Harris dan Azka ; prompt 2

Waktu pagi itu adalah bagian paling sibuk dalam sehari. Entah itu hari libur maupun hari kerja, pagi selalu menjadi waktu di mana baik Harris maupun Shaka sama-sama sibuk sendiri.

Kebetulan, hari ini adalah satu di antara hari di mana Shaka dapat libur sedangkan Harris masih bekerja. Dengan wajah mengantuk, Shaka memperhatikan pacarnya itu sibuk sendiri bersiap untuk berangkat kerja sedangkan dirinya hanya memandangi sembari mengunyah roti.

Harris itu orang yang teliti dan terjadwal, tetapi namanya juga manusia, pasti ada saja yang terlewat. Ketika pacarnya itu sibuk sendiri mencari jaket, Shaka seketika teringat dengan ponsel pacarnya di dalam kamar yang belum tercabut dari chargernya. Jadi sembari menyelesaikan rotinya, Shaka berjalan ke kamar, bermaksud mengambilkan ponsel kekasihnya yang tertinggal di dalam itu.

“Sayaaaaang! Aku mau berangkat!” teriakan Harris dari luar itu kemudian membuat Shaka tergesa melangkah dengan ponsel Harris yang baru saja dicabut dari charger di tangan.

“Udah semua? Yakin? Ga ada yang ketinggalan?” iseng, Shaka sengaja tidak langsung memberitahu kekasihnya kalau ponselnya belum ada di dalam tas kerjanya. Tetapi, respon yang didapat Shaka malah di luar dugaan.

“Oh, iya juga ya.” ketika mendengar jawaban Harris, awalnya Shaka mengira pacarnya itu akan meminta tolong untuk diambilkan ponselnya karena sudah memakai sepatu kerja dan kalau kembali lagi ke kamar akan cukup merepotkan. Tetapi, wajah pacarnya tiba-tiba mendekat, kemudian tau-tau bibir mereka bersentuhan, berciuman.

“Hehe, sudah kan?” dengan cengiran Harris berujar, dan Shaka masih melongo sesaat sebelum kemudian dengan gerakan agak kaku, diperlihatkannya ponsel Harris di tangannya. “Ma-maksudku ponselmu …” ucapnya dengan pipi yang memerah, sedangkan Harris yang melihatnya melebarkan mata, baru tersadar benda penting itu belum masuk ke dalam tasnya.

“Oh, iya …” dengan canggung Harris menjawab, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. “… Tapi terima kasih, cium paginya. Nanti kamu pulang kerja, ciuman yang betul, ya.” Shaka tau-tau menanggapi sok tegar, padahal wajahnya yang memerah itu sudah indikasi bahwa pacar Harris itu masih saja betah sering salting.

Harris menanggapi dengan kekehan dan anggukan. “Iya, sayangku. Udah, sana kamu tidur lagi. Mumpung libur, kan?” ujarnya kemudian sembari mengusak rambut Shaka, yang diajak bicara hanya mengangguk.

“Tidur yang banyak, siapa tau nanti malam kamu malah ga bisa tidur, soalnya sibuk sama aku.” bisik Harris sekilas, lalu dengan santainya berjalan pergi setelah meninggalkan satu kecupan lagi di dahi Shaka. Untuk sesaat Shaka terpaku, lalu setelahnya terburu berlari masuk ke kamar dan menenggelamkan mukanya yang terasa panas di bantal.

Memang ada baiknya Shaka berhenti punya niat usil. Karena satu langkah usil dilakukan, pacarnya itu tahu-tahu punya dua langkah balasan yang tidak pernah gagal membuatnya salah tingkah.