One way back home

shaf
5 min readSep 2, 2022

--

Jalanan di Jakarta pada malam hari ini terlihat begitu ramai. Motor dan mobil terlihat berkerubung di seluruh penjuru jalanan, termasuk mobil Nakula dan Shiloh yang kini sudah berada di ujung jalan menuju rumah Shiloh. Mereka tak banyak bicara selama perjalanan, suasana didominasi oleh suara musik dari radio yang sengaja Nakula nyalakan. Ia bahkan terlalu gugup untuk sekadar memasang lagu pilihannya sendiri dari ponselnya.

“Na.. belok kiri.” Ucap Shiloh tiba-tiba, membuyarkan Nakula dari lamunannya dan segera membanting stirnya ke arah yang sama.

Shiloh tersenyum kecil, menoleh ke arah Nakula yang terlihat lebih gugup dari biasanya. Berbeda dengan Nakula, ia merasa begitu senang meski hanya duduk bersebelahan dengan Nakula tanpa bertukar obrolan seperti biasa.

We’re here..” Cicit Nakula sambil menggerakkan tuas persneling ke arah huruf P.

Shiloh tak menjawab omongan Nakula, tak juga melepas seatbelt-nya maupun merapihkan tas miliknya yang ia letakkan di kursi belakang. Shiloh sedikit memiringkan badannya ke arah Nakula, kedua tangannya ia lipat di depan dada sambil memandangi kekasihnya yang beberapa hari ini tidak ia jumpai. Tanpa ia sadari, senyuman kecil kembali terlukis di wajahnya.

“Shil..”

“Iya?”

“Kamu jangan senyum dulu.. Aku mau minta maaf..” Ujar Nakula dengan suara kecil yang tidak biasanya.

Shiloh mengangguk, senyumannya semakin melebar karena kali ini Nakula sudah menghadap ke arahnya. “Udah dimaafin. Aku juga minta maaf ya,”

Nakula menggeleng, “Aku mau jelasin dulu..”

“Iya, aku dengerin. Go ahead.”

Nakula mulai memilin kedua telapak tangannya kuat-kuat. Kepalanya tertunduk dalam sebelum memulai ucapannya.

“Shil, i’m so sorry for what i said that night. Aku gak maksud bikin kamu ngerasa bersalah dengan bandingin-bandingin hidup kita kayak gitu. Aku juga gak bermaksud bilang kamu manja dan gak pernah face any sort of inconvenience in your life. I was wrong, i said that out of anger, and i didn’t mean it.”

“Kalo boleh jujur, i’m in a very low phase of my life. Aku emang dari dulu gak pernah 100% pede, tapi aku juga gak pernah se-insecure ini. Banyak hal yang tiba-tiba dateng ke aku gitu aja di saat aku juga belum nemu cara terbaik buat ngehadapinnya. Maaf aku gak cerita ke kamu sebelumnya soal orang tua aku, but i thought it’s something that no one would want to hear because hearing that directly from my parents were hurtful and i don’t want to repeat it again. Makanya kadang aku lama buat open up soal sesuatu, because even i myself don’t like what i heard and i just want to forget it.”

And about my self-confidence… aku gatau Shil kapan membaiknya.”

Meaning?”

Meaning.. This could happen again. Aku pasti akan berusaha sebisa aku supaya gak ngeluarin kata-kata kayak gitu lagi yang bisa bikin kamu ikut kecewa, tapi aku gak bisa pastiin sepenuhnya. I still have a lot to learn about myself and how to handle it.”

And by staying with me, masih akan ada kemungkinan aku tiba-tiba having another breakdown karena mendadak ngerasa worthless, atau malah tiba-tiba aku jadi pede abis selama beberapa hari. We never know. Yang aku tau, gak gampang jalan beriringan sama orang yang gak suka sama dirinya sendiri… and that’s why it’s up to you on what to do from now on…”

“Aku gak mau putus, Na.” Jawab Shiloh dengan cepat, ia tahu kemana pembicaraan ini mengarah.

“Shil..”

“Aku mau Na lewatin banyak hal bareng kamu. I’m here not only for the ups, but also for all the downs that will come in our relationship. I’m sorry i left you that night, i knew you were angry about something and now i understand where that came from. I understand that you’re trying to find yourself again and i’ll be more than happy to help you in your journey.” Shiloh melepas sabuk pengamannya, tangannya terulur untuk menggenggam kedua tangan Nakula.

Aren’t you afraid of getting hurt again?”

Shiloh mengendikkan bahunya, “No, that’s a part of living. Emang gaenak, cuman ya gimana, Na. We’re bound to get hurt, but we’ll heal if we want to. Aku gak masalah kalo nanti emang akan ada waktunya dimana kita sama-sama kecewa ataupun marah sama satu sama lain, itu semua bakal bisa dilewatin kalo kita sama-sama terima kekurangan masing-masing dan saling maafin.”

“Aku kayak egois, Shil. I haven’t even loved myself tapi masih nahan kamu di sini sebagai pacar aku. I’m afraid i can’t give back setara sama apa yang udah dan selalu kamu kasih ke aku.” Air mata Nakula kini mengalir dengan sendirinya, ia hanya berusaha jujur dan menginginkan yang terbaik untuk Shiloh.

“Na, dengerin..” Shiloh mengangkat satu tangannya untuk menangkup wajah Nakula yang sedari tadi menunduk, “Aku sayang sama kamu dan itu gak ada perhitungannya. Aku gak masalah kalo nanti kamu ngelakuin sesuatu yang mungkin nyakitin aku, just hold my hand and apologize, that’d be enough. Aku gak masalah untuk selalu ingetin kamu buat perlakuin diri kamu lebih baik, kalo boleh malah akan aku contohin ke kamu how you should treat yourself. Jangan takut nyakitin aku, Na. Aku juga mungkin bakal gak sengaja nyakitin kamu ke depannya, but i hope we both know that there’s more to our relationship than just some arguments and misunderstandings. There’s too many beautiful things to give up on kalo karena kamu takut nyakitin aku. I promise you i’ll be fine, as long as you hold my hand.”

Why do you love me like this? What do you see in me?”

Oh, i wish you could see yourself through my eyes. I bet you’d fall in love with what you see, too.”

Nakula terdiam, ia tidak tahu apa yang telah ia lakukan di hidupnya sehingga ia dipertemukan dengan pria yang begitu mencintainya tanpa tapi. Di segala kekurangan dirinya yang ia sendiri sadari, Shiloh bisa melihat hal lain yang ia sendiri tak pernah sadari. Rasanya tidak benar bukan jika ia memaksa orang yang tulus ingin menemaninya untuk pergi begitu saja?

Nakula tidak tahu apa yang harus ia ucapkan. Oleh karena itu, ia pun merentangkan kedua tangannya lalu bergerak maju untuk memeluk Shiloh.

Shiloh menyambut pelukan itu dengan perasaan bahagia, ia tahu ia sudah mendapatkan kembali kebahagiaannya yang sempat menghilang di ujung pandangannya.

I’m sorry for hurting you when i was hurting. I love you,” Nakula kini merangkak naik ke pangkuan Shiloh dan mengecup bibir sang kekasih dengan perlahan dan lembut.

Shiloh membalas kecupan itu dengan sama lembutnya. Tanpa bisa ia tahan, air matanya turun tepat saat Nakula memperdalam tautan keduanya.

Nakula terkejut karena ia merasakan air mata itu mengenai permukaan kulitnya, “Shil..”

I love you too, baby. Jangan minta maaf terus, aku jadi sedih. Tenang aja, kamu akan selalu aku maafin.” Ucap Shiloh sembari memeluk Nakula dan menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.

Nakula merasakan hatinya menghangat dan haru, ia tak tahu dirinya bisa dicintai sebegitunya oleh orang lain. Namun, jika orang lain saja bisa mencintai dirinya, tidak ada alasan bagi dirinya sendiri untuk tidak memberikan dirinya kasih sayang yang sama, bukan?

--

--