Rehat Sejenak. Apa yang dicari?

TW. Melani
2 min readNov 30, 2019

Tarik nafas.

Lihat, seberapa besarnya kapasitas paru-paru kita menampung udara.

Duduk, sebentar saja.

Perhatikan garis-garis timbul berwarna biru, sejak kapan urat-urat itu muncul?

Tutup mata.

Apa yang ada disana?

Sekarang coba letakkan tubuh kita sejenak di atas bumi. Teruslah tarik nafas dengan mata tertutup. Dengar suara yang ada.

Letakkan kedua tangan di atas dada tempat suara itu berasal.

Suatu saat nanti kita akan berada di posisi yang sama, hanya perbedaannya suara itu tidak ada. Kita tidak dapat merasakannya.

Yang ada hanya suara isak, doa dan mungkin beberapa ucapan belasungkawa.

Kapan?

Sayanganya kita tak tahu, yang jelas bukan saat ini. Kita masih disini dan detakan itu masih dapat kita rasakan.

Pada setiap detak tersirat berbagai surat dari Allah. Surat tanda kasih-Nya.

Kepada siapa?

Siapa lagi kalau bukan ruh yang ada dalam tubuh ini.

Siapa lagi kalau bukan makhluk yang sangat ia sayangi ini.

Siapa lagi kalau bukan hamba yang ia ciptakan dengan sempurna ini.

Kasih yang diberikan oleh-Nya begitu istimewa, besar sekali tiada bandingnya.

Cinta-Nya melebihi kita kepada diri kita sendiri. Bahkan Dia lebih mengerti diri kita daripada diri kita sendiri.

Dialah yang menciptakan manusia, salah satu tanda kuasa dan keesaan-Nya.

Jadi untuk apa resah, yang menciptakan kita begitu kuat dan kaya.

Tak perlu khawatir atas kekurangan, Dia tahu betul apa yang kita butuhkan.

Bukan kelimpahan yang kita perlukan, justru malah rasa syukur dalam kesederhanaan.

Ingat, suatu saat nanti kita akan meninggalakn tubuh ini.

Jantung yang menemani, tidak akan ada detaknya lagi.

Waktunya akan datang sendiri, tidak guna sembunyi apalagi lari.

Dengan sisa waktu yang kita miliki, coba renungkan apa yang kita cari?

Kalau lupa, letakkan tangan di dada. Ingat bahwa kita dibuat dari cinta.

--

--

TW. Melani

I write entirely to let words find their place, to find out what I’m thinking and conceive what I’m looking at — a full-time learner and part-time wanderlust