Broken Glass

𝗓 ୨ৎ
4 min readOct 3, 2023

--

Dari arah kejauhan, Gestara dapat melihat Phandu yang sedang berdiri di belakang tidak jauh dari Rahesha. Gestara sudah menduga kalau Phandu pasti ingin mengajak Rahesha pulang. Gestara juga tahu sifat memaksa Phandu kepada Rahesha. Dengan inisiatif, Gestara menghampiri Rahesha yang sedang melamun memandangi gawai yang sedang ia genggam, menunggu pesan masuk dari kakak laki-lakinya, Mawasena.

Rahesha tidak menyadari kehadiran sosok yang belakangan ini sering sekali muncuk dihadapannya. Setelah membaca pesan dari Phandu baru ia sadar akan kehadiran Gestara di sana. Namun dirinya tidak berani melihat ke arah Gestara, takut-takut Phandu akan menghampiri mereka dan malah memicu keributan.

Ketika Rahesha berhasil melakukan kontak mata dengan Phandu dan melihat kepergiannya, baru ia bisa bernafas dengan tenang. Rahesha menepuk orang di samping kirinya, “Lo hampir bikin gue celaka, Abang.”

“Gue bikin lo celaka? I just saved you from Phandu. Otherwise, he could have forced you to go home with him.” Balas Gestara yang kemudian memasang airpords pro miliknya di kedua sisi telinganya.

See you at Pradeepa’s.” Katanya yang kemudian meninggalkan area lobby itu. Ucapan Gestara berhasil membuat Rahesha bingung dan terdiam. Tidak lama, terlihat mobil milik Mawasena memasuki area lobby.

If I’m not mistaken, the one standing next to you was Gestara, right?

Menyadari dirinya diajak berbicara oleh Mawasena, Rahesha melepaskan kedua airpods pro yang terpasang di telinganya sebelum menjawab, “Iya, you are right. Memang kenapa?”

Mawasena menggelengkan kepalanya, “No, I’m just asking.

Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Mawasena sibuk memperhatikan jalan di depannya, sedangkan Rahesha memejamkan matanya dan siap terjun ke alam mimpinya.

Sesampainya mereka di kediaman keluarga Pradeepa, Rahesha melihat motor yang terpakir di garasi rumahnya, terasa tidak asing untuknya. Kehadiran Mawasena dan Rahesha disambut dengan hangat oleh maid dan semua pekerja di rumah itu.

“Mawasena, tadi ada teman anda ke sini.” Ucap salah satu maid itu.

“Sekarang dia ada di mana, Mba?”

“Dia sedang ada di taman, mari.”

Dalam sekejap, Rahesha langsung berbalik arah ketika melihat ‘teman’ Mawasena yang datang ke rumahnya. Belum sempat pergi dari tempat itu, namanya sudah dipanggil oleh ‘teman’ Mawasena, tidak lain adalah Gestara.

“Rahesha, where are you going? Wouldn’t it be nice if we had a quick talk?” Gestara terdiam sejenak. Tidak lama, Mawasena ikut berbicara, “Yes, sebentar aja. I have to go to Dad’s room for a moment.” Kali ini, Rahesha mengalah.

Masih dengan perasaan kesal Rahesha terhadap Gestara karena kejadian tadi di lobby sekolahannya. Gestara yang melihat raut wajah tidak senang dari Rahesha hanya bisa diam dan menunggu suasana hati Rahesha membaik.

“Rahesha, I apologise for what I did earlier, okay? But I’m also doing this to take care of you. I didn’t think about the consequences you’d have if I were around.” Jelas Gestara agar Rahesha tidak mengira bahwa dirinya sengaja melakukan hal itu kepadanya.

Gestara mengira Rahesha akan marah kepadanya. Namun ternyata, “Gapapa, Abang. I know you’re doing it for my good. But the one thing I’m afraid of is if he suddenly finds trouble with you. Gue gak mau kalian tiba-tiba ribut dan gue yang menjadi alasan kalian bertengkar.”

Gestara mengerti akan kekhawatiran Rahesha. Dirinya hanya bisa mengangguk dan tidak berani berkutip apa-apa.

Matahari mulai terbenam, pelan-pelan bulan menampakkan dirinya di atas langit. Gestara dan Rahesha berada di dunia mereka masing-masing.

Ada hal yang ingin dibicarakan oleh Gestara, namun dirinya tidak berani karena ia takut dengan reaksi yang akan diberikan oleh Rahesha nanti.

Gestara mencoba memberanikan diri dan berjaga-jaga takut jika dirinya salah berbicara, “Sha, can I ask you something? Tapi mungkin ini agak sensitif buat lo.”

Rahesha hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Gestara lanjut berbicara, “Lo sadar gak, kalau your relationship with Phandu itu udah toxic, Sha.”

Rahesha tidak menyangka kalau Gestara akan menanyakan hal itu kepadanya. “Yes, I realised. Gue tahu pasti lo mau tanya ke gue, ‘Kenapa gak berhenti aja?’ ‘Kenapa masih dilanjut?’ And those kinds of questions.

Gestara menggeleng, “Nope, salah besar. Let me ask you, do you still have feelings for him, Sha?”

Lagi-lagi Rahesha tidak menduga akan pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Gestara kepadanya. Rahesha terdiam untuk waktu yang lama, bahkan tidak berani untuk menatap lawan bicaranya.

“See? Lo bahkan gak bisa jawab pertanyaan gue. Actually, you still have feelings for him, it’s just that you are prestigious, gengsi untuk mengakuinya.”

Rahesha bingung dengan ucapan Gestara barusan, “Gengsi? Apa hubungannya dengan gue bisa menjawab atau tidak?”

Gestara menyandarkan punggungnya di sofa sebelum menjawab, “Lo tahu kalau teman-teman dan lingkungan sekitar lo sadar akan sikap buruk Phandu yang dia tunjukkin ke lo. This causes you to not want to admit that you still like the person who has hurt your feelings repeatedly. And until now you still can’t break your relationship with him, right? Didn’t you both express your feelings for each other?” Jelas Gestara dengan santai.

Rahesha merasa tertampar akan perkataan Gestara. Semua yang dikatakan olehnya memang benar, Rahesha gengsi mengakui perasaannya kepada Phandu. Karena ia tahu Phandu bukan orang yang baik, teman-temannya juga tidak suka dengannya. Namun, mengapa Rahesha masih mempertahankannya?

Terlihat Mawasena berjalan memasuki area taman membuat keduanya melirik kearahnya.

“Rahesha, before you leave, can I say something to you?” Tanya Gestara yang langsung diberi anggukan dari lawan bicaranya.

Remember, Sha. You can’t keep pouring all your love into a broken glass, they will only leave you drained. Even if you fix the glass it won’t be the same as before. Stop fighting for someone who leaves wounds, Sha.”

--

--