiki tangga yang sama.

“IH TAKUUT DIKEJAR HANTU!” Pekik Nakula ketika melihat Shiloh yang hampir sampai di lantai dua.

Keduanya kini tertawa melihat betapa konyolnya mereka. Nakula lalu menghampiri Shiloh yang berada beberapa meter di belakangnya. Ia sedikit berjinjit untuk mendekati area telinga Shiloh, telapak tangannya ia letakkan di samping bibir persis seperti ingin membisikkan sesuatu.

I heard what you said when i was asleep in my room. I’m sorry it’s a little late. I love you too, Shil.”

--

--