Martabak Manis

tz
2 min readOct 16, 2023

--

Ini adalah kali kedua Rea mengantarkan Nala ke rumahnya, tapi rasanya Rea seperti sudah hapal jalannya. Malam yang sedikit ramai ini juga membuat mereka harus melewati jalanan macet kota Jakarta. Saat berhenti di lampu merah, Nala menanyakan pertanyaan yang sudah ia simpan sejak di apartemen.

“Kak”

“Iya, kenapa?”

“Kakak tadi ngapain di apart? Aku kira kakak ngekos”

“Um.. Iya gue ngekos kok. Tadinya tuh gue mau ketemu temen..” ucap Rea bohong. Ia sendiri bingung kenapa harus berbohong pada Nala.

“Oh.. Temen apa temen kakk??” goda Nala yang membuat Rea malah menjadi gugup.

“Ya.. Hahaha iya iya bukan temen. Gue tadi mau ketemu Yuki”

“Ohh! Kak Yuki ketua BEM tahun lalu?”

“Iya dia..”

“Eh kata kakak bukan temen.. Emang dia siapanya kakak — ” lampu merah kini berubah jadi hijau, tapi Rea sudah mendengar pertanyaan Nala dengan jelas.

Tak lama setelah itu, Rea meminggirkan motornya dan mereka berhenti di kedai martabak.

“Kakak laper?”

“Ngga sih, ini buat lo bawa pulang aja.”

“Hah, gausah kak! Aku gamau ngerepotinn”

“Ya gapapa, ini buat orang rumah lo.” ucap Rea meninggalkan Nala ke arah penjual dan memesan martabak manis. Setelah itu, ia sudah kembali dengan Nala di dekat motornya.

“Kenapa sih kak sampe beliin martabak segala..”

“Tanda maaf dan makasih ke ortu lo, La. Maaf karna anaknya jadi pulang malem”

“Terus makasihnya?”

“Lebih ke lo sih itu.. Gue mau cerita ke lo tentang Yuki. Is it okay by you?”

Sure.. Selama bikin kakak lega, cerita aja.”

“Okay jadi …”

Rea pun mulai bercerita tentang kedekatannya dengan Yuki yang sudah berlangsung sejak lama, tepatnya saat Rea masih menjadi mahasiswa baru dan Yuki lah mentor ospeknya.

Keduanya bahkan sudah menyadari kalau hubungan mereka bukan sekedar teman dan saling menyatakan cinta. Hanya saja, saat Yuki menjabat sebagai Ketua BEM kampus, ia memilih untuk fokus dengan jabatannya dan meminta Rea untuk mengerti. Sebagai seorang bucin, tentu Rea mengiyakan.

‘Aku ga bisa pacaran dulu kayaknya, Dre’

‘Kita kayak begini dulu… Gapapa kan?’

‘Aku nyaman sama kamu, Drea.. Aku gamau kamu pergi.’

Kurang lebih, itulah kata-kata yang Yuki katakan pada Rea saat ia menanyakan hubungan mereka, tepat setelah pengumuman jabatan Yuki sebagai Ketua BEM. Dan itu memiliki memori tersendiri bagi Rea, yang.. tidak begitu menyenangkan baginya.

“Gitu deh, La.. Panjang ya?” kata Rea yang kini sudah menenteng plastik martabak manis sambil tersenyum lucu mengingat penjelasannya yang seperti terlalu lama.

“Ng.. Ngga kok kak. Terus sekarang gimana? Kak Yuki masih belum ada kabar?”

“Ngga sih, tadi terakhir ngabarin pas di apart gaada. Sekarang mau cek tapi hp gue mati”

“Yah..”

“Tapi, La. Gue bingung sebenernya sekarang.. Gue gatau dia maunya apa dari gue, dari hubungan gue dan dia,”

“Dengan dia yang mulai sibuk lagi, kemungkinan besar sih dia bakal balik bilang mau fokus dulu kayak waktu kemaren.” tambah Rea sambil mengaitkan bungkusan martabak manis di kaitan depan motornya.

“Terus..?”

“Ya terus.. Gue digantungin lagi.”

--

--