Wisnu Ario Supadnomo
6 min readDec 31, 2019

Mengenal Design Thinking, Metode Inovatif Untuk Mengurangi Resiko Kegagalan Bisnis Anda

source : google.co.id

Jika anda mendengar kata “design”, benak kita pasti memikirkan tentang bentuk atau nilai visual dari suatu benda, atau produk. Tapi di kalangan perusahaan besar internasional, istilah “design” tak semata-mata mengacu pada nilai visual (desain) saja, tapi juga mencakup manfaat, inovasi, serta nilai pelayanan suatu produk bagi penggunanya. Pemahaman ini kemudian memunculkan metode bisnis terkini yang hadir dalam wujud design thinking.

Secara sederhana, design thinking adalah proses pemecahan masalah secara kreatif dan inovatif yang berpusat pada kebutuhan dan keinginan pengguna (customer-centric).Kerangka kerja design thinking mengandalkan pada logika, imajinasi, intuisi, dan penalaran sistematis untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Pada akhirnya, perusahaan akan lebih mudah mencapai hasil yang diharapkan; produk yang diinginkan dan bermanfaat bagi penggunanya.

Via/medium.com

Tentunya anda ingin mengurangi risiko bisnis yang anda kelola gagal akibat terlalu banyak menghabiskan waktu dan uang demi produk yang tak diinginkan konsumen. Dan hal ini yang merupakan faktor Utama kesalahan star-up karena membuat sesuatu yang pengguna tidak inginkan

source : google.co.id

Selain itu desain thinking bisa mengurangi biaya yang terjadi dalam bisnis anda karena anda akan mengetahui terlebih dahulu kegagalan anda lebih cepat bahkan sebelum anda meluncurkan produk tersebut

source : medium.com

Pada kesempatan ini Penulis yang juga certified design sprint, dan juga salah satu peraih Indonesia Global Champion for Science, Technology and Digital innovation , ingin membagikan 5 tahap dalam metode design thinking yang bisa anda terapkan di perusahaan anda. Lima tahap itu adalah:

5 tahap desin thinking, source :medium.com

1. Empathize

source : google.co.id

Tahap awal ialah mencari tahu lebih banyak tentang kebutuhan manusia yang berkaitan dengan bisnis anda. Caranya yakni melalui pengamatan dan keterlibatan anda dengan pengguna untuk mendapatkan pemahaman empatik dari masalah yang coba anda selesaikan.

Masalah yang dialami pengguna adalah masalah anda juga, dan kepuasan pengguna adalah kepuasan anda juga. Itulah prinsip yang mesti diutamakan di tahap ini. Dengan meneliti pengguna anda bisa sepenuhnya memahami mereka dan mendapatkan informasi berharga seperti:

1. Job to be done (apa yang dilakukan pengguna)

2. Users pain (hal-hal apa yg menjadi hambatan pengguna)

3. Users gain (hal apa yg mereka harapkan)

4. Users persona (gambaran pengguna)

5. Users’ journey (apa yang pengguna lalui)

Ilustrasi output session di tahap emphatize/via uxdesign.cc

Informasi di atas bisa jadi acuan anda untuk berinovasi mengembangkan produk. Tapi sebelum itu, kita lanjut dulu ke tahap berikutnya…

2. Define (the Problem)

Di tahap ini, tim anda akan menganalisis informasi yang sudah dikumpulkan di tahap sebelumnya dan mencoba memahami masalah inti yang anda dihadapi. Dari sinilah tim designer kemudian akan mulai mengumpulkan ide-ide di benak mereka untuk membangun fitur, fungsi, dan elemen lain yang berguna dalam pemecahan masalah.

Tapi ingat, fokus anda masih harus tertuju pada manfat bagi pelanggan, bukan pada keinginan pribadi maupun kepentingan perusahaan (misalnya profit). Kalau belum punya ide brilian, setidaknya pikirkan design yang bisa membantu pengguna menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan tingkat kesulitan minimal. Itulah aturan main design thinking yang mesti anda ikuti.

3. Ideate

Suasana dalam agile brainstorming

Setelah melalui tahap empathize dan define, tim anda sudah memiliki pondasi kuat untuk menelurkan ide-ide yang solutif. Dan di tahap inilah mereka akan menjabarkan satu per satu solusi kreatif yang tentunya berguna bagi pengguna.

Beberapa jenis teknik ideation yang bisa anda gunakan antara lain Brainstorm,Design Sprint, Brainwrite, dan Worst Possible Idea. Brainstorm Design Sprint punya keunggulan merangsang pemikiran bebas tim anda dengan cara memperluas ruang masalah. Semakin banyak ide yang terkumpul, semakin banyak pula pilihan solusi yang bisa diambil. Di antara pilihan solusi yang ada, tim designer akan berdiskusi memilih yang terbaik.

4. Prototype

Oke, sekarang anggap saja tim anda sudah menentukan customer-centric solution terbaik, lengkap dengan fitur-fiturnya dari tahap ideation. Di tahap prototype, solusi tersebut diimplementasikan dalam bentuk prototipe atau versi awal dari produk anda.

Prototipe ini bisa anda tes pada orang-orang di dalam tim. Tujuannya agar mereka bisa memosisikan diri sebagai pelanggan dan memberi gagasan yang lebih baik tentang kendala pada produk. Intinya, di tahap ini anda akan mengujicobakan solusi yang dibentuk dari tiga tahap sebelumnya dan menganalisisnya lebih dalam.

Jika dirasa ada kekurangan, tim bisa kembali mengembangkan solusi baru atau memodifikasi prototipe yang sudah dibuat. Dengan begitu, tim anda akan punya gambaran mengenai feedback pengguna yang akan terungkap di tahap berikutnya.

Contoh prototype, Via masadesign.net

.5. User Test

suasana usabilty testing

Akhirnya anda sampai di tahap terakhir design thinking. Di tahap ini, anda akan menguji prototipe yang sudah rampung pada target pasar alias pengguna. Prototipe tersebut kemudian akan dinilai berdasarkan pengalaman para pelanggan. Di sinilah tim harus mengoleksi informasi selengkap mungkin untuk mendefinisikan ulang masalah atau menyempurnakan kembali kualitas produk. User test membantu tim memperoleh sedalam mungkin pemahaman tentang produk dan penggunanya.

Jika produk anda mendapatkan banyak feedback positif, anda punya alasan kuat untuk memasarkannya ke masyarakat luas.

Selanjutnya tentang design thinking

Setelah menguraikan tahapan design thinking anda bisa melihat kalau prosesnya dilakukan secara bertahap. Tapi dalam praktiknya, design thinking bisa dilakukan dengan cara yang lebih fleksibel. Misalnya tim yang terdiri dari berbagai kelompok melakukan lebih dari satu tahap secara bersamaan. Atau hasil dari tahap pengujian mengungkapkan wawasan tentang pengguna yang pada akhirnya menuntun pada fase ideate dan lain sebagainya.

source : interaction design foundation

Sebagai informasi, perusahaan yang menerapkan design thinking biasanya memiliki catatan dari pelanggan yang nantinya bisa jadi acuan untuk mengembangkan produk. Tentunya dengan mengikuti perkembangan pasar dari waktu ke waktu. Catatan pengalaman pelanggan bisa ditempel di dinding ruang rapat, sehingga orang yang masuk bisa membacanya sebelum mulai berinovasi.

Experience room.

Kesimpulan

Kesimpulannya, design thinking digunakan untuk menangani problem kompleks yang dihadapi perusahaan dengan cara:

1. Empathizing: mengerti dan memahami kebutuhan manusia yang terlibat

2. Defining: membingkai ulang dan mendefinisikan masalah dengan cara yang manusiawi

3. Ideating: menelurkan ide-ide solutif

4. Prototyping: merancang dan mengembangkan prototipe

5. Testing: menguji prototipe atau solusi masalah pada pengguna

Lima tahap di atas sudah terlihat manfaatnya terhadap inovasi dan bisnis, khususnya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sebelum kita membuat produk dan . Ia adalah metode yang membantu inovator berkolaborasi dengan user dan memperkecil kegagalan bisnis. #Salaminovasi

Tentang Penulis

Wisnu Ario Supadnomo adalah certified design sprint, scrum master, dan juga salah satu peraih Indonesia Global Champion for Science, Technology and Digital innovation yang sudah berkecimpung di dunia digital lebih dari 10 tahun. Dia juga berkarier sebagai head of Department Digital Growth Asset di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dan terpilih menjadi salah satu Best Innovator di tempat ia bekerja.

Wisnu Ario Supadnomo

Head off digital growth ,certified design sprint, scrum master, and platfrom strategy with global champion reputation for digital innovation