Beside You

xozjung
2 min readAug 10, 2023

--

Satrio meletakkan ponselnya ketika Raina sudah kembali ke ruang tengah. Beberapa saat lalu Raina pergi ke kamarnya untuk mengambil oleh-oleh dan hadiah yang sudah ia siapkan untuk Satrio.

“Nih, oleh-oleh dari Bali.” Raina menyerahkan paperbag berisi banyak sekali pie susu dan coklat yang ia janjikan. Disusul dengan paperbag berwarna hitam lainnya dengan tulisan sebuah merek pakaian di bagian tengahnya.

“Nah, kalo ini hadiah sidang. Selamat ya, Tio. Akhirnya udah nggak pusing skripsian lagi.”

“Waah. Makasih banyak, Na.” Satrio mengulas senyum seraya meraih paperbag yang diulurkan Raina, kemudian kembali berujar, “Aku juga punya sesuatu buat kamu. Bentar.”

Satrio lantas bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar rumah, lebih tepatnya mengambil sesuatu dari dalam mobilnya. Satrio kembali dengan sebuah kotak dan paperbag putih, kemudian menyerahkannya pada Raina.

“Kamu yang sidang malah aku yang dapet hadiah. Makasih banyak ya, Tio. ” Raina mengulas senyum tipisnya.

“Waktu liat itu di mall aku inget kamu, Na. Jadi aku beli aja, deh.” Tutur Satrio. Raina sangat tersentuh sehingga memberikan tatapan penuh rasa terima kasihnya pada Satrio.

“Kamu tau aku suka Dior? Aku nggak pernah bilang ke kamu, kan?” Tanya Raina.

Girlie, look at your bags and your make up pouch.” Raina tertawa mendengar balasan Satrio.

Right, right.

Raina memusatkan atensinya pada kotak di hadapannya lalu bertanya, “Ini apa?”

“Buka, dong.”

Raina sempat memicingkan mata lalu tertawa kecil sebelum akhirnya membuka kotak tersebut.

“HAH?!” Pekiknya histeris.

Kemudian tanpa siapa pun sangka, Raina menubruk tubuh Satrio, membawanya masuk ke dalam dekapannya. Dekapan yang terasa hangat walau hanya berlangsung selama beberapa detik lamanya.

“AAA MAKASIH, TIO. Kok bisa dapet, sih?” Raina memeluk sebuah buku berwarna biru gelap bertuliskan Pride and Prejudice. Buku yang sudah lama berada di daftar keinginan Raina.

“Aku ngehubungin Booklore lagi terus mereka bilang kalo mau pesen buku ini udah bisa, tapi langsung ke partner mereka.”

Raina mengusap-usap permukaan sampul bukunya lalu kembali menatap Satrio.

Thank you.” Lirihnya, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Satrio hanya tersenyum lebar dan mengusap puncak kepala Raina, sedikit mengacak rambutnya.

“Udah baca ini, belum?” Tanya Raina lagi.

“Belum. Tapi aku udah nonton filmnya.”

“Ih, kamu harus baca ini minimal sekali seumur hidup, Yo. Aku bacain, ya!” Raina mengubah posisi duduknya lalu dengan antusias mulai membaca bait demi bait yang terangkai dalam buku karya Jane Austen tersebut.

Satrio tertawa dan mulai memetik senar gitar milik Raina untuk mengiringi kisah yang dibacakan oleh gadis itu.

Dari sekian banyak pemandangan indah yang pernah Satrio lihat, pemandangan di depannya saat ini lah yang menjadi pemandangan yang paling ia suka. Raina dan hal favoritnya, buku. Merupakan sebuah kombinasi sempurna yang membuat Satrio tidak bisa mengalihkan pandangannya barang sedetik pun. Satrio mengeratkan cengkraman tangan kirinya yang sedang menekan senar-senar pada gitar, menahan diri untuk tidak menyisipkan juntaian rambut Raina ke daun telinganya.

Satrio bersumpah, Raina bahkan mengalahkan cantiknya matahari terbit yang pernah ia lihat di gunung Rinjani.

--

--