Diskusi Publik: Solusi Bisnis untuk Mengakselerasi UMKM di Pasar Berkembang

Tokoin Official
3 min readJan 17, 2019

--

UMKM menjadi salah satu penggerak roda perekonomian paling besar di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. UMKM Indonesia menyumbangkan 60,3% pendapatan atas Produk Domestik Bruto (PDB) dan 97% atas tenaga kerja nasional.

Kendati demikian, UMKM masih belum bisa lepas dari permasalahan yang sedari dulu menghambat laju pertumbuhan bisnisnya masing-masing. UMKM kesulitan untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari instansi-instansi finansial. Sebanyak 40% UMKM di negara berkembang belum terakses bantuan dari lembaga-lembaga finansial.

Mengetahui fakta tersebut, Tokoin mengundang berbagai pihak, mulai dari pelaku bisnis, institusi finansial dan pemerintah untuk menyatukan gagasan, mencoba untuk menguraikan permasalahan yang UMKM hadapi. Lewat diskusi publik dengan tajuk acara “Solusi Bisnis untuk Mengakselerasi UMKM di Pasar Berkembang”.

Turut hadir pula Ibu Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian Indonesia. Membuka acara diskusi publik ini, Ibu Gati mengatakan bahwa kerja kolektif dari pihak swasta dan pemerintah menjadi kunci untuk memajukan dunia industri di Indonesia. Beliau mengajak semua pihak berkolaborasi mendukung Indonesia menuju era revolusi industri ke-4 demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Diskusi Publik sebagai upaya penyatuan gagasan

Acara Diskusi Publik Tokoin digelar dengan format talk show yang dibawakan oleh Mutia Rachmi, Project Manager dari Tokoin itu sendiri. Acara ini menghadirkan empat expertise yang masing-masing akan menyampaikan pendapatnya mengenai bagiamana mengakselerasi UMKM. Para pembicara dalam acara ini antara lain: Joseph Aditia — CEO Ralali.com, Hadi Kuncoro — Pakar Supply Chain dari CEO Grup of PowerCommerce.Asia, Reiner Rahardja — CEO Tokoin, dan Gunhee Lee, Pakar Blockchain dari Blockcrafter, Korea Selatan.

Sebagai CEO dari Tokoin, Reiner Rahardja menyampaikan alasannya mengapa Tokoin “ada”. Permasalahan mengenai absennya akses menuju institusi finansial ia katakan tidak memaksimalkan pertumbuhan bisnis UMKM itu sendiri. Sebagai contoh, sebuah toko sembako yang hampir dapat dipastikan mendapat penolakan ketika mengajukan kredit ke lembaga-lembaga finansial. Alasannya ia tidak dipertimbangkan kelayakannya untuk dapat menerima kredit karena belum memiliki sistem pencatatan yang memadai untuk membentuk credit scoring.

Tokoin hadir dengan menawarkan sebuah solusi jangka panjang di mana UMKM difasilitasi untuk membangun kredibilitas usahanya lewat transaksi belanja yang dinisiasi di dalam platform Tokoin.

Sebagai pengusaha, saya sangat mengerti kesulitan para UMKM di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya. Melalui Tokoin kami berusaha untuk menjadi penghubung para UMKM untuk mendapatkan akses kepada instansi yang dapat mengembangkan bisnisnya seperti Bank, Asuransi, dan lain-lain”, ungkap Reiner.

Memiliki kesamaan visi dengan Tokoin, Joseph Aditya sebagai CEO Ralali.com merasa memfasilitasi UMKM dengan platform yang mampu membangun kredibilitas usaha akan benar-benar bisa membantu UMKM untuk berakselerasi. “UMKM butuh platform yang mampu membantu UMKM membentuk kelayakan usaha berupa credit scoring” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menambahkan bahwa, “di era revolusi industri ke-empat, bisnis tidak lagi terbatas pada aktivitas jual-beli produk saja. Melainkan bagaimana data dapat dicatat, diamankan dan didistribusikan secara efisien dan efektif”. Joseph Aditya melihat Tokoin mampu melakukan hal tersebut dengan pengimplementasian blockchain di eksosistem bisnisnya.

Memperkuat statement Joseph Aditya, pakar supply chain, Hadi Kuncoro, membenarkan bagaimana teknologi menuntut hampir semua sektor untuk beradaptasi agar dapat berakselerasi secara sinergis. Termasuk salah satu sub-sektor dunia industri, supply chain.

“Baik logistik dan supply chain, dituntut untuk terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, mengingat sektor ini adalah salah satu industri yang sangat didukung oleh kemajuan teknologi untuk adaptasi metode dan prosesnya. Bagi Tokoin inilah tantangan untuk mengimplementasikan teknologi ini dalam proses supply chain UMKM. Hingga nantinya bisa meningkatkan produktivitas UMKM sebagai para pengguna Tokoin”.

Blockchain tidak semata-mata crypto-exchange

Pengimplementasian teknologi blockchain tidak hanya dilakukan sebatas komoditas pertukaran mata uang kripto semata. Hal seperti itu terjadi di masa lampau. Kini blockchain sendiri pun mengalami revolusi, blockchain 2.0 lebih kepada pemanfaatan blockchain dalam model-model bisnis.

Pakar blockchain dari Blockcrafter, korea Selatan, Gunhee Lee menjelaskan model bisnis seperti apa blockchain dalam platform Tokoin itu.

Menurutnya, “Tokoin merupakan proyek berbeda, karena Tokoin bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan UMKM, yang akan mendorong adopsi pengguna dengan cepat dan penerapan yang tepat guna. Dengan menjawab kesulitan yang sudah berlarut-larut pada dunia UMKM, saya yakin Tokoin akan menjadi proyek blockchain yang sangat bermanfaat bagi dunia industri UMKM”.

--

--

Tokoin Official

Accelerating Growth of Micro, Small, and Medium Enterprises in Emerging Markets using Blockchain technologies ; Check us out on: www.tokoin.io