Film Horor Religi: Penyesatan Berkedok Kesenian?

TAKLIMAT 1/2024 oleh Cita Rida

Umatiqra
4 min readApr 5, 2024
Photo by Alex Litvin on Unsplash

Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan poster serta trailer dari film bergenre horor-religi yang berjudul Kiblat. Film Kiblat ini mendapat kritikan pedas dari warganet karena dianggap memberi stigma negatif terhadap ajaran Islam — terutama ibadah shalat — dan dinilai mengeksploitasi nilai-nilai ajaran Islam.

Sebenarnya film Kiblat ini bukanlah film pertama yang mengusung konsep horor-religi dengan memasukkan atribut Islam beserta ajaran-ajaran Islam ke dalam adegan film. Tercatat ada beberapa film yang melakukan hal serupa, seperti film Makmum, Munkar, Waktu Maghrib, dan Sijjin. Tak lama setelah cuplikan film Kiblat rilis, ada berbagai macam testimoni penolakan muncul dari warganet.

Tentu saja warganet terpecah menjadi dua kelompok: pro dan kontra dengan penolakan film. Kelompok pro beralasan bahwa film seperti Kiblat memberikan stigma jelek terhadap ajaran Islam, mengeksploitasi nilai-nilai agama Islam, dan memberikan dampak negatif terhadap penontonnya. Salah satu dampak negatif tersebut, yaitu menjadikan penonton takut saat akan menunaikan shalat tahajud di malam hari. Sementara kelompok kontra berpendapat bahwa film horor-religi tidak memberikan dampak negatif kepada penonton jika penonton teredukasi dengan baik. Pada akhirnya, semua bergantung pada pribadi masing-masing.

Sekilas apa yang dikatakan oleh kelompok kontra nampak benar bahwa semua memang bergantung pada pemahaman masing-masing. Namun, satu hal yang luput adalah tidak semua orang — terutama muslim — mendapatkan pemahaman yang benar dan pembinaan khusus untuk mengelola akalnya agar bisa berpikir mendalam, mengelola perasaannya dengan benar, dan bersikap bijak terhadap film tersebut.

Setidaknya ada tiga hikmah sekaligus poin penting yang perlu dipahami terkait fenomena ini:

1. Banyaknya penonton yang mengeklaim bahwa mereka terkena dampak buruk setelah menonton film horor-religi: menjadi takut shalat malam dan malas beribadah. Hal ini menandakan bahwa mereka masih dangkal dalam berpikir dan bersikap berdasarkan naluriah saja tanpa mengedepankan akal. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi umat muslim — pemuda khususnya — untuk mengkaji lebih dalam perihal aqidah Islam dan ilmu seputar hal-hal yang bersifat ghaib (alam jin, alam kubur, hubungan antara alam dunia dengan alam kubur/alam sesudah dunia). Sebagai referensi, kita dapat membaca buku Alam Jin karya Imam As-Suyuthi.

2. Maraknya produksi film yang mengusung tema religi, tetapi dicampuradukkan dengan perkara khurafat, menjadi bukti lemahnya perlindungan aqidah oleh negara. Dalam perspektif Islam, aqidah adalah sesuatu yang harus dilindungi oleh negara. Sebab, jika dibiarkan saja tanpa penjagaan, akan berdampak buruk seperti memunculkan benih kemusyrikan hingga mengantarkan kepada kesesatan. Jadi, setiap upaya pendangkalan aqidah harus dihapuskan oleh negara.

3. Maraknya pembuatan film yang hanya berorientasi pada cuan secara instan merupakan konsekuensi logis dari penerapan sistem kapitalisme yang berasas sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan). Kapitalisme menjadikan setiap napas kehidupan ditujukan untuk mencari cuan sebesar-besarnya tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan. Misalnya, membuat film horor-religi tanpa riset terlebih dahulu dan itu menimbulkan kerusakan aqidah serta kebudayaan di tengah masyarakat, tetapi selama itu menghasilkan cuan secara cepat, tentu itu tetap akan dilakukan oleh para kapitalis.

Jadi, jika masyarakat menghendaki aktivitas khurafat hilang sampai ke akar-akarnya, maka perlu ada upaya masif pembinaan di kalangan masyarakat untuk membuang jauh-jauh pemikiran yang tidak bersumber dari Islam (salah satunya kapitalisme) dan menggantinya dengan pemikiran shahih yang bersumber dari Allah Swt., pencipta seluruh alam semesta. Dari negara, negara menerapkan sistem yang bersumber dari Allah SWT yaitu Islam secara kaffah dengan jaminan umat muslim pada khususnya bisa dijaga dan diselamatkan dari upaya-upaya pendangkalan aqidah dan berbagai perang pemikiran (ghazwul fikr) lainnya. Khilafah berwenang melarang beredarnya pemikiran-pemikiran kufur di tengah-tengah umat yang berpeluang memicu kesyirikan.

Disunting oleh: Agoy Tama

Jika ingin berkontribusi dalam kebangkitan Islam, sebaiknya mulai dari mana? “Mulai dari membaca!” Bangun kebiasaan membacamu mulai dari buku-buku ini, 100% GRATIS BUAT KAMU!

Berikut daftar bukunya:

1. Buku Hafalan Mentor — Buku karya Qonuun ini dipersembahkan khusus untuk para mentor sebagai upaya kontribusi dan ikut serta dalam kebangkitan Islam.

2. Sambat Februari — Buku karya Greensoul.co.id (Tengku Novenia Yahya, Agoy Tama, Akmal Nurdwiyan). Sebuah narasi lurus untuk cinta yang susah diurus. Dipersembahkan untuk generasi muda agar lebih baik mengenal cinta yang semestinya.

3. Buku Born to be Imam — Buku karya Qonuun dipersembahkan khusus untuk para pemuda/pemudi-muslim/muslimah sebagai upaya kontribusi dan ikut serta dalam kebangkitan Islam.

4. Awaiting The Lit of Gabare — Buku karya Griya Literasi Peradaan. Buku ini akan mengajak kita untuk menengok sejenak ke masa lalu dan menyaksikan, bahwa peradaban-peradaban tersebut sejatinya sedang menanti hadirnya Sang Mercusar Paradaban yang akan membimbing ke arah terang.

DAPATKAN buku-buku tersebut secara GRATIS hanya di sini. Read now, klik link in bio!

Clap, respond, save, and share!⁣⁣
Follow Us: FB/TikTok/X @umatiqra | Instagram @umatiqracom⁣ | medium.com/@umatiqra | Gabung Readers UI

--

--

Umatiqra

Realizing the #umatiqra by being a great reader. Tap the link below to read more about another great article. linktr.ee/umatiqra