Kenapa Ilkom?

“Ilkom? Ilmu Komputer ya?” Bukan dong brodii, Ilmu Komunikasi

Trasty Chris Masjira
4 min readMay 4, 2022

Halo, guys! Kali ini aku mau cerita sedikit — lebih ke curhat sih sebenernya — tentang alasanku memilih jurusan Ilkom.

“Kenapa Ilkom?”

Hmm kenapa ya..

Jujur aku ga pernah membayangkan sebelumnya kalo bakal jadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, di UGM lagi. Bahkan aku gak mengenal jurusan ini sebelumnya.

Pertama kali tahu tentang jurusan Ilmu Komunikasi adalah ketika aku mengenal Skinnyfabs, salah satu youtuber asal Indonesia. Dia terkenal dengan British aksennya ketika berbicara menggunakan bahasa Inggris. Sejak itu, aku sempat kepikiran untuk mengambil jurusan Ilkom dengan motivasi “biar bisa ngomong Inggris lancar kaya skinnyfabs”. Padahal kalo gitu harusnya masuk sasing aja.

“Emang pengen jadi apa?”

Kalau ditanya tentang cita-cita, jawabannya banyak. Pernah pengen jadi dokter, guru, penyanyi (padahal suaraku juga ga bagus-bagus amat), chef, fashion designer, detektif, banyak lah pokonya. Saking banyaknya, pernah pengen jadi pemain film aja biar bisa ngerasain berbagai profesi (padahal kalo disuruh acting gabisa nahan tawa).

Dulu waktu masih kecil sempet pengen jadi artis karna kebanyakan nonton TV. Tapi kan gak realistis yah untuk seorang pemalu dan pendiem (iya, ini aku dulu) seperti aku. Terus kelas 11 cari tau tentang jurusan Ilkom sampe akhirnya kepincut dan kepengen banget masuk jurusan ini. Melihat hal-hal yang dipelajari di Ilkom dan prospek kerjanya yang menarik, aku merasa jurusan ini aku banget. Kurang lebih kaya, ini yang aku cari selama ini. Aku pernah ingin menjadi broadcaster. Aku pernah memiliki keinginan untuk bekerja di belakang layar televisi setelah menonton serial The East yang ada di Net TV. Kemudian, aku juga pernah berpikir untuk bekerja di Start-Up seperti Shopee atau Tokopedia. Semua keinginanku ini adalah gambaran prospek kerja yang ada di jurusan Ilkom sehingga semakin menguatkanku untuk memilih jurusan ini. Jurusan Ilkom bisa dibilang deket sama dunia entertainment. Ini juga yang jadi salah satu alasanku untuk pilih jurusan ini.

Awalnya ada banyak keraguan yang muncul waktu mau milih jurusan ini. Aku gak yakin. Selalu muncul pertanyaan seperti

“Bisa gak ya?”

“Berani gak ya?”

“Gimana kalau nanti gak bisa?”

“Kalau salah jurusan gimana ya?”

Pertanyaan itu terus menghantuiku saat hendak memilih jurusan. Aku bukanlah orang yang pandai berbicara, apalagi di depan umum. Aku tidak memiliki keberanian untuk tampil di depan orang banyak. Dari informasi yang aku cari, jurusan Ilkom membutuhkan kreativitas. Sementara itu, aku merasa bahwa diriku biasa saja — tidak terlalu kreatif. Lalu katanya, menulis 1000, 3000, hingga 5000 kata menjadi hal yang biasa bagi anak Ilkom. Aku sempat takut, karena aku bukan orang yang suka menulis — seperti yang aku bilang di bagian prolog. Hal-hal semacam itu membuatku berpikir ulang, “apakah aku bisa survive di jurusan ini?”

Tetapi kemudian, aku sadar bahwa kuliah adalah tempat untuk aku belajar, bukan sebuah tempat perlombaan. Aku yang tidak bisa berkomunikasi dengan lancar, berusaha untuk memperbaikinya dengan masuk jurusan Ilmu Komunikasi. Aku yang terlalu takut untuk tampil di hadapan orang banyak, masuk jurusan Ilmu Komunikasi agar aku dapat membiasakan diri dalam situasi tersebut. Aku yang merasa kurang kreatif, masuk jurusan Ilmu Komunikasi agar terlatih menjadi kreatif. Aku yang tidak terbiasa menulis, masuk jurusan Ilmu Komunikasi agar aku bisa berlatih menulis dengan baik — seperti yang sedang aku lakukan saat ini. Semua butuh proses, kan? Namanya juga belajar, gaada yang salah, kok. Jadi aku coba untuk menenangkan dan memantapkan diri untuk memilih jurusan ini. “Lagipula belum tentu keterima, kok. Kalau keterima, berarti jalanku memang di sini.” begitulah aku menyemangati diriku sendiri.

Sejujurnya, memilih untuk lintas jurusan dan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi adalah salah satu hal yang paling nekat yang pernah aku lakukan. Mengingat bahwa jurusan Ilmu Komunikasi saat itu (tahun 2021) memiliki keketatan yang tinggi karena banyak peminatnya. Apalagi aku harus lintas jurusan. Ya, aku berada di kelas IPA ketika SMA. Sayangnya , aku merasa lebih tertarik untuk melanjutkan ke jurusan Sosial Humaniora — Ilkom salah satunya. “Terus kenapa SMA nya gak langsung ambil IPS? kenapa malah IPA?” Karena saat itu aku mendapatkan doktrin dari orang tuaku. Kira-kira seperti ini “Pilih IPA aja, biar nanti kuliahnya bebas mau milih jurusan Saintek ataupun Soshum. Kalau dari IPS mau milih jurusan Saintek gabisa, susah.” Yup, pemikiran yang sangat kuno, bukan. Padahal tahun sudah silih berganti. Begitu pula dengan peraturannya.

Keinginanku untuk masuk Ilmu Komunikasi sempat tidak didukung oleh Ayahku. Beliau ingin aku kuliah di jurusan yang profesinya jelas, seperti keperawatan atau akuntansi. Bahkan kalau bisa, aku diminta untuk mengusahakan agar bisa masuk STAN saja, yang bisa sat set sat set kerja, kaya raya, dan hidup terjamin (katanya). Tapi aku bersikeras dan berusaha mendapatkan ijin mereka untuk mendaftar jurusan ini. Akhirnya Ayahku mencari informasi sendiri terkait jurusan Ilmu Komunikasi dan berujung mengizinkanku untuk mencobanya.

Setelah akhirnya diterima dan menjalani kehidupan di jurusan ini, ternyata aku benar-benar menikmatinya. Aku suka dengan apa yang dipelajari di jurusan ini. Apalagi aku yang dulunya adalah pemalu dan pendiam bisa sedikit demi sedikit keluar dari zona nyamanku itu. Bahkan, teman SMA-ku yang mengetahui bagaimana aku dulu pun kaget ketika mengetahui aku melanjutkan pendidikanku di jurusan Ilmu Komunikasi. Rasanya kaya, bukan aku banget. Tetapi di sinilah aku mulai menunjukkan diriku yang sebenarnya. Di sinilah aku akhirnya melakukan apa yang ingin aku lakukan, apa yang aku suka. Aku jadi lebih mudah untuk bergaul dengan orang lain, meskipun butuh waktu sejenak. Hal-hal ini membuatku semakin yakin kalau keputusan untuk masuk Ilmu Komunikasi adalah keputusan yang tepat.

Yaa, seperti itulah alasanku. Terima kasih ya, sudah membaca curhatanku yang gak penting ini sampai bawah, haha. Doain aja biar kedepannya aku semakin betah di jurusan ini dan dapat semakin menjadi Trasty yang lebih baik lagi. Yang ingin aku katakan adalah, kita tidak perlu takut untuk mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang sebenarnya menjadi keinginan kita selama ini. Meskipun untuk melakukannya, kita perlu keluar dari zona nyaman. Mungkin, nanti aku akan bercerita sedikit tentang zona nyaman yang aku maksud. Aku juga akan bercerita tentang kehidupanku sebagai mahasiswa Ilkom yang katanya ‘santai’ dan membahas stereotip lainnya tentang anak Ilkom. Nantikan ceritaku, ya! see you!

--

--

Trasty Chris Masjira

pindah akun soalnya akun yg ini kena limit, padahal creativity kan no limits😔