Stasiun MRT

Tyta
2 min readMay 3, 2023

--

Berlalu by Tyta

Kutemukan dirinya yang berani. Dirinya yang tidak ingin didekati.

Stasiun berikutnya, Fatmawati Indomaret, Fatmawati Indomaret. Pintu sebelah kiri akan terbuka.

Transportasi MRT menjadi transportasi umum yang kerap kali digunakan penduduk Jakarta. Ada yang bekerja, sekolah, menjemput, atau sekedar ingin tahu bagaimana rasanya berada di dalam sebuah tabung berjalan cepat di atas rel.

Saat pintu kereta dihadapannya terbuka, segerombolan manusia lainnya keluar dari pintu yang sama. Mariskha menunggu meskipun penumpang lain masuk lebih dulu.

Wanita itu lelah berjalan cukup jauh dari rumah kliennya, ia salah satu asisten penjahit kebaya. Akhir-akhir ini klien sedang banyak, jadi Mariskha pun ikut sibuk. Meskipun bekerja bersama si penjahit, Mariskha tetap pulang sendiri. Lelahnya kaki akhirnya sirna usai mendapatkan tempat duduk dengan dinginnya pendingin ruangan, akhirnya Mariskha dapat bernapas dengan lega.

Oh, ternyata belum. Hambatan ia saat ini hanya satu, seseorang yang selalu ia anggap pengganggu saat naik MRT. Tidak tahu siapa namanya, tapi pria tinggi ini menghantuinya setiap pulang ataupun berangkat menggunakan MRT.

“Mas,” ucap Mariskha karena Priya tak kunjung membuka bibirnya.

Sedari tadi hanya menatapnya dengan senyuman khasnya, matanya yang sayu teruju pada wajah wanita itu. Sedangkan Mariskha menyudutkan pandangannya dengan kelopaknya yang merapat.

“Mas gak takut aku teriak? Ini aku risih loh.”

Priya bahkan jarang berkedip. Tampaknya ia memang ingin mengganggu wanita dihadapannya. Mariskha mengenakan bandana dengan rambut tergerai, manis sekali menurut Priya.

Tidak ada respon, akhirnya Mariskha memalingkan wajahnya. Ia menghela napasnya dan berupaya menyatakan bahwa keadaannya saat ini adalah normal, setidaknya selama lelaki itu pun baik-baik saja.

Mariskha tidak mengerti, Priya hanya ingin mendekatinya karena rasa membuncah dalam dada. Tidak peduli anak kecil memandang mereka bertatapan satu sama lain. Bahkan derap kaki yang menjauh ketika sampai pada satu stasiun.

Priyatama Abimanyu menjatuhkan perasaannya pada wanita ini. Wanita pemberani di stasiun MRT. Kedua insan ini dipaksa melalui semuanya karena takdir telah menjadi nyata dan harus terjadi.

Unlisted

--

--