Take Your Broken Heart and Make Art

Wanda Roxanne Ratu Pricillia
3 min readAug 2, 2020

--

Judul ini aku ambil dari salah satu kalimat Carrie Fisher yang dikatakan pada Byron Lane. Dan lukisan inilah yang jadi karyaku setelah patah hati, terinspirasi dari pelukis favoritku yaitu Boelter.

Sebelumnya, aku pernah patah hati beberapa tahun lalu dan aku memutuskan untuk mengekspresikannya dengan membuat mural di tembok rumah. Pertama kalinya aku membuat mural. Pada dasarnya aku tidak punya bakat mengambar, tapi aku suka ekspresi seni. Lukisan di foto ini adalah lukisan di kanvas juga pertama kalinya, sebagai ekspresi patah hati yang kedua kali.

Salah satu ilustrator favoritku, Pinot, berkata “Keep your tantrum offline”. Dari pada berkubang dengan kesedihan, kecewa dan hampa, lebih baik mengekspresikan dengan keindahan. Patah hati juga bagian dari mencintai, bagian dari keindahan itu sendiri.

Jadi, aku tidak ingin mengekspresikan patah hatiku pada hal-hal yang destruktif. Patah hati, juga bisa menjadi karya seni yang indah. Patah hati bagiku tidak selalu sama dengan hubungan romantis dengan lelaki yang kandas, tapi juga life event. Tapi memang untuk mural dan lukisan kanvas pertama ini, karena patah hati hubungan romantis.

Saat mengekspresikan patah hati dalam warna-warna, kreativitas dan keindahan, bagiku itu adalah art therapy. Self healing yang manjur. Tapi setelah melewati proses “sakaw” patah hati, aku melihat ekspresi seni dalam mural dan lukisanku itu sebagai sesuatu yang berbeda. Aku melihatnya sebagai apresiasi diri. Bahwa patah hati itu manusiawi, bukan suatu kegagalan dan aku layak memperjuangkan sesuatu yang lebih baik. Dan ternyata “ohh aku bisa melewati dengan baik, dengan 'start line' berupa karya seni”.

Setelah kedua karya seniku itu, aku membuat lukisan dan mural lainnya. Tapi bukan sebagai ekspresi patah hati, tapi justru sebagai ekspresi kebahagiaan dan kreativitas yang datang “tiba-tiba”.

Menggambar berbagai bentuk, menorehkan warna-warna, dan dipenuhi ide-ide membuatku merasa lebih hidup. Aku merasa sangat bahagia saat memegang kuas dan belepotan cat di tangan. Dan aku merasa seksi saat melukis dan menancapkan berbagai ukuran kuas pada hair bun. Bukan tanpa sebab, aku merasa seperti itu karena aku merasa hidup, penuh spirit, penuh kehendak dan kebebasan.

Aku tidak mengharapkan kritik dan apresiasi untuk itu. Karena sebuah kebebasan dan kebahagiaan tidak boleh didefinisikan oleh orang lain. Aku punya standar sendiri dan aku punya kehendak bebas untuk merasakan apa yang kurasakan secara penuh dan menyeluruh.

Aku selalu terbuka akan kritik dan saran yang membangun pada setiap tulisanku, tapi tidak sama sekali pada karya seniku. Aku hanyalah seorang amatir, dan mengekspresikan seni bukanlah suatu profesionalitas. Jadi, aku hanya akan menikmati menjadi aku tanpa interupsi.

Aku pikir setiap orang punya coping stress dan caranya masing-masing sebagai pertahanan diri maupun sebagai perlawanan. Juga untuk menyembuhkan diri tentu saja. Kadang aku ingin sekali tahu, apa saja yang dilakukan orang-orang saat patah hati selain menangis. Aku, tentu saja mengekspresikan patah hati juga dengan air mata. Tapi, menghasilkan tulisan dan lukisan selalu lebih melegakan setelah air mata.

Patah hati juga bisa diterima dengan mengekspresikan dalam keindahan. Patah hati adalah seni mencintai diri sendiri dan orang lain.

--

--