Cookies dan Bandung.

V.
4 min readMar 24, 2023

Romeo beranjak dari kursi kemudi nya untuk keluar, memberi tahu kepada Jelita bahwa ia sudah di depan rumahnya dengan memencet bel yang berada dekat dengan pagar rumahnya.

“Hi Romeo! kok cepet banget?” sapa sekaligus tanya yang Jelita sampaikan dengan bibir mungilnya.

“Hai, ternyata rumah kita ga terlalu jauh. Tapi, kenapa gue jarang lihat lo ya?”

“Gue jarang keluar rumah, paling kalau lagi butuh banget kayak ke Indomaret ataupun ke sekolah.” jawab seadanya.

Jelita suka bilang aku/gue senyaman nya, jadi kalau tiba-tiba dia ke Romeo atau ke yang lain bilang gue/aku jangan kaget ya.

“Yaudah yuk, nanti keburu macet.” ucap Romeo yang langsung di beri anggukan.

Romeo dengan cepat membukakan pintu mobil sebelah kiri nya untuk Jelita tempati. Jelita tak begitu kaget dengan manner yang Romeo miliki, dia bahkan tak tersipu sama sekali.

“Makasih,” gumam Jelita sesaat Romeo sudah menempati kursi kemudi nya.

“Sama sama, seat belt nya jangan lupa di pasang.” balas Romeo yang langsung Jelita laksanakan.

Jelita menaruh totebag nya di dekat kaki nya, dengan kesusahan Jelita berusaha menarik seat belt nya agar bisa terpasang.

“Kalau ga bisa tuh bilang, jangan diem aja. Sini gue bantuin,” Romeo mendekatkan diri nya dengan Jelita, 2cm pun sampai dengan jarak sedekat ini. Dengan teliti romeo pasangkan seat belt nya dengan kehati-hatian, bak Jelita adalah barang antik yang harus ia jaga.

“Totebag nya gue simpan di belakang ya. Biar kaki lo punya space bernafas dikit.” setiap perlakuan Romeo, Jelita hanya bisa diam membeku, ibarat perlakuan Romeo adalah sihir yang bisa membuat Jelita kaku sesaat.

“Iyaaaa, makasih Romeo!”

“No need.”

Perjalan mereka, mereka lalui dengan di temani radio mobil Romeo yang menampilkan lagu-lagu kesukaan mereka berdua.

Cinta, milik vina panduwinata tiba tiba ada di sela-sela lagu yang sudah selesai mereka karaoke.

“IHHH, Bergetar hatiku saat ku berkenalan dengannya.” serang Jelita dengan lirik lagu pertama yang di nyanyikan.

“Lo suka lagu-lagu lama kayak gini, ya?” tanya Romeo sambil menatap Jelita dengan muka yang penuh tanda tanya.

“Iyaaa! gue suka banget, pas gue kelas 1 smp tuh, gue banyak kenal lagu kayak gini. Dengar lagu lama tuh, healing banget menurut gue.” jawab Jelita dengan excited, sumrigah di bibirnya tak kunjung hilang. membuat Romeo ikut tersenyum dengan kesenangan yang Jelita berikan, Jelita itu happy virus.

Mereka telah sampai di Gedung Parkir Braga CityWalk, untuk memarkirkan kendaraan Romeo.

“Yuk, turun. Mau kemana dulu kita?” tanya Romeo sambil membukakan pintu mobil yang Jelita tempati.

“Duduk di taman Braga aja yuk?” ajakan Jelita Romeo angguki, akhirnya mereka berdua jalan menuju taman braga. Untungnya cuaca siang ini tak begitu panas, membuat mereka berduduk santai di bangku yang di sediakan.

“Nih, gue bawa cookies buat lo sama air minumnya. Mau coba?”

“Mauu, suapin tapi ya?” Jelita hanya bisa meng-iya kan Romeo. Sebetulnya Jelita harus bisa beradaptasi dengan sifat Romeo. Kok bisa dia jadi selucu ini, sih?

Akhirnya mereka berdua memakan cookies itu dengan anteng, tak lupa juga meminum air putih yang sudah Jelita bawakan. Takut-takut nanti serat, lalu kesedak.

“Udah yuk, kita cari makanan beratnya. Terus nigth drive, gimana?”

“Boleeeh, gue mau makan sate deh. Lo mau apa roro?”

“Gue juga mau sate deh, ayo cari sate nya.”

Akhirnya mereka memutuskan untuk membeli dan memakan sate di kaki lima dengan khusyu.

“Ibu, bunga nya berapa?” tanya Romeo menghampiri ibu penjual bunga.

“Harga nya cuma 5.000 a’, sok atuh di beli buat pacarnya yang geulis.” ucap si ibu sambil terkekeh geli melihat romansa anak muda zaman sekarang.

“Beli empat ya bu.” ujar Romeo sambil mengeluarkan dompet nya dan mengeluarkan selembar uang 50.000

“Ini ya a’, ini juga kembaliannya.” Sodor uang 30.000 untuk Romeo.

“Gak usah bu, buat ibu aja. Soalnya tadi udah bilang pacar saya cantik.” celetuk romeo sambil tertawa tipis, membuat Jelita tersenyum samar dengan kedua pipi nya yang sedikit memerah.

“Waduh, hatur nuhun atuh ya a’, teh. semoga langgeng terus ya.” kata si ibu sambil senyum lebar.

Sekarang sudah jam setengah 10, jalan menuju Jakarta tentu saja macet. Mereka cairkan dengan music yang ada di playlist Jelita.

Senja Teduh Pelita karya MALIQ & D’essentials.

“Dunia di kala senja teduh pelita, bertemu dalam ruang rindu nya. langit biru jadi jingga, bawa pesan untuk kita. Silahkan bersatu.” Gumaman pelan dari Jelita membuat Romeo hanyut akan suaranya.

“Dunia merestu.” Lanjut Romeo, yang di hadiahkan tawa dari mereka berdua.

Sampai akhirnya mereka sudah berada di depan rumah Jelita.

“Romeo, makasih ya! Senang jalan-jalan sama lo, kapan-kapan gue yang ajak jalan lo dan traktir lo. Makasih traktiran nya. hati-hati, okey? kalau udah sampai kabarin, see ya!” Celoteh Jelita yang hanya di angguki Romeo.

“Iya bawel, gih masuk, bersih-bersih ya habis ini.” ucapnya sambil mengusak rambut milik Jelita.

--

--