Adore You.
rec song ; Apa Adanya by HIVI!
Meja panjang dengan bangku yang juga panjang berwarna putih itu selalu dipenuhi oleh Mahasiswa dan Mahasiswi yang ingin mengisi perut sebelum memasuki kelas ataupun sesudah mengikuti sesi kelas yang padat, belum lagi jika mendapatkan kelas dari Dosen yang kaku. Kantin pasti selalu menjadi incaran sesudahnya, entah untuk makan atau hanya duduk bersenda gurau dengan yang lainnya.
Bertemu di koridor lantai dasar membuat Mahesa dan Alen kini berjalan beriringan menuju Kantin FEB itu, kantin tempat Mahesa mengambil jurusan kuliahnya.
“Ngajar Lab lagi nanti?” tatapannya melirik seseorang yang berada disampingnya sebentar lalu memilih untuk kembali fokus pada lorong koridor di depannya dengan tas punggung yang ia bawa dengan satu bahu
“Iya, selesai jam 5" Jawab Alen,” Notes gue mana?" tanya Alen mengingat tujuannya
“Ada di tas, ntar aja di Kantin"
“Lo yang manusiawi ya pesennya, gue mahasiswa"
“Paling 300ribu”
“ITU MAH GUE BAKALAN MISKIN MENDADAK"
Dengan membawa dua porsi ayam penyet di kedua tangannya dan dua botol air minum dingin yang ia jepit menggunakan lengannya membuat Alen sedikit kewalahan hingga membuat ia sedikit menyindir Mahesa yang kini hanya duduk sembari menatapnya
“Bantuin monyet bukan lo liatin aja” nada bicara Alen terdengar sebal, namun sang lawan bicara hanya terkekeh sembari mengambil dua piring ayam penyet yang dibawa oleh Alen dan menaruhnya di meja
“Tadi gue udah nawarin buat gue aja yang pesen, lo nolak,” kilah Mahesa
“Gak. Kalo lo yang mesen gue bangkrut"
“Padahal kalo gue yang mesen bukan lo yang bayar, lagian gue bercanda minta ditraktir makan sama lo"
“Emang monyet, ganti nih duit gue" ucap Alen yang dibalas dengan tawa Mahesa serta gelengan dari kepalanya
Keduanya makan dengan lahap, entah memang lapar atau ayam penyet Pak Sri memang enak. Sesekali keduanya mengobrol yang tak jarang membuat keduanya tertawa hingga membuat Mahasiswa dan Mahasiswi melirik ke arah keduanya, Alen lebih tepatnya.
Terkesan aneh melihat Alen dan Mahesa duduk bersamaan di suatu meja sambil bersenda gurau mengingat keduanya pernah saling menyindir di twitter perkara alas kaki. Namun kini keduanya tampak akrab dengan obrolan yang tak ada hentinya.
“Lo diliatin tuh,”ucap Mahesa sebelum ia menyendokkan suapan terakhirnya kedalam mulutnya
“Tau. Pada ngeliatin lo juga, biarin aja"
“Asdos pujaan"
“Asdos songong bukannya? Kata lo waktu itu kan gitu” sindir Alen
“Emang, sampe sekarang juga songong"
“Pergi lo, nyebelin.” ucap Alen
“Nih notes lo, gak gue buka, jangan takut,” buku putih itu disodorkan oleh Mahesa yang ia ambil dari dalam tas nya
“Isinya cuma materi buat kelas sore ini"
Keduanya lanjut mengobrol walaupun sibuk dengan kegiatan masing-masing, Alen sedang menulis sesuatu di notes putihnya sedangkan Mahesa bermain game lewat ponselnya sampai ketika Mahesa mendapat satu panggilan yang tak Alen ketahui darimana asalnya.
“Mau cabut?” tanya Alen, pandangannya tetap fokus pada notes putihnya, mungkin menambah materi untuk kelas sore ini, pikir Mahesa
“Iya, lo gue tinggal gak apa?”
“Dih? Ya gak apa, yaudah sana” jawab Alen tanpa menoleh sama sekali
“Emang selalu gini ya kak?”
“Apanya?”
“Selalu cantik gini, Lo nya"
Jemari yang awalnya sibuk menuliskan sesuatu di kertas notes putih itu sekarang diam, tatapan Alen sekarang berpindah mengarah pada wajah tampan di depannya, pandangannya terkunci oleh Mahesa yang sedari tadi memang sedang menatapnya
“Lo tuh belajar ngerdus darimana sih?”
Mahesa hanya tertawa sembari bangkit dari duduknya, memajukan tangannya hingga mengenai puncak kepala Alen yang dapat ia rasa dari rambut halus milik lelaki manis di depannya dan mengacak pelan rambut itu,
“Gue tinggal dulu ya kak, gantian nanti gue yang traktir. Semangat ngajarnya.” ucap Mahesa yang kini tangannya berpindah ke hidung mungil milik Alen dan sedikit menowel-nya dengan banyaknya Mahasiswa yang melihat ke arah keduanya.
Wajah Alen kian memerah mendapat perlakuan tak terduga dari Mahesa, telinganya pun turut memerah. Berusaha menutupi rona malu diwajahnya namun hal itu serasa tidak berguna ketika Mahesa dengan pelan mengucapkan, “Kak, gue suka sama lo. Izinin gue buat deket sama lo ya?” lanjut Mahesa
Selanjutnya, lelaki itu benar-benar beranjak dari posisinya, memilih mengacak pelan sekilas lagi rambut halus milik Alen, yang semakin membuat Mahasiswa dan Mahasiswi lain disekitarnya mengeluarkan ekspresi yang sulit diungkapkan melalui kata-kata.
“KAK ALEN! KABARIN GUE BOLEH DEKET SAMA LO ATAU ENGGAK!” teriak Mahesa disudut belokan Kantin sebelum benar-benar meninggalkan area Kantin yang membuat semua mata yang ada di Kantin kini menatap kearah keduanya secara bergantian ditambah beberapa Mahasiswi yang berteriak menyoraki keduanya, terlebih Alen yang masih saja duduk di posisinya dengan pena yang masih berada dalam genggamannya, berusaha menahan rona merah pada wajahnya.
“MAHESA LU ORANG GILA” batin Alen