Rocketeer

shaf
4 min readMay 12, 2022

--

Setelah usai makan malam dan berkeliling di mall, Shiloh dan Nakula memutuskan untuk berkeliling kota Jakarta sambil memakan mc-flurry yang mereka beli di drive-thru sekitar 30 menit lalu. Shiloh yang kini tengah membawa mobil dengan atap convertible tentu saja telah membukanya agar mereka dapat menikmati angin malam kota Jakarta yang mengejutkannya tidak terlalu berasap kali ini.

“Shil, lagu radionya pada gak jelas. Boleh pake lagu dari hp lo aja gaak?” Ucap Nakula sambil menepuk bahu Shiloh perlahan.

Shiloh seketika mengangguk, “Boleh,” Ia lalu mengeluarkan ponsel dari kantung celananya yang langsung ia serahkan ke Nakula, “Nih.”

Ponsel Shiloh memiliki kata sandi seperti ponsel orang-orang pada umumnya. Nakula mengarahkan ponsel tersebut ke arah Shiloh,

“131013, Na.”

“Apanya?”

“Lo mau nanyain password gue kan?”

Nakula menatap Shiloh kebingungan, “Ih, Shil! Kan gue jadi tau dong password lo.. Tadi maksudnya mau nyuruh lo aja yang isiin.”

Shiloh menggeleng, merasa tidak keberatan sama sekali. “Ya gapapa sih, Na. I don’t have anything to hide juga.”

Nakula tetap merasa sedikit kebingungan dengan nomor sandi ponsel Shiloh yang kebetulan sekali persis dengan tanggal dan bulannya lahir. Namun, ia tidak mau memikirkan itu terlalu jauh. Nakula pun segera mencari aplikasi musik berlangganan milik Shiloh dan menekan tombol play pada salah satu playlist yang ada di sana.

Wow, you shuffled this? Langsung ke play lagu favorit gue.” Ucap Shiloh sambil menoleh ke arah Nakula, menatapnya sambil tersenyum.

Nakula mengangguk, Shiloh kemudian mulai bersenandung mengikuti lagu tersebut.

Here we go, come with me
There’s a world out there that we should see

Suara Shiloh mengalun begitu indah di telinga Nakula, membuatnya cukup terheran karena ia sama sekali tidak mengetahui bahwa Shiloh memiliki suara yang begitu merdu ketika bernyanyi. Masih melamun dalam pikirannya sendiri, ia dikagetkan dengan tangannya yang digandeng begitu saja oleh Shiloh. Pertautan tangan keduanya dibawa untuk mendekati bibir Shiloh, ia gunakan seperti mikrofon.

Take my hand, close your eyes

Shiloh kini menoleh ke arah Nakula dengan cepat sambil menunjuknya dengan salah satu jari mereka yang bertautan.

With you right here, I’m a rocketeer

Let’s fly

Jangan tanyakan bagaimana eksperesi Nakula saat ini, Shiloh menyanyikan lagu itu seakan-akan ia peruntukkan padanya. Lirik lagu yang ia nyanyikan pun sama sekali tidak membantu mengurangi debaran jantung Nakula yang mulai meningkat.

“Nanyi juga, Na. Tau lagu ini kan?”

“Tau, tapi gak hafal. Gue dengerin lo aja deh, suara lo enak.” Ucap Nakula sambil tersenyum, membuat Shiloh merasa gemas bukan main, ia kemudian mengecup punggung tangan Nakula yang masih ada di genggamannya.

“Eh..” Nakula terkejut, namun tidak bisa dipungkiri ia merasakan sesuatu yang menggelikan di perutnya. Nakula lalu mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, berusaha sebisa mungkin menetralkan wajahnya yang ia yakini sudah mulai memanas sekarang.

Shiloh tertawa pelan, “Gapapa, Na. Liat sini aja, gue juga gabakal bisa liat muka lo terus, kan lagi nyetir.”

Nakula memberungut, “Lo tuh! Bisa gak gausah disebutin jelas-jelas kayak gitu? Gue makin malu tau.” Nakula kemudian menyipitkan matanya, memberikan tatapan sinis kepada Shiloh.

Yang diajak berbicara malah tertawa, membuat Nakula semakin bersungut-sungut di sebelahnya.

Shiloh kemudian mengelus-elus punggung tangan Nakula yang masih berada di genggamannya, “Iyaa, maaf ya, Nakula.” Yang di ajak berbicara hanya mengangguk, sambil kembali menatap jalanan di depannya dengan bibir yang ia katupkan untuk menahan senyuman.

Setelah puas berkeliling selama kurang lebih satu jam tiga puluh menit, mobil yang mereka kendarai kini sudah terparkir tepat di depan gerbang rumah Nakula. “We’re here.” Ucap Shiloh sambil mengangkat belanjaan Nakula dari kursi di belakang mereka untuk ia berikan kepadanya.

Nakula tersenyum, “Thank you ya udah ajak gue jalan. Helps a lot karena hari ini sebenernya lumayan capek jadi ini kayak refreshing buat gue.”

I’m glad if this helps. I enjoyed it as much as you do, maybe a little more.” Jawab Shiloh sambil menyengir, memamerkan barisan putih giginya seperti anak kecil yang sedang tersenyum. Pemandangan di hadapan Nakula saat ini benar-benar membuatnya merasa gemas.

Entah bisikan dari siapa, Nakula tiba-tiba saja memiliki ide gila yang menyenangkan.

“Shil, liat itu deh! Kok bisa ada di situ ya?” Ucap Nakula sambil menunjuk ke arah barang apapun yang berada di sisi jendela Shiloh.

Yang dipertanyakan pun menoleh ke arah yang dimaksud tanpa kecurigaan sedikitpun, “Hah? Emangnya ada a — ”

Kalimat Shiloh menggantung begitu saja karena beberapa detik kemudian, yang ia rasakan hanyalah bibir ranum Nakula yang menempel di salah satu permukaan pipinya. Jantung Shiloh mendadak berdebar, senang dan terkejut bercampur menjadi satu.

Sang pelaku pun tersenyum malu, ia terburu-buru melepaskan safety belt yang ia kenakan sambil membuka pintu untuk keluar dari sana secepat mungkin.

Bye shil, good night. See you soon!” Pekik Nakula sambil berlari masuk ke dalam rumahnya, tanpa menoleh ke arah Shiloh sedikitpun.

Yang ditinggalkan begitu saja pun hanya terdiam di atas kemudinya, menempelkan jarinya pada permukaan pipinya yang dikecup oleh Nakula sambil mencerna kejadian sebelumnya secara perlahan.

“Nakula, you’re indeed driving me crazy.

--

--