vixen
38 min readJun 6, 2024

Disclaimer :

  • Karakter NANAMI KENTO dari JUJUTSU KAISEN original milik GEGE AKUTAMI. Narasi merupakan hiburan semata
  • Cerita NSFW & Terdapat kegiatan seksual. Tidak disarankan membaca jika usia masih di bawah 19 tahun 🔞
  • Cerita seluruhnya milik author & enjoy the story

Kamu belum pernah merasa tubuh mu selumpuh ini seumur hidupmu. Bahkan untuk membuka mata saja kamu seakan tidak sanggup.

Mata membulat, mengerjap, dan wajahmu kembali merah karena teringat kejadian semalam. Pagi ini tubuhmu masih tertutup oleh bed cover warna putih sampai ke leher. Kamu tiba-tiba saja saja takut melihat keadaan tubuhmu sendiri.

Tapi yang kamu rasakan adalah, tubuhmu tak lagi panas seperti kemarin. Berhubungan seks dengan Kento ternyata meredakan heat mu dengan sangat baik. Kamu kembali bersemu.

Omong-omong soal Kento, membuat kamu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kento tidak ada di kamar. Entah kenapa rasanya tiba-tiba kesal tidak melihatnya setelah apa yang kalian habiskan semalam.

Suara ketukan pintu yang sesaat kemudian terdengar di telingamu, membuatmu seketika mengalihkan pandang. Kamu mau berdiri tapi bagian kemaluan mu masih terasa perih, jadi dengan suara serak, karena suaramu habis untuk mendesah semalam kamu berseru pada siapapun yang ada di luar, mengizinkannya masuk.

“Eh, nyonya udah bangun…” Salah seorang pelayan di rumah Kento menyapamu dengan senyum cerah. Kaori namanya, dia salah satu yang paling dekat denganmu karena usia kalian yang tak terpaut jauh. Kaori lebih muda darimu. Ia sangat energik dan cerewet sesekali. Membuatmu merasa seakan punya adik perempuan.

“Sini saya bantuin, nyonya.” Kaori dengan cekatan menghampirimu, ia membuka bed cover mu yang semula tidak kamu singkirkan karena takut, namun kini yang kamu lihat malah membuatmu meringis. Kamu sudah memakai piyama mu, tapi kamu bisa lihat dengan jelas bagian dadamu sendiri terdapat bercak cinta yang ditinggalkan Kento, di tambah Kaori yang mesam mesem dengan senyum usilnya.

“Semalam tuan Nanami tuh bersihin nyonya sendiri, lho. Pas tuan turun kiranya mau minta tolong saya buat mandiin nyonya. Suaranya kedengeran sampe lantai bawah, lho. Jadi nggak nguping beneran! Ternyata tuan minta baskom sama handuk bersih, ya udah deh saya ngikutin ke kamar. Jaga-jaga aja kalo tuan ada butuh lagi nggak usah naik turun, ternyata nyonya udah gak sadar, tapi tuan telaten banget bersihinnya.” Tanpa diminta kaori menceritakan hal itu, kamu menunduk memainkan ujung jarimu. Mengetahui Kento memberikanmu after care membuat hatimu menghangat.

“Gapapa nyonya. Saya malah senang, sejak ada nyonya rumah tuan Nanami gak banyak diem kayak dulu. Tuan Nanami jarang punya temen soalnya, saya senang juga ternyata istrinya tuan baik ke anak buahnya juga. Semoga cepet jadi ya momongannya, nyonya. Biar makin rame rumahnya.” Kaori berujar dengan tulus saat melihat wajah mu yang di sembunyikan.

Kamu tersenyum malu-malu. Mendengar apa yang dikatakan Kaori, hal itu membuatmu merasa diterima di mansion ini. “Makasih juga ya Kaori, sudah baik sama saya selama disini. Semuanya baik sama saya, sampai kemarin saya ngerasa apa yang saya alamin sebelum kesini itu semuanya mimpi buruk.” Kamu berujar dengan mata berkaca-kaca. Kaori terkekeh melihatmu.

“Ya udah… saya bantuin mandi yuk, nyonya. Tadi tuan nitip pesen, nyonya kalau udah enakan diminta ke ruang kerja tuan. Tuan hari ini nggak kemana-mana jadi gak usah buru-buru, gitu katanya.” Kaori membimbingmu menuju ke kamar mandi di dalam kamarmu itu. Ada rasa lega ternyata, mendengar Kento ada di rumah.

Setidaknya, kamu tahu Kento tidak menghindar darimu setelah malam panas dan brutal yang kalian habiskan bersama.

Kamu mengetuk pintu ruang kerja Kento tepat pukul sepuluh pagi, seusai kamu sarapan. Tak perlu waktu lama, suara beratnya menggema terdengar dari tempatmu berdiri. Ia mempersilahkan masuk dari dalam ruangannya.

Malu-malu, kamu membuka pintu. Pagi ini kamu pertama kalinya melihat dia sebagai suami, suami sepenuhnya yang kamu cintai secara jasmani maupun rohaninya. Bukan lagi sekadar suami yang menikahimu gara-gara takut kamu kabur karena tidak mau membayar hutang ayahmu.

Kento melirikmu masuk, hanya sebentar saat mata kalian bertatapan dan ia kembali fokus pada MacBook miliknya. “Istriku cantik sekali pagi ini.” Hanya itu, tapi apa yang kamu dengar sudah mampu membuat jantungmu berdegup kencang.

Oh, semalam mulutnya sangat kotor. Kenapa pagi ini manis sekali, jangan sampai ya dia membuat kamu kepikiran membuka celana dalam mu disini dan menunggangi penisnya lagi. Eh? Bukannya itu sudah kepikiran?

Kamu cepat-cepat mengerjapkan mata, menghalau pikiran kotor dari kepalamu itu.

Kamu mengalihkan pikiran mu dengan mengitarkan pandang pada ruang kerja Kento. Ruangan itu dipenuhi berbagai macam buku di rak temboknya yang tinggi-tinggi. Sofa empuk dengan lemari besar yang dipenuhi berbagai berkas. Serta ada beberapa pajangan dan cukup banyak piagam dan foto-foto Kento dengan orang-orang penting yang kemungkinan itu adalah client nya.

Ruangan ini bagaikan benteng milik Kento. Kamu bisa melihatnya, tapi ia yang selalu menjaga batas dengan mu setiap kali memasuki ruangan ini, kini mengundangmu sendiri ke dalam ruang pertahanannya. Kento yang workaholic itu menyisihkan waktunya untuk mu. Membuka dirinya lebih banyak, ia ingin kamu lebih mengenal sosok suamimu itu.

“Duduk disini, aku mau membicarakan tentang apa yang kamu tanyakan padaku kemarin.” Kento menutup MacBooknya. Ia berjalan menuju ke lemari besar itu, mengeluarkan setumpuk file. Ia meletakkan file tersebut diatas meja kaca yang ada di tengah-tengah sofa ruang kerjanya itu. Ia menepuk tempat di sebelah dirinya dia atas sofa itu.

Kamu bingung, memang apa yang kamu tanyakan padanya?

Jelas saja kamu tak bisa mengingatnya, semua yang kamu ingat hanyalah tentang penis Kento yang menghujam kasar lubangmu. Kan. Pikiran nakal itu muncul lagi.

Kamu perlahan menghampirinya dan duduk mematung di samping Kento, Kento yang melihatmu duduk dengan menjaga jarak darinya tanpa ragu kini langsung menarik pinggangmu mendekat. Membuatmu berjengit karena remasan tangannya di pinggangmu dan kamu bisa mencium aroma favoritmu dari tubuhnya lebih jelas.

Kento mulai membuka berkas tersebut. Ada berbagai macam angka-angka, nama, dan entahlah grafik yang kamu tidak paham.

“Hm… Kento, maaf tapi aku lupa apa yang aku tanyakan padamu kemarin?” Kamu mengedipkan matamu dengan polos, benar-benar lupa atas apa yang kau racau kan kemarin.

Kento balas menatap matamu dengan lembut, warna matamu yang sudah kembali normal. Pria itu menyibakkan rambutmu ke belakang telinga saat melihat ada bagiannya yang menghalangi wajahmu, kamu tersenyum malu karena gestur tubuhnya yang penuh afeksi itu.

“Kamu kemarin tanya kan, kenapa kok aku nikahin kamu dengan alasan jaminan? Terus malah bilang jangan-jangan aku nikahin semua orang yang punya hutang sama aku, abis itu ngomel-ngomel katanya disini kamu kayak perabotan aja gara-gara aku cuekin.” Pria itu menjelaskan secara rinci apa saja yang kamu katakan padanya.

Kamu malu sekali. Jelas, betapa kamu menginginkan pria itu menyentuh mu sampai mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal yang sialnya suami mu mengingat itu semua.

Kento terkekeh kecil melihatmu yang salah tingkah. Kamu kesal gara-gara digoda langsung menepuk paha Kento pelan.

“Baik, baik maaf…” Gumam nya lagi namun dengan kekehan pelan yang masih bisa kamu dengar.

“Nah, pertama aku mau tanya. Do you know her?” Kento kembali pada fokusnya, ia mengeluarkan selembar foto padamu dari sebuah buku yang ada pada folder file tadi juga.

Foto dua orang gadis remaja dalam seragam SMA, tertawa ceria dengan tangan merangkul satu sama lain. Kamu menatapnya dengan cermat, salah satu yang berambut bergelombang membuat mata mu membulat.

“Ini ibuku, Kento!” Serumu. “Kamu dapat foto ibuku dari mana?” Kamu menatap Kento serius kini. Namun suami mu menjawab santai, “Dari mama ku.”

“Tunggu. Ini gimana sih maksudnya?” Kamu mulai kebingungan.

“Gini lho, (Y/N). Sayang, yang ini nih mama ku. She is your mom's best friend. Childhood friends tepatnya. Jadi mama ku dan ibumu temenan dari SMP. Cuma karena mama ku nikah duluan dan di bawa papa ku ke Denmark, mereka jadi sempat putus kotak. Sampai akhirnya mungkin satu atau dua tahun yang lalu, aku pindah kesini. Disuruh ngurus cabang sama keluargaku. Mamaku sempet nganter aku kesini, dan dia ketemu lagi sama mama mu pas gak sengaja mampir di butiknya. Butik kamu sekarang itu. Mereka akhirnya sharing, how’s their life, punya anak berapa, of course dia cerita tentang aku ke ibumu. Mereka dari awal memang sudah niat jodohin kita.” Kento bercerita secara rinci. Sesuatu yang ibumu belum pernah ceritakan padamu akhirnya kamu mengetahuinya dari Kento.

“Aku awalnya gak tertarik pas di kasih liat foto kamu soalnya emang aku nggak berniat cari pasangan.” Kento melanjutkan, mendengar hal itu bibirmu mencebik. Suami mu terkekeh lagi, “Hey, dengerin dulu dong.” Ujarnya dengan nada merayu.

Kamu hanya mendengus, “But they arranged us a blind date if you wanna know, mamaku maksa ketemu kamu. Katanya dicoba aja dulu. She knows you are an omega by the way. Tapi dia nggak bilang ke ibu mu yang nyangka anaknya beta.”

Oh, kini matamu membulat. “Darimana bisa tahu?” Kamu bertanya dengan cepat.

“Organisasi kamu, kalau gak salah kamu pernah ngobrol sama dia kan pas kamu lagi bantu-bantu di butik, kamu ngasih selebaran ke dia. Mama ku juga omega (Y/N). She is impressed about what you and your team did. Dia seneng ternyata ada orang kayak kamu yang kepikiran buat membantu sesama omega. Dia sampai rutin ngasih donasi ke organisasi kalian. And that’s why she insists that I have to know you.” Lanjut Kento.

Kamu hanya bisa terdiam sambil memandangi foto itu lagi. Pantas saja wanita di sebelah ibumu tidak asing. Dia salah satu tamu yang sering datang ke butik mu juga ternyata. Namun memang sejak ibumu meninggal wanita itu tidak pernah mampir maka dari itu kamu sempat lupa wajahnya.

Dan donasi? Matamu membulat. Jangan-jangan orang yang sering mengirimi kamu pesan lewat email itu mamanya Kento?

“Mamamu yang rutin ngasih donasi ke organisasi aku Kento?” Kamu tak percaya.

Kento hanya mengangguk pelan.

“Dia suka ngirim email nggak kalau habis transfer uang?” Kamu menatapnya penuh harap.

Kento menggeleng, namun kepala alpha-mu terlihat menunduk. “Kalau yang itu aku.” Ia bergumam lirih.

“Aku yang awalnya nggak peduli, akhirnya tertarik juga pas liat hasil kerja kalian. Awalnya aku pikir aku mau bantu kalian atas dasar kemanusiaan aja. Tapi lama-lama aku pengen lebih kenal sama kamu. But, I don't know how to start it. Itu sebabnya aku selalu mengirim email ke kamu.” Kamu bisa melihat semburat kemerahan di kulitnya. Kamu tak menyangka ia mengakui apa yang ia lakukan, dan hal ini membuat Kento bersemu.

“Dan terima kasih kamu selalu jujur sama aku, aku gak pernah minta tapi kamu selalu ngasih laporan pengeluaran organisasi mu itu. Setidaknya dari situ aku tahu kamu memang orang yang bisa aku percaya.”

Kamu tak bisa lagi menyembunyikan ekspresi kaget mu itu. Dengan gerakan cepat kamu mendekap suami mu.

The fucking richman that you only knew his email are your husband now. LIKE FUCKING HUSBAND.

“KENTO! Makasih, makasih, makasih! Organisasi ku bisa bertahan karena kamu juga, aku pun bisa melawan rasa takut ku malam itu gara-gara ingat pesan yang kamu kirim. Makasih, Kento.” Kamu mengeratkan dekapanmu. Kento hanya terkekeh kecil melihatmu berkali-kali berterima kasih padanya.

Kento terkekeh kecil, ia membalas pelukanku sambil mengusap-usap lembut punggungmu.

“Hey, aku cuma bantu secara materi. Tapi kamu dan teman-temanmu yang emang punya empati tinggi itu yang bikin semuanya bisa bertahan. Kamu juga bertahan karena kamu kuat, honey. Tapi terima kasih. Aku senang hal yang aku lakukan ada impact nya ke kamu.” Kento mengecup lembut kening mu kali ini. Matamu berkaca-kaca menatapnya. Seakan masih belum percaya atas semua yang baru ia ceritakan.

Tapi hal ini nampak terlalu baik untuk disebut kebetulan. Seakan setelah semua kekacauan yang membuatmu hampir gila, ternyata Tuhan sedang mengatur nasib mu hingga seindah ini.

“Mau aku lanjutkan?” Kento bertanya dengan lembut, kamu menganggukan kepala sembari melepaskan pelukan darinya.

Okay, jadi akhirnya aku setuju pas di aturin jadwal blind date sama kamu. Tapi kamu gak pernah datang, karena malam dimana kita harusnya kenalan secara langsung. Waktu itu mama mu, meninggal. Gara-gara serangan jantung kan?”

Ekspresi mu berubah lagi kali ini, otakmu mencoba mencari serpihan-serpihan di malam dimana kamu kehilangan ibumu. Benar, kamu ingat ibu mu sempat berkata padamu disiang hari sebelum kepergiannya.

‘Nanti malam ketemu temen mama ya, orangnya baik kok. Mama kasih tahu alamatnya ntar.’

Ya itu salah satu kenangan terakhirmu dengan ibumu, namun kamu tak sempat menuruti permintaannya karena memang sore harinya, ibumu tiba-tiba ditemukan pingsan di kamar mandi. Di hari itu, ia pergi selamanya meninggalkan kamu.

“Aku cuma ngerasa nggak enak sempet nolak permintaan nya, Kento.” Matamu kembali berkaca-kaca. Kento dengan sayang mengusap-usap pundakmu.

It’s okay… lagian aku juga awalnya nolak kamu kan? I don’t know if I would fell first and keep falling harder to you.” Ia terkekeh, jari-jarinya mengusap setetes air yang mengalir di pipimu juga. Kamu ikut tersenyum tipis setelahnya.

I believe it was fate. Dari awal mamaku nggak pernah salah memilih kamu buat aku. Kamu nggak tahu kan, gimana happy nya dia pas dia bilang aku berhasil ngajak kamu nikah tiba-tiba.” Kento menangkap kedua pipimu.

“Makasih juga buat ibu mu, walaupun aku belum pernah ketemu, tapi aku dikasih putrinya yang luar biasa ini juga.” Kento kembali mengecup kening mu dengan ringan.

Kamu hanya dapat meleleh mendengar kata-katanya.

“Nah, setelah ibumu nggak ada itu. Baru masalah ayah mu di mulai.” Kento membuka sebuah berkas file lainnya.

Ia menunjukkan surat perjanjian yang pernah Kento bawa ke rumahmu.

“Kamu inget kan pas aku cerita tentang masalah hutangnya itu, yang dia kena tipu investasi, dan uang dari perusahaan yang kontrak dia itu ternyata uang suap?”

Kamu mengangguk, ekspresi Kento berubah serius kali ini.

“Dia memang pinjam duit dari aku benar-benar niatnya cuma buat di kembalikan ke perusahaan itu. Dia nggak mau di seret ke polisi apalagi uangnya udah gak ada kan. Makanya dia terpaksa pinjam dari aku. Dia tahu aku itu putra teman istrinya makanya dia cuma mengharap bantuanku. Cuma waktu itu, dia datang kesini bareng sama istri barunya. Lalu nggak tau dapat ide dari mana, mereka mendaftarkan kamu juga sebagai penjamin yang bikin kamu jadinya harus ikut menanggung hutang mereka.”

Kento menarik nafas panjang sebelum melanjutkan

“Tapi yang nggak ayahmu tahu tentang ibu tirimu adalah, dia sudah berniat jahat sejak awal ke keluarga mu. Uang yang dia bilang hilang kena penipuan itu sebenarnya di transfer ke koleganya istri baru ayah mu. Istri ayahmu memanfaatkan kondisi psikologis ayahmu yang sedang dalam fase kehilangan itu buat ngelakuin apa aja yang dia mau. Iming-iming nya ya lewat investasi itu.

Jadi uang suap dari perusahaan itu nggak hilang. Tapi di sembunyikan. Untuk masalah ini kamu nggak perlu pikirkan ya, aku sudah ketemu sama orang yang bekerja sama dengan istri ayahmu itu. Aku sudah mendapatkan uangnya kembali karena anak buahku langsung mengurusnya. Kamu bisa akses nanti lewat rekening yang aku kasih, okay?

Buat masalah uang ini sudah selesai. Nanti terserah uangnya mau buat apa. Yang penting uang itu sudah aman, ayahmu udah kembaliin uang suapnya juga, jadi kalau nanti namamu di bawa-bawa aku ada bukti. Mereka gak akan aku biarin nyentuh kamu.”

Kento menarik nafas panjang, ia bisa membacamu jika kamu pasti shock mendengar apa yang ia katakan.

“Juga sebelum ayahmu meninggal dia sempat nitip ini. Surat asuransi dan surat penyerahan hak waris atas nama mu.

Dia pesan sama aku, buat jagain kamu. Ayah kamu merasa belakangan perasaannya ga enak, kayaknya disini ayahmu mulai tahu rencana busuk istri nya itu. Makanya dia nitip ke aku surat penyerahan aset untuk ahli waris atas namamu. Dia tidak cerita, tapi aku rasa sepertinya ibu tirimu berencana melakukan balik nama dan mengklaim rumah serta butik peninggalan ibu kandung mu itu. Lalu…”

Kento kini menghembuskan nafasnya dengan berat, “Ayahmu tidak kecelakaan. Dia di buat celaka oleh Sukuna.”

Tenggorokan mu tercekat. Terlalu banyak informasi yang masuk ke kepalamu, dan lagi meninggal nya ayahmu bukan kecelakaan? Kamu sungguh takut tak bisa menerima semua ini, namun disisi lain kamu tidak bisa untuk tidak merasa penasaran.

“Kamu mau tahu?” Kento bertanya hati-hati padamu. Kamu hanya mengangguk pelan.

“Karena tampaknya ibu tiri mu tahu ayahmu sudah tidak mau diajak bekerja sama, dia akhirnya meminta putranya merusak rem di mobil ayahmu… Aku melihatnya sendiri di bangkai mobil milik ayahmu saat penyelidikan. Ini sebagian gambar dari rekaman CCTV di sekitar rumah kalian sebelum ayahmu bekerja. Mereka melakukan hal ini karena mereka pikir akan tetap dapat warisan, tapi nyatanya ayahmu lebih pintar.”

Kento menunjukkan foto dari seorang pria yang kamu kenal memang itu Sukuna. Tato pada lengannya jelas menunjukkan kalau itu dia meski sebagian mukanya tertutup hoodie.

Kamu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kamu tak pernah tahu jika Kento mengurus semuanya di belakang mu, hidup yang kamu kira merupakan nasib buruk ternyata merupakan hasil karya dari sebagian parasit yang sempat singgah di hidupmu namun Kento memanfaatkan segala yang ia bisa untuk menarikmu dari situasi itu.

Hanya saja jika tahu ayahmu pergi karena di buat celaka oleh orang lain, kamu sungguh berat rasanya mengikhlaskan semua ini. Di tambah rasa bersalahmu karena kamu sempat merasa jengah pada sikapnya setelah menikahi wanita itu.

“Jadi, jika aku boleh jujur. Aku berbohong padamu jika waktu itu aku akan menjebloskan mu ke penjara. Itu hanyalah trik yang aku gunakan untuk memancing mu menjauh dari mereka. Aku sudah menempatkan Sukuna dan ibunya juga di salah satu rumah milikku juga sebenarnya supaya hal itu mempermudahkan aku memantau mereka.”

Kento menatap wajahmu yang masih terlihat nge-blank. Ia menggenggam tanganmu dengan hangat.

“Jika masalah tentang kecelakaan ayahmu yang kamu pikirkan, kamu juga tak perlu khawatir. Berkas laporan serta bukti rencana pembunuhan berencana dan penipuan sudah aku ajukan. Aku tidak tahu hal ini bisa menghibur hatimu atau tidak, tapi Sukuna dan ibunya sudah di tangkap satu minggu yang lalu. Jadi, akan aku usahakan keadilan atas kematian ayahmu.” Kento berucap sungguh-sungguh.

Kamu tak pernah tahu jika ternyata selama ini kamu hanya melihat permukaan masalah nya saja. Tak pernah tahu ternyata betapa ayahmu kesulitan menghadapi semuanya. Meskipun ia sempat terlena oleh istri barunya namun pada akhirnya, yang ada pada akhir hayatnya hanyalah keinginan untuk melindungi putrinya.

Hatimu sakit sekali, kamu menunduk hingga tanpa sadar bahumu bergetar dan semakin lama tangis mu pecah.

Kamu menangis terisak-isak seperti saat kamu menangisi ayahmu yang tergeletak kaku di kamar mayat. Rasa amarah, benci, kebingungan bercampur dalam benak mu menjadi sesuatu yang tak bisa kamu ungkapkan tentang betapa kamu ingin membunuh sendiri wanita itu dan Sukuna dengan tanganmu.

Kento yang melihatmu seperti itu tanpa ragu kembali menarik mu duduk di atas pangkuannya.

Kamu menangis di ceruk lehernya sambil melingkarkan tanganmu memeluk bagian leher Kento.

“(Y/N), ayahmu nitipin kamu ke aku sebelum kejadian itu, artinya aku harus melindungi kamu kan? Aku bingung gimana caranya biar kita bisa dekat, tapi aku nggak jago flirting atau chit chat sama orang asing. Aku cuma bisa memantau dari jauh. Tapi nyatanya pas lihat kamu secara langsung, sore itu di pemakaman rasanya aku punya intuisi kalau aku harus berhenti sembunyi di balik bayanganku. I felt like we are made of heaven to be a mate. I dream about you a few times, and I guess it was a sign from God.

Aku marah banget ke diriku sendiri pas aku nggak bisa jaga kamu dari Sukuna. I should run into you earlier. So you won’t felt that traumatic experience.

Tapi sekarang, aku bersumpah mereka bakal busuk di penjara dan membayar apa yang sudah mereka lakukan pada mu, pada ayahmu.” Dengan sayang Kento mengelus tangan mu yang masih ia genggam.

Kamu mengangkat kepalamu, wajahmu sudah basah. Kamu menatap satu-satunya orang yang kini kamu miliki di hidupmu.

“Kento, do you love me?” Kamu berujar dengan suara parau. Entah kenapa rasanya ingin mendengar dia kembali meyakinkan mu.

Memberikan validasi jika ia akan terus ada untukmu, rasa ketakutan akan kehilangan sosok keluarga mu membuatmu rasanya khawatir juga hal yang sama terjadi pada Kento, ditambah pekerjaan Kento yang juga tidak biasa seakan-akan mampu membuat suami mu mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh ayahmu.

Kamu tidak yakin kamu akan tetap waras jika harus kehilangan Nanami Kento, suami mu. Dia segalanya bagimu sekarang.

Tanganmu meremas erat-erat baju Kento pada bagian dada. Kamu menatapnya dengan sorot mata menuntut.

Kento mendongak, tangannya melingkar di pinggang mu sembari menatap wajahmu yang masih bercucuran air mata. Setiap kali netra kalian bertemu, dan saling menyelami satu sama lain rasanya perasaan mu ke Kento semakin membuncah. Ketika satu tangan Kento yang sebelumnya melingkar di pinggang mu naik dan mengusap pipi basahmu yang terasa hangat di kulitnya.

"Aku tidak paham dengan konsep apa yang kamu maksud dengan cinta. Memahami cinta nampaknya terlalu dangkal kalau kamu menggambarkan cinta itu bagaikan kisah romansa di film-film.

Tapi karena kamu milikku, dan kita sudah mating. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya atas hidupmu, menjagamu dari hal-hal yang mengancam jiwa mu, dan melindungimu dari orang-orang yang membuat hidupmu sengsara. Aku bersedia melakukan nya, seumur hidupku. Selama kamu tidak berkhianat, honey.

Jika kamu mau menganggap hal itu sebagai bentuk rasa cinta yang aku tunjukkan padamu, ya... Saat ini pasti aku sudah jatuh cinta padamu. Karena kamu satu-satunya yang mampu membuatku melakukan hal itu.

Aku memiliki mu seluruhnya, dan kau memiliki aku, sebagai alpha-mu."

Kento mengucapkan semuanya dengan begitu terperinci, tanpa kebimbangan. Tanpa keraguan di sorot matanya, tanpa ada kebohongan dari bahasa tubuhnya. Kamu hanya ingin mendengar pria itu menjawab, ‘Ya, aku mencintaimu’

Tapi Kento menjabarkan semua yang ia pendam terhadapmu selama ini. Ia serius saat mengatakan bahwa kamu adalah tanggung jawab seumur hidupnya yang akan ia jaga dengan jiwa dan raganya.

Kento akan menjaga sanctuary miliknya agar tak tersentuh apapun yang mampu menodai kebahagiaan omega yang dicintainya.

Alpha mu memberikan mu validasi yang kamu mau. Seolah dia tidak memberikanmu kesempatan untuk tak percaya padanya barang sedetikpun.

Kamu berhasil meruntuhkan benteng pertahan Kento. Membuat ia kini seluruhnya membuka hati, jiwa, dan raganya seluruhnya untuk mu. Benteng yang sebelumnya ia bangun untuk menutupi sebagian dirinya darimu kini hanyalah puing-puing yang tak berarti. Kento kini mengizinkanmu memasuki dunianya. Ia menerimamu seutuhnya menjadi pengantinnya yang dia cintai tanpa ada keraguan.

Kamu mau menyandarkan hidupmu padanya, seumur hidup bersamanya, menua dengannya, dan mungkin mati dalam pelukan Kento saat rambutmu sudah memutih nanti.

“Kento, I’ve been yearning for you all this time and I hope you will never get tired of being loved by imperfect women like me.

Ucap mu dengan sungguh-sungguh tanpa melepaskan netra kalian yang memang penuh tersirat akan dambaan pada satu sama lain. Merindu satu sama lain.

Detik berikutnya kamu di atas pangkuan Kento yang lebih dahulu menubrukkan kedua belah bibir mu di atas bibirnya. Membuat Kento melenguh lembut karena tindakanmu yang tiba-tiba.

Kamu yang lebih dahulu melumat bibir suami mu itu, sedangkan tangan Kento mengusap-usap pinggang mu dengan tangan besarnya dari luar kemeja knit berwarna baby blue yang kamu kenakan.

Mulut mu kini tanpa ragu sudah menggigit nakal bibir bawahnya yang disusul dengan lidahmu menjilat nya penuh provokasi, mencari celah terbuka diantara bibir Kento yang tentunya disambut Kento dengan senang hati saat kamu mempertemukan lidah kalian kembali, kamu merasakan permukaan lidah Kento yang terasa panas dan kasar. Kamu bisa merasakan lenguhan nikmatnya. Bahkan dadanya yang sesekali naik turun, mencoba menarik pasokan oksigen, dia ingin menciummu lebih lama.

Saliva yang menetes di dagu Kento seakan menandakan bagaimana kalian sangat menikmati satu sama lain. Tangan Kento sudah berpindah, kini meremas tengkuk mu dan kembali menekannya. Ia mengusap tengkuk mu yang terbuka itu karena kamu mengikat ponytail rambut mu, jarinya yang memiliki permukaan hangat itu membuatmu berdesir.

“Nghh~ Mmhh….” Kamu mengerang lembut dan pada akhirnya tetap kamu yang lebih dahulu mengalah, melepaskan ciuman kalian yang menyisakan benang saliva diantara bibir satu sama lain. Pipimu memanas.

Tatapan hangat penuh gairah di mata Kento membuat kamu menginginkan alpha mu lagi.

“Don’t say you are imperfect. Even aphrodite would be jealous of you, you are such a pure perfection. God must be happy when he created you, my Eve.”

Ah, Kento dan kalimat rayuan poetic nya. Dia bilang tidak pandai flirting, yah… Mungkin itu benar. Kata-kata yang ia gunakan terlalu indah dan puitis jika hanya sekadar flirting. Like a Shakespeare blood run into him.

Kamu mengusap sudut bibir Kento, membersihkan sisa saliva milik kalian dengan ibu jarimu, sebelum kini gantian kamu yang mulai mengecupi wajah Kento seperti ia biasa mengecupi wajah mu.

Mulai dari kening, turun ke kedua matanya yang ia pejamkan saat kamu membubuhkan kecupan lembut disitu, kamu meraba alis Kento dengan anak-anak rambut halus pada ujungnya, bulu matanya lentik namun tidak mengurangi kesan jantan darinya. Kemudian turun lagi ke hidung mancung Kento, lalu ke philtrum, dan berpindah ke kedua pipi serta rahang tegas suamimu yang kini kamu usap dengan penuh puja.

Kento membiarkan kamu menikmati setiap jengkal fitur wajahnya yang jarang kamu perhatikan, bagaimana tekstur kulitnya, kerutan kecil, garis halus di sudut-sudut tertentu wajahnya, bahkan rambut-rambut kecil dengan tekstur sedikit kasar karena Kento baru saja bercukur tak luput dari matamu.

Dia tampan, kamu tahu. Tapi kali ini berbeda, kamu juga merasakan rasa posesif seakan takut orang lain jatuh cinta pada suami mu yang luar biasa ini.

“Enjoying your view?” Suara rendah dan basah Kento membuat matamu mengerjap, tersadar dari sihirnya.

Tubuh Kento masih bersandar pada sofa, dengan tangan yang aktif mengusap-usap punggung mu yang ada di atas pangkuannya.

“It’s wonderful. You are so lovable, my lord.”

Hangat. Hati Nanami Kento begitu hangat mendengar jawaban istri nya yang selalu mampu membuatnya bersemu dan salah tingkah tanpa sadar. Kamu jujur, memiliki tutur bahasa yang baik, selalu terus terang atas apa yang kamu rasakan, Kento begitu menyukainya.

Kamu pun bisa melihat nya. Rona lembut di wajahnya yang demi Tuhan terlalu indah untuk dilewatkan barang sedetik.

“I can see your eyes change into silverish blue, do you get horny my honey?” Apa yang dikatakan Kento membuatmu mengerjap tanpa sadar. Astaga, kamu ingin membantah tapi kenyataan jika bahkan tubuhmu tak bisa berbohong, hal itu hanya membuatmu merasakan malu di hadapannya.

Kamu menundukkan kepalamu, kini menghindari tatapan dari bola mata hazel kehijauan Kento yang nampak semakin penuh gairah. Kamu belum sempat menjawab tapi bibir Kento mencuri sebuah kecupan darimu dan tanpa kamu duga, ia membuatmu memekik pelan ketika tiba-tiba saja kamu tubuhmu di gendongnya dengan mudah.

Kamu tahu, kamu tubuhmu tipe yang berisi. Tipikal curvy shape dengan bagian dada, paha dan, pantat yang montok namun lebih kecil di bagian pinggang. Tapi Nanami Kento mengangkat mu dengan mudah.

Kontraksi otot di lengannya bisa kamu rasakan dari balik kaos V-neck warna navy milik Kento. Membuatmu tidak ragu menyandarkan tubuhmu dan melingkarkan lengan mu di lehernya. Kento tersenyum melihatmu bermanja padanya. Dengan cekatan ia berjalan ke arah pintu yang ada di ruangan kerjanya itu yang ternyata merupakan connecting door yang menghubungkan antara ruang kerja dengan kamar pribadi Kento.

Pipimu menghangat dengan semu merah, ini pertama kalinya dia mengajak kamu memasuki ruangan ini juga. He already let you invade his personal space, only for you.

Kamar tidur Kento lebih luas dari kamarmu namun dengan ranjang berukuran sama dengan milikmu, terdapat TV LED berukuran besar, kursi malas dengan setumpuk buku pada meja kecil di sampingnya.

Balkon kamarnya memiliki jendela-jendela tinggi, beberapa lukisan, koleksi kaset piringan hitam dan gramofon yang terlihat vintage, serta barang-barang seni yang ia koleksi juga, seperti patung kecil dengan pahatan unik. Nampaknya Kento menyukai hal-hal klasik.

Cocok sekali dengan karakternya.

Ruangan kamarnya hangat, terutama ranjang empuk miliknya, tempat dimana ia menurunkan mu dari gendongannya. Kamu bisa merasakan setiap sisi Kento di ruangan ini. Aroma tubuh dan feromon alpha mu seakan berebut memenuhi indera penciuman dengan aroma earthy dan sensual miliknya. Kamu tenang sekaligus terangsang, Kento menangkap kilatan itu dari kedua bola mata silver kebiruan mu yang terlihat berkilau.

Kamu beringsut saat tubuh Kento condong ke arahmu. Mengecup keningmu, “Sebentar ya…” Ujarnya sembari tangannya mulai sibuk membuka kaos lengan panjangnya sendiri.

Kamu melihat sekelilingmu lagi. Matamu tertuju pada nakasnya. Ada foto bocah kecil berambut pirang, terlihat merengut dengan kue ulang tahun di depannya, beserta dengan seorang pria dewasa berambut pirang juga dan seorang wanita cantik yang kamu sudah duga itu mamanya Kento.

“Ini kamu?” Kamu bertanya padanya, dengan mata masih sibuk memandangi foto itu. Kento mengikuti arah pandang mu. “Yeah, on my 8th or 9th birthday, I guess. Kenapa? Menyebalkan ya? Kata orang tua ku begitu. Makanya aku simpan disini.” Dia terkekeh dengan tubuh bertelanjang dada, celana panjangnya sudah ia tanggalkan. Menyisakan boxer katun hitam yang sudah tidak mampu lagi menyembunyikan ‘senjatanya yang terbangun’.

Kamu masih memandanginya lekat dengan senyum yang tidak luntur. Tanpa menyadari Kento sudah mulai naik ke atas ranjang, dan merangkak untuk mengungkung tubuhmu di bawah nya.

It’s cute. Kamu grumpy dari kecil ya.” Celotehmu dengan jenaka.

Ah, sial padahal belum ada 24 jam sejak ia menggagahimu tapi kini rasanya sesuatu di antara selangkangannya berontak lagi. Padahal hanya candaan klise seperti itu tapi mampu membuat Kento merasakan hasrat binatangnya menggebu-gebu lagi.

Kento mengambil pigura foto itu dari tanganmu, mengembalikannya ke nakas. Ia tak suka atensi mu beralih pada hal lain sekalipun itu hanya potret masa kecilnya. Matanya menatap mu dengan sayu dengan wajah yang perlahan ia tundukkan ke arah mu.

“If it was cute, do you wanna make my carbon copy? A grumpy babies like me? Or if it’s a daughter who lovely just like you might be better.”

Kamu terkekeh malu mendengarnya.

“Let’s make it two. One you like, and the other one same like me.” Kento memancing mu lebih dahulu dan kamu menyambut umpan Kento dengan baik. Sial, Kento tidak bisa menahan diri lagi.

Jadi dengan tangan nya yang menyusup ke pakaian knit bermodel crop top milikmu, Kento mulai meremas payudara mu dari luar kaos.

Nafas panasnya menerpa leher mu ketika ia berbisik, “A cunty omega like you. Need to learn to not teasing your alpha patience, honey.”

Dan detik berikutnya yang kamu rasakan adalah tangan Kento yang semakin aktif menyentuhmu disini dan disitu bahkan tanpa kamu sadari, pakaianmu sudah tergeletak tak berarti di lantai kamarnya.

Seluruh tubuhmu yang nampak masih penuh memori akan sisa semalam membuat Kento menyeringai. Jejaknya ada dimana-mana di seluruh tubuhmu. Kento menadangimu bagaikan sebuah masterpiece yang setiap guratannya ia lukiskan sendiri, indah. Kamu indah sekali. Itu yang muncul di kepalanya, di tambah sinar matahari yang menyelorot memasuki jendela tinggi di kamar Kento yang menerpa kulitmu. Membuatmu nampak seperti seorang dewi yang memang di turunkan untuk Kento dari nirwana.

Oh, seberapa Kento tak berencana melakukan ini lagi. Ia tahu jelas bagaimana jejaknya di tubuhmu semalam saat ia membersihkan mu. Memang dia sengaja mengambil libur untuk menemanimu lebih lama untuk membicarakan masalah kalian sebelumnya.

Namun kini rasanya sulit sekali baginya menolak mu. Kento tidak tahan ingin merasakan jepitan vagina omeganya yang seksi lagi. Jadi menurutnya, seks di siang bolong hingga malam hari nanti mungkin tidak masalah mengingat bagaimana kalian sudah menahan diri akan satu sama lain selama ini.

“Stop looking at me like that.” Kamu merapatkan paha, tanganmu menutupi payudara sintal mu membuat Kento menggeram dan kembali menindihmu.

“Who made you like this, honey? Tell me who are the maestro of this magnificent art, my graceful little slut…”

Wajahmu memanas. Sial, mulut kotor Kento kembali lagi akhirnya. Kento mengarah kan dagumu, membuat wajahmu yang tertunduk menghadapnya. “Answer me~” Suara beratnya terdengar manja di telingamu.

Karena provokasi dari Kento inilah kamu mulai merasakan bagian vagina mu mulai bertambah becek oleh cairan milikmu, jelas aroma feromon mu ikut bertambah pekat, mata Kento berkilat penuh nafsu saat kamu yang semula hanya menggigit bibir mu kini tangan mu meraba dadanya. Kamu merasakan betapa panas suhu tubuhnya dengan telapak tanganmu.

“You are the maestro of my body. Paint my naked body with your obscene desire, my lord.”

Kento kembali menyeringai senang. Wanita yang ia cintai selalu mampu memberikannya jawaban yang ia inginkan. Oh, wanita cerdas dengan tubuh seksi, Kento tak tahu bagaimana lagi caranya harus bersyukur akan kehadiranmu di hidupnya.

Kento baru saja ingin menubruk tubuhmu. Tapi gerakannya terhenti ketika kamu melingkarkan lengan mu dengan manja di lehernya, bergelayut disitu, tatapanmu seakan menginginkan sesuatu.

“What you want, honey? Tell me…” Ia mengelus rambutmu sembari menarik ikat rambut mu, membuat rambut bergelombang mu yang semula di ikat ponytail itu langsung tergerai.

Kamu menatapnya ragu-ragu, “Kento, if you let me I wanna make you feel good too. Can I do the job you did yesterday?” Alis Kento berkerut. “Maksudnya bagaimana, honey?

“That job Kento, ugh…God! I wanna feel you inside my mouth too!”

Wajahmu memerah malu, namun Kento seketika terkekeh kegelian, astaga. Bahkan caramu meminta izin padanya begitu menggemaskan.

Kento mengangguk kecil, ia mencuri kecupan manis dari bibirmu. “Yes, you can. This your first time right? It’s okay to do it slowly, I will guide you, honey. Come here~”

Tubuh tingginya menjulang di depanmu saat ia hendak memposisikan diri dan duduk kembali, Kento bersandar pada kepala ranjangnya.

Jari telunjuk Kento bergerak untuk memberikanmu kode menghampirinya. Kini gantian kamu yang naik ke atas tubuhnya.

Kento menunduk dan kembali mencium mencium bibirmu dengan gemas, “Lihat, dia seneng banget mau kamu ajak kenalan sama mulutmu.” Tangan Kento membimbing tangan mu menyentuh bulge berdenyutnya yang terasa sudah lembab dan hangat.

“Kamu mau coba kayak aku kemarin kan? Coba kemarin aku ngapain saja di inget.” Kamu kembali mengangguk, mengingat-ingat apa saja yang kemarin Kento lakukan pertama kali, jadi sekalipun terasa ragu, Kamu di atas tubuh Kento perlahan mengecup leher suamimu, membuatnya terkekeh kegelian.

Perlahan ciuman mu berpindah ke jakunnya, kali ini membuat suamimu menggeram lagi.

Ah, suara itu…

Dia membuatmu lebih percaya diri atas apa yang kamu lakukan.

Bibirmu semakin turun ke dada Kento. Payudaramu yang menggantung, putingmu yang bergesekan dengan kulitnya kembali membuatmu mendesis. Ah, Kento sangat ingin ‘memakan’ buah dadamu lagi, tapi suamimu menahan diri. Ia sedang memberikanmu kesempatan bahwa kamu juga mampu membuatnya merasakan nikmat.

Kento tahu, kamu tidak ingin hubungan ini berjalan satu arah saja maka dari itu, maka dari itu Kento menghargai niat mu untuk membuatnya senang, padahal secara effortless pun sejatinya menyetubuhimu dengan liar semalam sudah membuatnya seperti berada di taman firdaus.

Kento memperhatikan mu lekat-lekat saat mulutmu turun, mengecupi dada kekarnya. Dengan bibir basah serta gigitan lembut pada dadanya, Kento tahu kamu mengingat apa yang terjadi tadi malam dengan sangat baik.

Sampai di saat mulutmu juga akhirnya sampai pada bagian puting kecoklatan milik Kento. Tenggorokan mu mendadak kering rasanya, jadi perlahan kamu memutarkan lidahmu mengelilingi areola keras suamimu, putingnya juga keras meskipun tidak nampak seperti milikmu yang bengkak dan nampak mancung pada ujungnya.

Kamu menghisap gemas puting Kento, matamu terarah keatas menatap bagaimana ekspresinya. Nafas Kento berat. Dadanya yang sedang kamu jamah naik turun juga karena ia terus berusaha memasok oksigen. Sesekali ia menggeram dan menggeliat kegelian.

Aha~ kamu nampaknya juga tahu jika puting Kento juga titik lemahnya. Jadi dengan iseng kamu mencubit puting Kento yang satunya lagi. Sama seperti yang ia lakukan kemarin padamu, kamu membalasnya dengan tak kalah nakal.

“Ugh~ Keep doing it you little cunt, and I will make you paralyzed for a week, Hmmmhh…”

Kamu kini yang menyeringai, merasakan gairahmu ikut membuncah dengan gerakan penuh provokasi, kamu bagikan tak takut akan peringatan Kento. Mulutmu berpindah mengulum satunya yang sebelumnya kamu cubit, kamu membuat gerakan memutar di atas putingnya, menjepit dan menekan puting suami mu dengan lidah dan sesekali menggelitik puncak putingnya. Gigitan serta hisapan yang kamu lakukan yang jelas menyisakan kissmark, meski tentu kissmark yang ditinggalkan tidak lebih banyak apa yang Kento tinggalkan padamu.

Puas mengerjai puting milik Kento, mulutmu turun, jari-jari lentik mu merayap turun. Kamu merasakan betapa kokoh otot perut nya itu. Setiap pahatan tubuhnya sempurna, kembali membuatmu merasakan rasa posesif akan Nanami Kento.

Oh tenanglah sayangku, alpha mu takkan lari kemanapun, ia sudah bertekuk lutut hanya padamu.

“You did a good job, my sweet little slut. Now, satisfy my weapon.” tangan Nanami Kento yang semula ia jadikan bantalan kepala kini salah satunya sudah turun, rambutmu di remas dan diarahkan pada boxer nya yang sudah nampak menyembul tinggi.

Kento menggesekkan penis miliknya tepat di antara hidung dan mulutmu. Kamu bisa mencium aroma kelelakiannya. Sangat jantan, begitu pekat, memabukkan bercampur dengan aroma feromon Kento sendiri.

Seperti anjing kamu mengendusi penis suamimu. Tak pernah kamu tahu, kamu akan begitu menikmati nya.

Bibir Kento menyeringai miring melihatmu seperti nya mulai kehilangan akal hingga tanpa sadar kamu menggesekkan vagina basahmu sendiri para sprei kasur Kento.

“Heh~” Ia tertawa merendahkan. “Aku belum menyentuh kamu tapi kamu udah kayak anjing minta di kawinin.”

‘Oh Tuhan, sesuatu pasti sudah salah dariku, suamiku mencemoohku tapi yang kurasakan hanyalah birahi yang semakin menggebu-gebu.’

Batinmu frustasi sekali akan bagaimana tubuhmu bereaksi pada kalimat-kalimat kotor Kento.

Kamu berusaha mengalihkan pikiranmu, tubuhmu sudah terangsang hebat tapi kamu masih harus dihadapkan pada penis tegang yang menampar pipimu, tepat setelah kamu meloloskan kain terakhir dari tubuh alpha mu itu. Matamu mengerjap sesaat.

Kini akhirnya kamu bisa memperhatikan bagaimana penis milik Kento secara detail setelah kemarin kamu hanya bisa dibuat mendesah olehnya kini harus gantian kamu yang memanjakannya.

Merah padam pada bagian kepala penisnya, mengkilat oleh cairan precum, uratnya yang kencang dan menyembul membuat ereksi itu semakin gagah.

Aliran darah Kento sendiri rasanya berdesir seluruhnya ke batang keras itu ketika melihat ekspresi penuh puja di matamu.

Entah kenapa rasanya tiba-tiba kamu ragu kejantanannya takkan cukup pada mulutmu, namun nampaknya kini Kento tak mau memberikan kemurahan hatinya padamu. Ia kembali meremas rambutmu dan menghentakkan pinggulnya. Menamparmu kembali dengan kelamin perkasa itu.

“Go. On.” Nada suaranya penuh penekanan.

Hanya dua kata saja, tapi hal itu mampu membuat nyalimu langsung ciut. Kamu menuruti perintahnya.

Lidahmu panas, itu yang Kento rasakan saat pertama kali kamu menempelkan lidah mu pada pangkal penisnya kemudian menjilat nya naik hingga ke kepala.

Detik berikutnya, kamu dengan susah payah akhirnya berusaha memasukkan kepalanya yang merah padam itu kedalam liang mulut mu. Perlahan namun pasti. Itu prinsipmu bahkan disaat penis suamimu sedang menyumpal bibir mu itu.

Kamu pernah baca dari komik porno, jika penisnya mengenai gigi maka akan terasa ngilu. Itu sebabnya meski perlahan, ketika kamu mendongak kamu bisa melihat wajah puas suami mu yang nampaknya bangga karena tanpa di beritahu kamu sudah mengerti bagaimana cara memperlakukan miliknya.

Good… Ahh~ mhhmm… Sekarang percepat temponya. Jangan kena gigi or I will shove it to your throat till you can't breath.”

Meski tak tahu itu ancaman apa bukan tapi jelas kamu khawatir jika itu benar-benar terjadi. Baru setengah saja sudah membuatmu sesak seperti ini.

Jadi kepalamu naik turun mengikuti tempo pergerakan pinggul Kento.

Kamu bisa melihat otot paha Kento yang berkontraksi setiap kali kamu mendorongnya keluar masuk hingga kepala penisnya yang meneteskan precum itu hampir menyentuh tonsil mu.

Urat-urat menyembul yang ada di sekeliling penis Nanami Kento juga bagaikan memberitahumu betapa ia sangat merasa nikmat dengan berkedut-kedut di dalam mulutmu.

Nampaknya kamu mulai terbiasa menerima penis Kento mencabuli mulutmu.

“Heuk… Ngh~ Eumn…. Eunghh~” Hanya suara-suara mesum itu yang keluar dari belah bibirmu setiap kali seiring hentakan pinggulnya yang semakin menggila.

Matamu sudah berair, air mata yang menggenang bahkan seakan sudah ada yang menetes lewat sudut matamu.

Tapi Kento menikmati ini. Omega cantik miliknya, dengan wajah yang merona merah, tersumpal oleh penis besar beruratnya, menatapnya dengan mata bagaikan anak anjing itu, sungguh mampu membuat kehilangan akal.

Ditambah tanganmu yang semula menganggur, kini sudah berani menyentuh kantung skrotum Kento. Kamu memijat-mijatnya pelan zakarnya itu. Bisa kamu rasakan, testis di dalam skrotum milik suamimu menjadi kencang. Dengan gelitikan nakal dari jarimu, kamu bisa dengar lenguhan nikmatnya.

“O… Oh! Baru diajarin sebentar, ahh~ Udah pinter.” Kento tersenyum puas.

Kamu yang mendapatkan pujian seperti itu kini semakin berani mengeksplorasi diri. Kamu yang semula hanya mengikuti gerakan pinggul nya kini akhirnya memanfaatkan kedua tanganmu sendiri, mengocok batang kerasnya, sedangkan tangan satunya pun sibuk memijat-mijat buah zakarnya yang nampaknya sudah siap memuntahkan cairan sperma Kento.

Lidahmu semakin aktif berputar-putar di kepala penisnya, rasa precum yang bercampur dengan lidahmu seakan sudah membuatmu mati rasa. Mengabaikan bibirmu yang bengkak, lidahmu berpindah menggelitik lubang kencing Kento yang tanpa terduga membuat suamimu sesaat bergetar.

“NGHHH~ SHIT…” Kento mengumpat dengan suara keras ketika satu lagi sweetspot nya terjamah olehmu.

Kamu diam-diam tersenyum senang meski penis itu masih menyumpal mulut mu. Rasanya seperti bermain mencari harta karun tapi lebih seru.

Jadi dengan iseng kamu kembali menggelitik lubang kencingnya untuk kedua kali dengan ujung lidahmu bersamaan dengan kocokan tangan mu pada batang kokoh itu kamu percepat temponya.

Kaki Kento kembali bergetar seakan kejang, nafasnya memberat, ia menggeram dengan suara baritone nya terdengar merdu di telingamu.

“Ouhhhh~ good girl, I’m going to.. Ah! Cum-mhhh…”

Kepalamu yang dipegang kuat oleh Kento menerima hentakan pinggulnya beberapa kali. Kali ini dia benar-benar menyodokkan penisnya lebih dalam ke dalam tenggorokan mu. Kamu sempat menepuk-nepuk pahanya. Tapi kamu bisa melihat dari antara selangkangan, kepala Kento yang mendongak, erangan keras dan panjang yang sarat akan kenikmatan, serta urat-urat lehernya yang ikut tegang, kamu tahu ia takkan paham kode yang kamu berikan.

“EUNG~ MMPHHH… KEN.. AKHH! UGHHH!” Kamu ikut meraung ketika lubang kencing Kento akhirnya menyemburkan sperma di dalam mulut mu yang tak mampu menerima keseluruhan cairan kental itu, dengan rasa asing yang belum pernah terpikirkan di kepalamu sebelumnya, namun juga terasa menantang untuk di telan.

Kamu mencoba menahannya di mulutmu saat Kento akhirnya dengan masih berusaha menetralkan nafasnya menarik penisnya dari mulutmu. Sebagian spermanya berceceran. Sebagian menciprati di mukamu, dan sisanya mengalir di dagumu, menetes hingga ke leher.

Kento dengan sigap menarik beberapa tissue yang ada pada nakas juga, di samping pigura foto kecilnya. Ia menghampiri kamu sambil menadahkan tangannya yang beralaskan tissue itu ke arahmu. Ia tidak tega melihatmu kesulitan menelan sperma nya.

“Muntahin aja, honey. It's okay…” Kento menatapmu dengan khawatir.

Kamu menggelengkan kepala. Kamu ingin belajar menelan nya, pikirmu biar Kento memberikan kamu waktu untuk terbiasa dengan ini tapi pria itu berdecak kesal.

“Keluarin. Muntahin di sini, come on. I won't be mad at you. I still have a lot of sperm on my testicle.”

Mendengar apa yang ia katakan, sial kamu hampir menyemburkannya karena merasa geli oleh ucapan menggelitik dari Kento, jadi tak ada pilihan lain selain akhirnya kamu menurut.

Kamu mengeluarkan nya di atas tissue pada tangan Kento.

Setelah kamu memuntahkan semuanya, Kento langsung membuangnya, dia kembali lagi mengambil tissue lainnya yang kini digunakan untuk menyeka sisa-sisa miliknya yang sebelumnya ada di sudut bibirmu dengan telaten.

“Honey, it’s fine to spit it out if you are not used to swallowing my sperm. It would be bad if you force yourself.” Kento menasihatimu, tangannya sibuk namun hal itu tak menghentikan perhatiannya padamu.

“If you wanna make me feel good. Then so am I. Don’t do things that make you uncomfortable. It's your first time giving a blowjob to your husband, and I guess you did it so great. I felt good, and I really enjoyed it. Anyway, sorry if I got feral before.”

Kento menatap wajahmu. Mulutmu sudah bersih, ia tersenyum begitu lembut padamu. Bibirnya mengusap-usap bibir bawahmu yang terlihat bengkak. Kemerahan, seperti buah cherry matang.

“Akun nggak bakal kemana-mana jadi kita bisa sering latihan, sampai kamu terbiasa.” Senyuman nakalnya membuatmu cekikikan malu.

“I thought it would be easy, I don’t know if it's kinda hard for me.” Kamu pura-pura mencebikkan bibir mu.

Melihatmu seperti itu, rasanya penis Kento sudah mengeras lagi. Tangan yang semula sibuk membersihkan mu kini sudah merayap lagi ke pahamu. Membuatmu kembali berdesir.

“Should we continue it, my bride?” Masih dengan senyuman malu, kamu menganggukkan kepala.

Tentu saja mau! Vagina basah mu meraung-raung minta dihujam oleh penis Kento lagi, mana mungkin tidak mau.

Melihat itu Kento tanpa ragu langsung meremas bokongmu, jari panjangnya meraba bagian vagina mu dari belakang. Ia bisa rasakan basah di jari-jarinya, seakan menuntut Kento untuk segera memuaskan mu juga.

“Mau coba gaya baru nggak?” Kento berujar nakal, padahal kamu sudah merem melek keenakan saat jari-jarinya itu membelai dan membelah labia mu. Hanya di gelitiki saja, kamu frustasi sekali sejujurnya. Kamu ingin merasakan lebih, di cubit pada klitoris mu, kamu ingin jari panjangnya menggaruk lubang vagina mu tanpa ampun.

Jadi kamu hanya bisa mengangguk lemah. “Mau Kento, mau… Ahh~” Kamu menggoyangkan pinggul mu sendiri yang membuat Kento tentu langsung mencubit klitoris itu.

“Impatience little slut.” Desisnya dengan nada rendah tepat di depan wajahmu sebelum ia beranjak dari hadapanmu dan kembali berpindah, menyandarkan tubuhnya pada headboard. Kento menepuk paha nya, penisnya yang sudah kembali berdiri tegak juga bergoyang-goyang pelan seakan ikut memanggilmu.

“Come here, sit on my lap. Aku mau lihat memek kamu yang lacur itu.” Nafasmu berhembus begitu berat.

Oh, Nanami Kento dan duality nya itu selalu mampu membuat nafasmu tercekat. Bagaimana dia sedetik yang lalu begitu gentle dalam memperlakukanmu dan detik berikutnya menjadi pria liar dengan kata-kata frontal dari mulutnya yang mampu membuatmu merasa jadi jalang paling beruntung di seluruh dunia.

Kamu mengikuti perintahnya. Naik di atas pangkuan suami mu dan membiarkan Kento menikmati tubuhmu yang tak lagi tahu malu akan tatapan laparnya.

Kamu bisa merasakan penis keras nya yang membuatmu berdesir, batang penisnya menggesek bibir vagina mu. Siap untuk menghajarmu dalam sekali sentakan.

Saat tangannya meraba kembali pahamu, disitu kamu tahu, Kento sedang memberimu kode untuk membuka pahamu yang semula tertutup rapat. Tak perlu kata-kata ketika sorot matanya sudah mengatakan semuanya.

Seringai puas itu langsung terlukis di wajahnya, di depan mata Kento sudah tersaji kamu yang memamerkan vagina merah mu yang merekah itu di hadapannya. Dadamu yang montok dengan puting mengacung kencang tak luput dari penglihatannya. Cairan pelumas alami mu sebagian ada yang mengalir dan ikut membasahi penisnya yang terjepit di antara daging nikmat itu.

“Do you still wanna make me feel good?” Kamu mengangguk lagi, “Yes my lord, let me. I beg you.” Kamu menjawab dengan suara parau.

“Then, put it on your pussy. By yourself.” Tangan Kento yang tidak bisa diam kembali menguleni bokong mu.

PLAK!

“NGHH~” Kamu mengerang keras, pipi bokongmu di tampar olehnya seperti semalam ketika ia tak melihatmu bereaksi.

“Eyes on me, your mind also on me. Don’t dare think another fucking stuff when you are under my control, slut.” Kento menggeram posesif, ia meremas bekas tamparannya yang nampak masih kemerahan, nyeri dan panas bersatu membuatmu hanya bisa terengah-engah.

Oh, Kento tak tahu jika sebenarnya yang dari tadi kamu pikirkan hanyalah bagaimana cara memasukkan miliknya ke liang mu meski memang kini milikmu sudah licin tapi bukan berarti memasukkan rudal balistiknya semudah itu kan?

Melihatmu yang nampaknya masih kesulitan di bawah sana, akhirnya tangan Kento terulur ke arahmu. Tak tega melihat istrinya yang nampak hampir menangis karena tidak bisa mendapatkan penisnya. “Hold my hand, honey. Lift your hips. I’ll push it by the bottom.”

Mendengar itu rasa khawatirmu sedikit meluruh. Kamu menggenggam tangannya, jari-jari kalian bertaut kuat antar satu sama lain, Kento memperhatikan mu yang tengah mengangkat pinggul dengan pantat agak menungging, ia mengarahkan penisnya tepat di lubangmu secara presisi dan disaat itu matamu membulat ketika akhirnya merasakan kepalanya menyundul masuk pada bibir vaginamu.

Kamu baru saja akan menurunkan pinggulmu lagi namun baru beberapa saat merasakan kepala penisnya baru masuk, “KENTO… EUMPHHH~” Erangan keras lolos dari mulutmu dengan lantang saat ia tanpa aba-aba menjejalkan dirinya sekali masuk. Menyatukan tubuhnya dengan mu dalam sekali hentakkan.

Kepalamu mendongak dengan air mata yang meleleh lagi dari sudutnya. Nafas mu terasa begitu cepat, perut bawahmu begitu kencang menampakkan tonjolan batang milik Kento di dalam sana.

Kento memberikan kamu waktu untuk menyesuaikan diri. Meski geraman nikmat sudah lolos dari mulutnya dan rasanya sudah tak tahan ingin menggempur mu lagi. Tapi otot vagina mu yang masih sangat kencang membuat Kento sedikit menahan diri, menunggumu menggerakan pinggulmu sebagai tanda kamu siap menerimanya.

Dan tepat, selang beberapa waktu kemudian kamu mulai mengikuti insting mu saat kamu rasa bagian dalam mu sudah tak terasa terlalu tegang.

Kamu mulai mengangkat pinggulmu, dengan gerakan pelan kamu mulai menurunkannya lagi. Bulge di bagian perut bawa mu timbul dan menghilang setiap kali kamu menggoyangkan tubuhmu naik dan turun di atas Kento. Sesekali kamu merabanya, kamu menekan tonjolan yang terasa keras itu dan membuatmu dan Kento melenguh akan nikmat memabukkan ini.

Suhu tubuh Kento terasa meningkat rasanya, birahinya sudah membara karena semakin lama semakin cepat kamu terlonjak-lonjak di atas tubuhnya setiap kali Kento ikut menghunuskan penisnya itu dari bawah. Payudara mu yang ikut bergoyang naik dan turun, tanganmu yang tengah mencengkram pahanya sebagai tumpuan, ia melihat penisnya yang masih keras keluar masuk dari vagina mu dan membuat kelamin kalian sama-sama memerah oleh gerakan dan hentakkan kerasnya, mimik wajah lacur yang sarat akan kenikmatan, serta feromonmu yang tentunya terus merasuki hidung mancungnya membuat api birahi itu kembali meledak-ledak, hasratnya akan keinginan mengkonsumsi tubuhmu tanpa ampun seakan kembali lagi menumpulkan pikirannya.

Rasionalitasnya sudah menguap entah kemana setiap kali vagina mu mengejang, memberikan nikmat luar biasa dalam pergulatan kalian.

Semakin lama gerakannya makin tidak memiliki ampun, rahangmu sudah mengeras, tenggorokanmu sudah kering karena terus di buat mendesah memanggil nama Kento yang nampaknya masih terus mencoba mendorong masuk penisnya sedalam mungkin ke dalam liang kawinmu itu.

“Sial, bilangnya mau bikin enak. Mmmhh~ Malah kamu keenakan genjotin memek sendiri.” Kento menghentakkan pinggulnya lebih tajam yang membuatmu hanya mampu meloloskan lolongan cabul sambil melentingkan tubuhmu. Kento sebenarnya juga keenakan, tapi menggoda mu dengan ucapan kasarnya itu selalu membuat Kento senang karena otomatis pasti kedutan pada vagina mu semakin kuat.

Tubuhmu sudah lemas, Kento menahan pinggang mu akhirnya. Ia membantumu untuk tetap steady dalam menunggangi dirinya ketika ia rasakan gerakan pinggulmu melemah.

“Euhhh~ Mmmhh… Eunghhh~ Ken.. Ah! Kento, A… Aku mau keluar~” Kamu kewalahan memanggil namanya.

Entah kenapa rasanya siang ini kamu lebih sulit untuk bertahan menerima gempurannya. Kakimu sudah lemas, kamu mau ambruk tapi Kento mencubit kelentit mu yang bengkak membuatmu kembali tersadar dan hanya bisa melolong, memohon ampun.

“You have to finish what you started, naughty little slut. I won't have mercy on you.”

Kento mengerang nikmat dengan pinggul yang masih bergoyang tanpa ampun, kamu memekik saat ia memposisikan dirinya berlutut di atas ranjang sambil mengangkat tubuhmu. Dua kaki belakangnya ia jadikan tumpuan dan tangannya ia gunakan untuk menahan bobot tubuh montok mu itu.

“Ken… Kento~ ini masuk dalem AHH… Dalem banget!” Kamu merengek dengan tangan mu yang berpegangan erat pada lehernya.

“Don't be nagging to me. Ahhhh~ when all your pussy does is just clutch and grab it tighter. Ohhh~ mmmhhh….”

Payudara mu ikut menjadi sasaran nya kini. Satu tanganya meremas dada kanan mu dan mulut satunya menghisap serta mengulum puting tegang mu.

Nafasmu semakin tak beraturan kini. Rasa nyeri dan nikmat bercampur jadi satu, puting mu yang sebenarnya masih cukup nyeri rasanya semakin tak karu-karuan ketika Kento lagi-lagi menggigit dan melumat daging lembut mu secara acak, saliva nya sudah ada di di setiap bagian dadamu, kissmark dan bekas gigitannya belum hilang tapi dia sudah membuat lagi yang baru, dan yang kamu lakukan hanya bisa pasrah membiarkan nya memonopoli tubuh mu secara egois.

“Hngghh~ eunghh Kento… Ah! I beg you, Mmhh.. I can't hold it anymore.”

Di bawah sana tubuhmu terus tersentak-sentak, Kento mengangkat kepalanya dari dadamu, diusapnya wajah istrinya yang basah itu. Mulutmu suka megap-megap, menatapnya mengiba. Kento mengerang puas sambil menatapmu penuh puja. Hasil karyanya luar biasa.

Kamu yang sudah kewalahan lagi-lagi kembali dibuat menjerit-jerit secara tertahan. Kamu merasakan penis Kento membengkak dan kini kamu tahu artinya.

Knotting lagi?” Kamu bergumam pasrah sambil mengeratkan lenganmu yang melingkar di lehernya. Demi Tuhan tubuhmu sudah lemas sekali.

Kento mengangguk pasti? Pinggulnya menghentak mu dalam sambil jarinya kini ikut mengucek kelentit bengkak mu yang membuatmu tambah menggelinjang tak karuan.

“Kenapa Mmhhh…Apa kamu nggak mau, honey? Ah! Mau aku cum diluar aja mhh??” Kento mencoba menahan seringaian nya. Ia hanya memancing. Ingin melihat bagaimana reaksimu.

Kamu jelas menggeleng. Kalian tadi membicarakan soal rencana memiliki bayi dan sekarang bagaimana bisa Kento mau berpikir untuk membuang cairan benihnya begitu saja diluar tubuhmu.

Mata mu yang masih berwarna silver kebiru-biruan itu berkilat kesal padanya. Jadi kamu mengencangkan otot vagina mu. Membuat lenguhan Kento yang merasa nikmat oleh gerakanmu yang tiba-tiba itu.

“Ahhh! Just answer me. Where do you want me to cum? I will cum outside if you keep quiet.”

Kento membual, apa yang kamu rasakan di bawah sana berbanding terbalik dengan ujung penisnya yang membengkak malah semakin menyundul, menghentak begitu dalam di rahim mu. Membuatmu meremas erat bahunya, kakimu melambai-lambai di udara dengan tak berdaya.

“Masih nggak mau jawab mmmhhh~” Di kecup nya bibirmu yang mencebik, membuat pipi mememerahmu menggembung menggemaskan.

Di tengah lenguhan dan rasa nikmat itu kamu menggeram kesal padanya karena Kento menuntut jawaban darimu, padahal ia tak henti-henti nya pula menyetubuhimu tanpa ampun.

Setengah mati kamu mencari akal sehat mu yang masih tersisa.

"Ahh ngh~ I want a child with your surname, Kento! Ugh.. I demand you to let myself carry on with your bloodline. So breed me, Kento! Mmhh.. ”

Kamu susah payah menjawabnya sambil mencoba menetralkan nafasmu karena setiap kali kamu berbicara di saat itu juga Kento tanpa ragu-ragu melesakkan miliknya terus dan terus dan terus sampai rasanya kepalamu kosong.

Ia tertawa ringan mendengar kata ‘demand’ keluar dari mulutmu. Seolah menandakan jika kamu juga memiliki rasa posesif yang sama dengannya.

Kali ini Kento mengusap pipimu dengan sayang. Keningmu di kecilnya lembut, “Okay, bear it then, sweet child of mine.” Nafas panasnya yang menghembus ke lehermu sebelum Kento kembali menggigitnya. Sama seperti semalam, darah yang merembes dari kulit lehermu, membuat Kento seakan berada dalam pengaruh zat narkotika yang begitu adiktif.

Nafasnya menjadi lebih berat, kamu pun bisa merasakan urat penis serta kepalanya yang menjadi massive terus berdenyut tanpa henti.

Tangan Kento mempercepat juga kocokan serta cubitan tangannya nya di klitorismu, dan dalam beberapa kali hentakan berikutnya…

“K… KENTO!!! EUNGHHH~”

“(Y/N)... NGHH! AHHH~”

Dalam erangan panjang tubuhmu terpelanting ke belakang, dengan vagina yang menyemprotkan cairan bening ke perutmu dan sekitar dada Kento. Cairan itu tak henti-hentinya muncrat bagai air mancur.

Hal itu bertambah parah dengan rasa panas menjalar dari sperma suami mu yang dimuntahkannya hingga kamu hanya dapat menangis, menutupi wajahmu, karena malu dan kenikmatan itu menjadi satu.

Kento bisa melihat bagaimana spermanya yang membuatmu penuh itu sebagian ada yang mengalir keluar dari lubang vagina mu meski penisnya masih tertancap di dalam.

Tubuhmu yang masih sesekali mengejang dan menggelinjang itu ambruk ke dada Kento. Kamu menyembunyikan wajahmu disana, kini dada suamimu juga ikut basah karena air mata.

Kento masih menggoyang-goyangkan kecil pinggulnya, membuat penisnya yang masih ada di dalam kamu sesekali masih menyemprot sisa cairan kentalnya yang belum sepenuhnya selesai ia keluarkan.

Kamu masih terisak-isak kecil, membiarkan ia melakukan apa yang ia mau di bawah sana. Tubuhmu sudah lemas dan kamu malu sekali karena kamu pikir kamu kencing di depan wajahnya.

Kento hanya terkekeh melihatmu seperti itu.

Hey, honey. It’s okay, cuma squirting sayang. Kamu bingung karena ini pertama kalinya, hmm?”

Kamu hanya mengangguk lemah, namun mulai kembali menatap Kento dengan matamu yang berkaca-kaca.

“I don't know, I just feel like a freak.” Kamu menjawab lirih.

“Hey, I told you right? It’s normal and if you can see yourself before, you are so beautiful when you call my name and squirt into my face.”

Jawab Kento dengan lembut, tangannya mengusap-usap sayang pantat mu juga. Memberikan mu rasa tenang dan nyaman.

Lengan Kento yang melingkar di pinggangmu, belaian sayang dari tangan hangatnya, pelan-pelan menghantarkan mu pada rasa ngantuk.

“We still got a long night, you better sleep now honey. Remember that you said you demand to carry on my child, so just sleep you can be ready for another round.”

“Kentooo~ no more, ugh!” Kamu merengek manja, ia terkikik kecil masih melihatmu menanggapi nya. “Okay, okay, it’s just jokes honey.” Dia mengecup sayang keningmu. Melihatmu tak lagi menjawab Kento tersenyum hangat, matanya terus menatap lekat kamu yang tidur di dadanya. Wajah tenang mu membuat ia merasakan perasaan bahagia kembali merasuki relung hatinya.

Demi apapun yang ada di seluruh semesta. Ia belum pernah merasakan rasa cinta yang sangat membuncah seperti ini.

Ratusan kali pun, rasanya ia takkan bosan jika memang harus mengungkapkan rasa cintanya padamu.

Kento menemukan rumahnya, alpha mu itu ingin tinggal di sisimu selamanya.

Gurat jingga keunguan di balik jendela tinggi kamar Kento adalah hal yang pertama kamu lihat saat kamu membuka matamu.

Kamu tidak tahu ini pukul berapa sejak siang tadi, setelah kamu melakukan pergulatan panas alpha mu itu. Kamu sudah tidak tidur diatas dada Kento, tubuhmu masih telanjang tapi rasanya sudah tidak lengket. Ah, dia pasti membersihkan mu seorang diri lagi.

Tapi sekarang sekadar menoleh pun rasanya kepala mu berat sekali. Tubuhmu masih sangat lemah, namun kamu terbangun karena instrumen musik jadul yang terdengar lembut yang mengalun di telingamu.

🎵 Oh, my love, my darling

I've hungered for your touch

A long, lonely time

And time goes by so slowly

And time can do so much

Are you still mine? I need your love 🎵

Itu yang kamu dengar dari liriknya. Nada lagu yang familiar itu membuatmu mengingat-ingat judulnya.

Ah benar, soundtrack lagu milik film tahun 90an, Ghost. Judulnya Unchained Melody milik The Righteous Brothers, kamu pernah menonton filmnya seingatmu, saat kamu masih remaja.

Oh, kamu mungkin tak tahu tapi dari lagu itu Kento sedang mengungkapkan isi hatinya padamu.

Nampaknya Kento pun sadar jika kamu sudah bangun jadi ia kembali menghampirimu setelah memutar kaset vinyl itu di gramofon miliknya.

Kamu merasakan tekanan di belakang punggung mu, tepat saat suami mu ikut kembali bergabung denganmu, masuk ke dalam bed cover hangatnya dan melingkarkan lengannya padamu yang memunggunginya.

Kamu bisa merasakan miliknya sudah lemas tapi menempel pada belahan pantat mu serta kulit dadanya yang juga menempel di tubuhmu membuatmu kembali merasakan desiran harus di dalam perutmu.

Satu kecupan Kento bubuhkan di pipimu, kamu mengusap-usap punggung tangannya lemah ketika ia mengelus perutmu.

Is Sleeping Beauty already awake yet? Aku bahkan belum cium kamu lho, kok udah bangun duluan?”

Kento membalik tubuhmu, membuat tubuh kalian berhadapan, kamu bisa melihat ia yang tersenyum cerah ke arahmu.

Dengan manja dia kembali memelukmu dengan erat, menyembunyikan wajahnya di ceruk lehermu. Rambut pirangnya kembali menggelitik mu dan kamu hanya bisa mengelus-elusnya sayang.

“Nanti malam, dan malam-malam seterusnya tidur disini sama aku ya. Aku nggak mau tidur sendirian lagi sekarang…” Ujarnya dengan manja. Kamu hanya mengangguk lembut, mengelus bahu dan punggung lebar Kento dengan tanganmu.

Hening untuk sesaat. Kalian hanya berpelukan tanpa bicara, untuk sesaat sibuk dengan pikiran masing-masing sekaligus menikmati momen hangat ini. Dimana hanya kalian, dengan mata tak terlepas mengunci pandangan ke satu sama lain. Berbagi hangat tubuh masing-masing, hingga dapat merasakan detak jantung satu sama lain, di iringi dengan lagu jadul dengan nada mendayu-dayu.

Bagaikan di dunia ini hanya ada kalian berdua yang saling mengingkan satu sama lain.

“(Y/N) do you love me?” Suasana tenang di antara kalian terpecah karena suara Kento. Ah dejavu, tadi siang kamu yang menanyakan ini dan kini gilirannya bertanya padamu.

Sama sepertimu Nanami Kento pun hanya tiba-tiba ingin validasi, bahwa kamu akan mencintainya seumur hidupmu, bahwa kamu takkan berkhianat dan berpaling darinya.

“Please love me. If you already did it, still… I beg you to love me even more. Even though I’ve a lot of lacks and maybe our future won't be easy. I wanna spend my whole life with you, my Eve. You are my Eve, the only women who God created for me, so never think to leave me alone. It's your fault if I don’t used to be with loneliness, this time. So you gotta take responsibility to love me… Just love me. That's the thing you have to do for the rest of your life.”

Matamu berkaca-kaca mendengar apa yang ia katakan. Kamu belum sempat menjawab pertanyaan nya namun hal yang diungkapkan suami mu itu menunjukan tentang betapa mendalam perasaan nya untukmu.

Kamu hanya diminta mencintainya seumur hidupmu.

Tak ada yang bisa kamu lakukan selain kini mengeratkan pelukan padanya dengan air mata yang akhirnya luruh dari pelupuk matamu, kamu mengecup kening Kento, membuat alpha mu merasakan afeksi mendalam yang kamu curahkan padanya

“I'm madly in love with you , Kento. My alpha, the one who God created for me too. You are the perfect mix of everything I have ever craved, so what's the reason to be not in love with you.”

Kamu menjawabnya penuh haru, kamu bisa melihat secercah air di pelupuk mata nya.

Sesaat setelahnya ia kembali mengecup bibirmu dengan setetes air mata mengalir di rahang tegasnya, kali ini hangat dan penuh kasih sayang, sarat akan rasa cinta mendalam yang membuat perasaan kalian bergejolak oleh euphoria.

Kamu belum pernah dicintai sedalam ini oleh seseorang, dan kini rasanya cara pandang mu berubah, kamu beruntung terlahir menjadi omega.

Namun ketahuilah, jika bukan hanya kamu yang bersyukur akan pertemuan kalian. Kento pun mensyukuri kehadiran mu dalam hidupnya. Kamu bagaikan guratan warna yang muncul dalam langit kelabu Kento.

Kini kalian berjanji, akan menggenggam hidup satu sama lain dan Nanami Kento adalah pria terbaik yang Tuhan titipkan padamu. Satu-satunya alpha mu yang sepenuh hati menemani mu menjalani seluruh sisa hidupmu hanya dengannya.

THE END

vixen

just a girl who likes to write about her imagination