Melihat Sisi Multikulturalisme dalam Film Jojo Rabit

Trasty Chris Masjira
4 min readMay 6, 2022

--

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Jojo_Rabbit

Film Jojo Rabit yang dirilis pada tahun 2019 ini mengkisahkan tentang Johannes Betzler atau Jojo yang hidup di masa kekejaman Nazi. Meskipun bergenre drama / perang, di dalam film Jojo Rabit terselip humor yang khas dari sutradaranya, yaitu Taika Waititi. Melalui film ini kita dapat mengetahui gambaran suasana ketika Jerman masih berada di bawah kekuasaan Adolf Hitler dan partai Nazi. Namun, di film yang menggambarkan suasana ketegangan perang dunia kedua ini, dapatkah kita melihat sisi multikulturalismenya?

Pada zaman itu, anak-anak Jerman telah dibekali jiwa nasionalisme sejak dini dengan mengikuti perkemahan Hitler Youth. Anak-anak itu telah dicuci otaknya untuk memuja Adolf Hitler agar mereka selalu memihak Adolf Hitler maupun partai Nazi kedepannya. Pada perkemahan tersebut, anak-anak Jerman mengikuti berbagai pelatihan untuk berperang dan disiapkan untuk dikirim ke medan perang ketika dibutuhkan. Mereka juga diajarkan untuk menjadi kejam dan tidak punya belas kasihan terutama kepada orang Yahudi. Sejak kecil, orang Jerman telah diberi doktrin untuk membenci orang Yahudi dan menganggap orang Yahudi sebagai monster atau sesuatu yang hina.

Dilihat dari perspektif akseptasi multikulturalisme, pada saat itu bangsa Jerman belum dapat menghargai adanya multikulturalisme. Mereka tidak mau menerima orang-orang yang berasal dari ras lain selain ras Arya. Jika mereka menemukan orang Yahudi yang masih berada di wilayah Jerman, mereka tidak akan segan-segan untuk membunuh orang Yahudi tersebut. Tidak hanya orang Yahudi, mereka juga akan menghukum orang -orang Jerman yang membantu orang Yahudi untuk bersembunyi. Hal itulah yang menekankan bahwa Jerman sangat tidak menerima adanya perbedaan. Ancaman itu juga yang mampu membuat orang-orang Jerman tunduk dan memiliki paham yang sama terhadap orang Yahudi.

Hanya beberapa orang yang berani bertindak diam-diam untuk menentang kekuasaan Adolf Hitler dan partai Nazi. Salah satunya adalah Ibu Jojo, Rosie. Rosie merupakan orang Jerman yang menginginkan adanya perubahan. Dia sangat membenci dan menentang peperangan yang terus terjadi. Bahkan, Rosie justru menyembunyikan Elsa yang merupakan orang Yahudi di dalam rumahnya. Rosie merawat dan melindungi Elsa dari siapapun, termasuk Jojo yang saat itu masih radikal.

Suatu hari Jojo tidak sengaja menemukan Elsa di tempat persembunyinya yang berada di kamar kakak perempuan Jojo. Sejak saat itu, Jojo mulai sering menghabiskan waktunya dengan Elsa. Jojo yang awalnya sangat radikal dan sangat membenci orang Yahudi, lama-lama berubah. Melalui pertemuannya dengan Elsa, Jojo menjadi tahu bahwa selama ini dia hanya diberi doktrin-doktrin palsu untuk membuatnya membenci orang Yahudi. Sedikit demi sedikit, ia mulai mengetahui bagaimana orang Yahudi yang sebenarnya. Jojo mulai mengerti bagaimana penderitaan orang-orang Yahudi sebagai mahluk yang tereksklusi dan tidak dianggap. Jojo dapat melihat bagaimana bangsanya begitu kejam. Ia pun mulai paham mengapa Ibunya sangat membenci hal-hal yang berkaitan dengan perang maupun politik.

Semakin lama bersama dengan Elsa, Jojo pun merasa bahwa Elsa merupakan salah satu orang yang berharga dalam hidupnya. Ketika Jojo menemukan Rosie yang dihukum gantung karena ketahuan melakukan pertentangan, ia merasa sangat terpukul. Jojo pun berniat untuk melindungi Elsa karena Elsa adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Hari-hari berlalu hingga tiba saat dimana perang dunia kedua terjadi dan Amerika menang mengalahkan Jerman. Akibat kekalahan itu, prajuri-prajurit Jerman dihukum mati sebagai balasan untuk ribuan orang Yahudi yang telah dibunuh oleh orang-orang Jerman tersebut.

Setelah mengetahui bahwa perang tersebut dimenangkan oleh Amerika, oran-orang Yahudi yang tersisa segera keluar dari tempat persembunyianya. Mereka merayakan kebebasannya bersamaan dengan orang-orang Amerika yang merayakan kemenangannya. Elsa juga merupakan salah satu orang yang akhirnya merasakan kebebasan tersebut. Jojo yang sempat takut ditinggalkan oleh Elsa, akhirnya ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan orang-orang tersebut.

Melalui film Jojo Rabit ini kita dapat mengetahui bagaimana perjuangan oran-orang jaman dulu untuk menerima multikulturalisme. Dari banyaknya orang orang Jerman yang menindas masih ada beberapa orang yang peduli terhadap orang Yahudi. Mereka bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi oran-orang yang terancam hanya karena mereka berbeda. Jika melihat dari kacamata Jojo, kita yang awalnya sangat menentang perbedaan, dapat menerimanya setelah kita mau mengerti dan memahami posisi orang yang berbeda dari kita. Seperti yang Jojo lakukan pada Elsa.

Film ini menggambarkan bagaimana Jerman akhirnya dapat menerima adanya perbedaan dan dapat tumbuh bersamanya. Bila melihat realitanya, Jerman benar-benar membuka diri untuk menerima perbedaan setelah perang dunia kedua tersebut. Sampai sekarang, multikulturalisme justru semakin berkembang di Jerman. Pintu Jerman terbuka lebar bagi penduduk imigran. Oleh karena itu, kini banyak pertukaran budaya yang terjadi di Jerman akibat dari adanya multikulturalisme.

Pada zaman dulu, orang-orang terbiasa hidup berkelompok dengan melihat kesamaan yang mereka miliki. Oleh karena itu, sulit untuk menerima adanya perbedaan yang bergabung dalam kelompok tersebut. Hal yang sama terjadi pada Jerman saat itu. Namun, adanya perubahan yang dibawa oleh Amerika justru membukakan pintu untuk Jerman dapat menerima multikulturalisme. Kisah Jojo juga dapat diterapkan pada kehidupan kita di masa sekarang. Untuk dapat menerima dan menghargai multikulturalisme dibutuhkan perubahan yang mendasar yang memaksa kita untuk melakukannya. Jika kita mau memposisikan diri sebagai Jojo, kita perlu bersedia untuk memahami orang lain yang berbeda dari kita. Dengan demikian, kita akan lebih mudah menghargai perbedaan yang ada di dalam multikulturalisme.

--

--

Trasty Chris Masjira

pindah akun soalnya akun yg ini kena limit, padahal creativity kan no limits😔