Hey halo semua. Gimana kabarnya? Apakah masih sehat dan terbebas dari virus corona?
Ah, akhirnya bisa nulis di sini lagi setelah sekian lama. Sebenarnya bingung juga mau bahas apa beberapa beberapa bulan ini karena tidak ada topik yang menarik. Apa coba yang bisa dibahas selain pandemi, kopi dalgona, dan ketidakjelasan kebijakan pemerintah serta instansi terkait dalam menangani penyebaran virus Covid-19 ditambah buzzer-buzzer yang semakin memperkeruh suasana?
Setelah episode terakhir aku tuh sebenarnya udah punya topik yang mau dibahas, yaitu tentang apocalypse. Namun, pada akhirnya aku urungkan for the sake of menjaga optimisme dan spread the positivity.
Namun, memasuki masa “new normal”, orang-orang sudah kembali berkegiatan seperti biasa, tren bersepeda sudah turun lagi, dan aku nggak yakin apakah orang-orang masih cuci tangan pakai sabun selama durasi tertentu itu. Akhirnya aku kembali menulis di Medium. Tenang saja karena tulisan dibuat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan — Sungguh kalimat yang overrated.
Anyway, apa aja yang udah kalian dapatkan selama masa karantina beberapa bulan kemarin di rumah? Selama di rumah aja aku menyadari jadi punya lebih banyak waktu luang. Waktu yang sebelumnya dipake buat berpindah dari kosan ke kantor dan sebaliknya jadi hilang karena memang nggak keluar rumah sama sekali. Jadinya di luar kesibukan WFH aku jadi ada waktu buat main Animal Crossing, masak, nonton video di YouTube. Saking banyaknya waktu buat nonton YouTube sampai kayak nggak tahu lagi harus nonton apaan. Pada akhirnya ada satu hal yang membuatku terarik, yaitu anak indigo.
Kalau kalian ingat ya, waktu itu sempat ramai dibicarakan kalau terdengar suara dentuman di beberapa daerah. Kemudian trending juga di twitter sejumlah akun yang mengaku indigo mengatakan bahwa mereka mendapat vision ini-itu tentang peristiwa apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sebagai orang yang percaya bahwa kita sebagai manusia tidak hidup sendiri di dunia ini, akhirnya aku kepo dan memutuskan untuk nge-follow beberapa akun twitter yang dianggap punya kemampuan khusus dan isinya banyak membahas hal di luar dimensi kita.
Akun-akun ini punya background yang berbeda. Ada yang kemampuannya berlatar belakang kultural, orang yang spiritually awaken, sampai yang berbasiskan sejarah. Satu hal yang menarik adalah, meskipun detail yang mereka sampaikan berbeda, namun semuanya membawa satu narasi yang sama, yaitu akan ada suatu hal besar yang terjadi dan tahun ini baru intro-nya.
Aku nggak yakin apa yang akan terjadi dan bagaimana dunia akan berakhir. Sebagian dari four horsemen of apocalypse juga udah muncul. Jadi cukup mengerikan juga karena beberapa bulan terakhir ini aku jadi suka nonton film atau series bertema post-apocalyptic. Aku sih biasanya emang jarang salah ya tapi tetep kaget aja kayak anjir ternyata secepat ini.
Apalagi kalau kalian tinggal di Indonesia, di mana pemerintahnya nggak peduli-peduli banget sama rakyatnya. Stay safe ya, kalian. Virus covid udah semakin dekat dan mulai masuk ke inner circle.
Tapi balik lagi ngomongin apocalypse, kalian bisa percaya atau tidak. Tapi ya menurutku humanity udah cukup fucked up. Bumi udah over populated sama manusia dan somehow aku setuju kalau peradaban manusia harus di-reset. Kalau manusia bakal punah sepenuhnya ya it’s okay, tapi kalau ternyata bakal masih ada sebagian orang yang lolos seleksi alam dan dititahkan untuk memulai peradaban baru umat manusia, aku mau dong ikutan. Umat manusia itu perlu ada yang negative thinking dan siapin worst case scenario. Kalau positif semua emang mau jadi pemerintah Indonesia yang denial terus?
Ya, kalian boleh percaya atau tidak. Silakan nikmati tahun 2020 ini selagi bisa. Tahun ini memang berat, namun belum tentu tahun depan akan membaik. Aku belum tahu bagaimana 2021 akan berjalan. Berbeda dengan 2020 yang aku pernah bilang kalau dapat gambaran akan jadi tahun yang tai banget. Di mana ada salah satu pertandanya yaitu oshi saya di JKT48 yaitu Beby JKT48 mengumumkan untuk graduate.
Kayaknya cukup oke ya buat bridging ke topik selanjutnya. Oke lanjut.
Yak, thanks to this pandemic aku jadi punya kesempatan untuk kembali, eh, nggak bisa dibilang kembali juga sih. Mungkin lebih tepatnya aku masuk lebih dalam ke dunia idoling.
Sebenarnya aku udah suka dan ngikutin jekate empat delapan dari awal mereka muncul di TV nasional. Dari jaman dulu orang awam cuma tahu lagu Heavy Rotation yang membernya Melody, Nabilah, Haruka sampai sekarang yang mungkin dikenal orang awam ada Shani. Desy, Zara (ex-member) dan lagunya masih tetep Heavy Rotation.
Jadi, waktu itu kalau nggak salah kelas 1 atau 2 SMP di dalam sirkel pertemananku ada dua orang “wota” atau fans jeketi yang memperkenalkan sebuah idol group bernama JKT48. Melihat ramai dan kompaknya sekumpulan mbak-mbak ini dalam berjoget serta kuantitas yang lebih banyak dibandingkan girlband seangkatannya waktu itu menimbulkan kesan menarik. Kebetulan, musik-musik bernuansa Japan itu menurutku enak di telinga.
Nah, yang menarik dari idol group ini menurutku adalah konsep yang mereka usung, yaitu “idols you can meet”. Jadi, mereka itu approachable. Meskipun sebagai publik figur, tapi sebagian besar member jeketi itu masih bisa dijangkau. Bahkan mereka lebih bisa diraih daripada cece-cece basket sekolah Katolik. Kalau kalian nggak tahu bahwa mereka adalah member jeketi, ya kalian akan melihat mereka sebagai gadis-gadis remaja biasa yang punya bakat bernyanyi dan menari.
Setelah sekian tahun mendukung pure terhadap musikalitasnya, dari seorang anak SMP di daerah yang jauh sekali dari fX Sudirman dengan uang saku terbatas, pada akhirnya aku mengeluarkan sebagian pendapatan untuk video call dan ngobrol bersama member jeketi.
Jadi ceritanya, aku ada beberapa pos-pos pengeluaran yang salah satunya adalah untuk liburan. Namun naas, karena pandemi pengeluaran tersebut tidak bisa tersalurkan. Nah, untuk mendukung perekonomian negara tercinta ini agar tidak resesi, tentunya uang harus tetap diputar. Kebetulan, manajemen JKT48 mengadakan event video call untuk menggantikan event handshake yang tidak bisa dilaksanakan karena pandemi. Jadilah saya coba-coba mengeluarkan 100 ribu rupiah untuk ngobrol bersama oshi (member yang paling disukai) selama 50 detik. Akhirnya ya kenalan dan ngobrol. I can meet my idol, memang bayar tapi difasilitasi jalurnya untuk ke sana. Aku juga mengidolakan Maudy Ayunda tapi kayaknya untuk ngobrol she’s just too far away. Dan satu hal lagi, satu tiket seharga 100 ribu tersebut membuatku sadar dan berpikir “Tai lah, kena trik jualannya JOT (JKT48 Operational Team). Harus rajin nabung biar bisa vidcall terus.”
Tapi, in the end itu hanya sekadar hobi. Sama dengan hobi-hobi lain yang juga butuh uang. Jeketian masih menyenangkan dan menjadi hiburan di tengah kondisi akhir zaman yang tidak pasti ini.
Once again, ingat bahwa bumi sudah tua. Tetap jaga diri dan waspada. Worst case scenario-nya kalaupun Homo Sapiens akan benar-benar punah, hari itu pasti akan menarik. Karena akhirnya kita akan buktikan versi agama mana yang paling benar.
Sekian. Terima kasih.
Ah, it’s great to be back. Semoga kalian enjoy. BTW, monetisasi di Medium belum support dengan negara Indonesia. Jadi, selain kasih clap kalian bisa menyumbangkan sebagian harta kalian dengan scan QR Code di bawah dan bantu saya supaya bisa beli tiket video call yang lebih lama dengan Azizi Asadel karena saya sudah ditagih dan dimarahi terus karena ngobrolnya kurang lama.
twitter: @widdyjp