London, Juni 2019, 08.30 PM.
POV Aruna.
Burung gagak bersenandung di bawah angin malam, sepoaian angin serta suara-suara detak jam yang menggema, lalu lalang masyarakat di jalanan kota London tak sedikitpun memperhatikan gadis yang duduk meringkuk, menutupi raut wajahnya yang penuh debu setelah melakukan perjalanan panjang.
Gadis itu telah membuat keputusan yang akan mempengaruhi hidupnya, ia melepaskan diri dari para sutradara yang terus menerus menjadikan dirinya boneka dalam keluarganya sendiri.
Setelah meratapi dirinya sendiri yang tak tahu akan kemana, gadis yang bernama Nala Lesham Shanette dengan mata bulat coklat serta guratan alis yang begitu indah itu mendongak pada bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Dalam usianya yang tidak tergolong remaja, ia masih ingin menikmati kehidupan tanpa embel-embel pemaksaan. Ia memejamkan mata, berusaha menghempas kenangan buruk yang membuatnya kini berdiri di kota yang pernah mendapat julukan The Smoke.
Perjalanan yang ia lakukan selama kurang lebih 17 jam itu membuat perutnya keroncongan, meminta mulutnya untuk segera memasukkan beberapa suap makanan hingga lambung dapat mencernanya dengan baik.
“Laper euy, gue harus cari makanan,” ujarnya pada diri sendiri.
Ia kemudian melangkahkan kaki dan memasuki salah satu minimarket yang tersebar di setiap sudut kota London, dengan beberapa pounds yang ia bawa sepertinya cukup untuk kehidupannya di sini.
Mie instan dalam cup menjadi pilihan makan malamnya, ia berjalan santai ke arah kasir dan membayarnya.
“Will there be anything else you want?” ucap kasir itu.
Aruna hanya menggeleng.
“Your total comes to £5.”
“Thank you,” Nala bergegas pergi setelah menerima uang kembalian dari sang kasir.
Beberapa langkah setelah keluar dari minimarket, ia melihat sosok pria tampan yang wajahnya seperti perpaduan asia sedang mengusap rambut cantik seorang anak perempuan yang tangannya tengah menerima roti panggang.
Sosok pria itu kini berjalan melewati Aruna dengan semerbak keharuman yang ia pancarkan, dan tersenyum pada seorang perempuan muda yang berdiri di belakang Aruna.
“Sudah?” ucap pria itu pada gadis di sampingnya, “ayo langsung pulang, kakek pasti nunggu makan malam.”
Aruna tidak terlalu terkejut mendengar setiap kata yang diucapkan pria itu, ia ingin menghampirinya untuk sekadar berkenalan, namun ia mengurungkan kembali niatnya setelah mendengar gadis di samping pria meminta untuk cepat-cepat pergi.