7PM

Kalandra.
3 min readFeb 9, 2023

--

“Gatra!” Bara melambaikan tangannya dengan senyum sumringah saat melihat Gatra memasuki pelataran lapangan alun-alun kota dengan banyak tenda menawarkan berbagai macam kuliner di pinggirnya.

Bara mengambil tempat di salah satu karpet yang sudah disediakan, di dekatnya sudah ada satu botol air mineral, sepatunya tersusun rapi di pinggir karpet. Blazernya juga sudah dilepas sejak datang, terlipat rapi di sebelahnya. Bara menepuk tempat kosong di sebelahnya dengan semangat saat Gatra sedang melepas sepatunya, “sini, sini!”

Gatra segera duduk, lesehan bersebelahan dengan Bara sembari membuang nafas panjang penuh lega, “haaah, untung nggak molor.” mengucapkan terimakasih secara cepat saat Bara mengulurkan air mineral untuknya. “Kamu tadi ke sini naik apa?” selesai meneguk setengah air mineralnya, melipat kakinya dan total memberikan seluruh atensinya untuk Bara.

“Naik gojek, aku tadi berangkat juga naik gojek soalnya males.”

Gatra menaikkan sebelah alisnya, “kok tumben?”

“Capeeek,” Bara balas setengah merengek, mengundang dengusan pelan diiringi tawa pelan dari Gatra. Bibirnya tertarik, bentuk senyuman seraya mengusap pelan lutut Bara, seakan menyalurkan tenaga dari sentuhan ringannya.

“Yaudah besok aku anter. Pake jaket aku ya nanti pulangnya, aku bawanya motor.” Gatra menepuk pelan lutut Bara beberapa kali setelahnya, “baru beres semuanya kemarin, ya?”

Bara mengangguk lesu, tapi kepalanya langsung tegak saat penjual sate membawa dua piring porsi sate ayam pesanan Bara dan Gatra, “makasih, Bu!” Bara dengan semangat meletakkan kedua piring penuh bumbu kacang di depannya, juga di depan Gatra. Matanya berbinar menatap satu penuh piring berisi lontong, sepuluh tusuk sate, juga sambal kacang yang melimpah. Bertepuk tangan dengan heboh. “Gat, Gatra! Gilaaa, cakep banget!” seakan semua beban pekerjaan di tubuhnya menguap bersama angin.

Gatra mengangguk bersemangat, buru-buru mengambil sambal kacang dengan ujung sendoknya, memasukkan ke dalam mulutnya dengan nikmat, “aaah, enak banget!” Bara mengangguk setuju, mengikuti Gatra dengan memasukkan sesuap lontong beserta sate ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan nikmat.

“Udah lama banget, aduh Gatra, takut kena sugar rush tapi pake sambel kacang!” ujar Bara dengan ujung bibir yang terkena sambal kacang, badannya bergerak senang. Kebiasaannya saat lidahnya mengecap makanan yang menurutnya rasa surga.

“Pelan, pelan, santai.” Gatra membersihkan ujung bibir Bara dengan jempolnya, menjilat jempolnya bersih sebelum melanjutkan makan.

Melihat Bara makan dengan lahap membuat Gatra ikut kenyang, cara makan Bara membuat Gatra betah untuk mengikuti setiap gerakannya, senyum penuhnya tidak juga luntur sewaktu Bara sudah menandaskan satu piringnya dengan cepat.

“Ah, kenyaaang!” Bara menghela nafas puas, tersenyum lagi saat Gatra meletakkan piring kosong di atas miliknya. “Enak, ya?”

Gatra mengangguk, memberi sisa setengah botol mineralnya untuk Bara, “kan kita juga biasanya makan di sini.”

“Hehehe,” Bara mengeluarkan cengiran usilnya setelah selesai dengan minumnya, “udah lama lagian.” duduknya bergeser lebih dekat dengan Gatra.

“Mau kopi, nggak?” Gatra iseng menyenggol ujung lutut Bara dengan miliknya.

“Mau! Item aja, tapi bilangin — ”

“Satu sendok keciiil aja ya kopinya, Pak.” Gatra dengan cepat menyambar, mengikuti cara Bara memesan kopi hitam kemasan murah kesukaan mereka. Bara mendengus pelan, Gatra tertawa puas karena berhasil menggoda si pacar. “Bentar, ya?”

Bara mengangguk, mengikuti punggung Gatra yang menuju ke salah satu tenda dengan berbagai macam minuman tergantung di sisinya.

Punggung Gatra tegap, terlihat gagah sesuai dengan badannya yang tinggi. Bara menekuk lututnya, memeluk kakinya kemudian, memperhatikan Gatra yang tertawa renyah menyambut candaan dari si penjual kopi. Sederhana yang membuat Bara tidak henti menarik ujung bibirnya, ganteng juga, ya. Ganteng banget pacarku. Dagunya diistirahatkan pada lutut, mengagumi Gatra dari jauh adalah salah satu hobinya.

Gatra kembali dengan dua gelas kopi di tangannya, kembali duduk di sebelah Bara dan menarik sebelah ujung bibirnya main-main, “yeee, senyum-senyum, ngeliatin cowok ganteng?”

Ikut menekuk lututnya, juga memeluk kakinya Gatra juga menyenggol siku Bara main-main. Membuat Bara terkekeh pelan kemudian membawa wajahnya mendekat ke telinga Gatra, “nih, cowok gantengnya di sebelah.” berbisik pelan, Gatra mengeluarkan tawa renyahnya.

Sekali lagi, menyenggol Bara dengan ujung sikunya. “Gombal banget.” keduanya tertawa renyah ditemani kepulan tipis asap sate yang sekilas lewat di antara mereka, angin malam alun-alun kota, dan pekat langit malam.

“Cowokku juga ganteng.” Gatra balik berbisik tepat di telinga Bara, sontak membuat telinga Gatra memerah. Malu.

“Apaan, sih!”

Sekali lagi tawa Gatra lepas diiringi penjual mainan yang menawarkan dagangannya.

[ 7 PM, milik Gatra dan Bara. ]

--

--