Not so easy, K

shaf
5 min readJun 23, 2022

--

Walaupun cemas bukan main, Nakula tetap memberanikan diri untuk menepati janjinya dengan menemui Kian di pekarangan kompleks apartemen elit miliknya. Ia duduk di salah satu bangku taman dengan sangat tidak tenang, kakinya terus bergerak ke sana kemari juga tangannya yang mulai memerah akibat ia remas terlalu kencang.

Tidak sampai lima menit, Nakula kini melihat seorang lelaki jangkung datang berjalan ke arahnya. Benar saja, siapa lagi kalau bukan Kian. Setelah mereka mengakhiri hubungan sekitar tiga bulan yang lalu, ini benar-benar kali pertama mereka kembali bertemu. Sekarang untuk melihat wajahnya saja, Nakula merasa mual bukan main. Ia benci harus kembali menghadapi manusia tidak tahu diri di hadapannya ini.

“Hai, Na. Apa kabar?” Ucap Kian ketika ia berhasil duduk tepat di sebelah Nakula.

Demi apa pun yang ada di bumi ini, Nakula benar-benar takut. Tenggorokannya seketika terasa kering hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan Kian. Namun, ia juga tidak boleh terlihat begitu ketakutan. Orang-orang manipulatif seperti Kian justru akan sangat memanfaatkan ketakutan yang dipancarkan oleh lawan bicaranya.

Nakula sedikit berdeham, “Jauh lebih baik dari dulu.” Ucap Nakula kelewat ketus. Ia juga tidak tahu keberanian macam apa yang tiba-tiba saja merasuki dirinya.

“Santai aja kali, Na. Galak banget.” Kian terkekeh entah pada apa, karena menurut Nakula hal yang terjadi di antara mereka sama sekali bukan lelucon yang dapat ditertawakan begitu saja.

Nakula menarik nafas panjang, “Yaudah to the point aja, Ki. Lo maunya gimana?”

“Ya aku maunya kita balikan. Kamu pacaran lagi sama aku. Kita balik kayak dulu lagi.”

Nakula tersenyum miring, “Nah, berarti lo tau dong kita emang udah beneran putus.”

1, bingo

Kian memutar bola matanya, “Whatever. Pokoknya aku mau kita balikan lagi kayak dulu, kalau kamu mau adek sama keluarga kamu aman. Jangan main-main sama aku, Nakula. Kamu tahu aku bisa ngelakuin hal segila apapun.”

2, bingo

Nakula refleks tertawa dengan wajah yang sangat meremehkan, “Great. Now you admit that you’re insane. Love that.”

Rahang Kian seketika mengeras, “Nakula, i don’t wanna hurt you. Jangan bikin aku emosi.”

Merasakan lawan bicaranya kini sudah mulai terpancing, Nakula pun berdiri dari duduknya. Ia lalu menghadap ke arah Kian yang masih di posisi yang sama sebelum menjalankan rencananya.

“Kok marah, Ki? Kan lo yang ngomong sendiri tadi. Lagian lo emang gila sih kalo dipikir-pikir, lo yang selingkuh sampe hs di apartemen lo pas gue mau bikin surprise. Eh malah lo yang tiba-tiba bikin video seakan-akan gue yang nyakitin lo. Gue udah gak peduli ki soal lo selingkuh, tapi gue jelas gak terima kalo lo nuduh gue yang ngga-ngga.” Ucap Nakula dengan nada yang begitu sengit. Ia yang memang kesal bukan main dengan pria di hadapannya ini tentunya sangat menikmati alur yang sekarang sedang berlangsung.

Kian menghela nafasnya perlahan, berusaha tenang. “Aku gak selingkuh, Nakula.”

Nakula tahu betul, hanya tinggal sedikit lagi untuk membuat manusia di depannya ini meledak sejadi-jadinya. “Mau lo ngomong lo gak selingkuh 100 kali juga gak bakal merubah fakta yang emang beneran kejadian, Ki. You cheated on me, March 22 2022. At the exact date of your birthday. You fucked another dude on your bed. That’s the truth. Mau lo ngelak kayak gimana pun itu emang terjadi, Ki. Lo yang selingkuh. Lo, Kian Orville. Bukan gue.”

Benar saja, kini wajah kian berubah merah bak tomat. Ia lalu berdiri, salah satu jarinya terangkat untuk menunjuk Nakula tepat di wajah. “Iya, Na. Iya! aku selingkuhin kamu. Iya kamu bener. Tapi aku kayak gitu karena kita kepisah jauh banget Na selama beberapa bulan. Aku butuh support kamu secara langsung, tapi kamunya gak ada.”

3, bingo. The confession.

“Tetep gak ada excuse buat lo selingkuhin orang, Ki. Lo gak bisa maksain semua kehendak lo ke pasangan lo. Lagian lo kan mau tour dan gue udah bilang bakal susulin ke beberapa show tapi lo nya yang nolak kalo gue gak ikut full. Itu tandanya bukan gue yang gamau berusaha ngertiin keadaan lo, tapi lo yang egois dan gak pernah mau mikirin kerjaan gue yang tentunya harus gue urus di sini.” Itu kalimat terakhir Nakula sebelum ia memasukkan tangannya ke saku celana sambil menengok sekilas ke arah parkiran.

Yang tidak Kian ketahui, ponsel Nakula yang sejak awal ia letakkan di kantung bagian dalam jaketnya tersambung dengan panggilan suara bersama seseorang yang menunggu Nakula di mobil. Seluruh percakapan mereka jelas direkam olehnya.

“Terserah deh lo maunya gimana, gue udah capek berurusan sama lo.”

“Na, tapi kita balikan, kan?”

Nakula yang sudah mulai berjalan ke arah parkiran tertawa dengan lantang, “Mimpi lo, anjing.”

Kalimat terakhirnya disusuli dengan dirinya yang seketika berlari sekencang mungkin ke arah mobil Audi R8 berwarna hitam yang sampai tepat pada waktu perkiraan. Benar, itu Shiloh.

Kian pun menyadari ada sesuatu yang tidak beres, ia lalu berusaha mengejar Nakula yang kini sudah berhasil menutup pintu mobilnya dengan sempurna. Kaca gelap mobil itu tiba-tiba terbuka, menampilkan Shiloh yang melambaikan tangannya dengan wajah sangat angkuh sebelum kemudian menginjak gas secepat mungkin.

Kian lalu menyadari, dirinya telah dijebak. Maka dari itu, ia pun berlari ke arah mobilnya yang terletak tidak jauh dari sana dan segera menyusul mobil Shiloh dari belakang.

Keduanya menggunakan mobil sport berkualitas yang jelas dapat saling mengimbangi. Nakula puntegang bukan main melihat mobil sport berwarna putih yang kini berhasil mengejar mereka hingga berada tepat di belakangnya.

Namun, bukan Shiloh namanya jika ia tidak memiliki banyak rencana. Ia sudah mencari tahu, ada kantor polisi terdekat di sekitar kompleks apartemen milik Kian. Maka pada belokan terakhir di ujung jalan, tanpa sadar, Kian mengikuti Shiloh dan Nakula memasuki kantor polisi yang memang sudah ditargetkan.

Kian baru tersadar ketika ia melihat Nakula dan Shiloh turun dengan santai lalu berbincang dengan salah satu polisi sambil menunjuk ke arah mobilnya. Otak Kian langsung berputar cepat, ia segera menginjak pedal untuk mundur secepat mungkin. Namun, ia kalah cepat dengan polisi yang ternyata sudah menutup gerbang itu sejak kedua mobil masuk ke dalam pekarangan kantor polisi.

Kian benar-benar panik sekarang. Ia memukul setir yang ada di depannya dengan sekuat tenaga sambil berusaha mengatur nafas. Seseorang lalu mengetuk kaca mobilnya, ia pun menoleh dan menemukan Nakula yang tengah tersenyum manis di sana.

Welcome to hell,

Nakula melafalkan kalimat itu tanpa suara dari luar, membuat Kian merasa dirinya memang akan segera hancur setelah ini.

--

--